Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Piala Presiden 2022

Pelatih PSM Bernardo Tavares Blak-Blakan Pasca Kalah dari Borneo, Singgung Tindakan Yance hingga VAR

Pelatih PSM Makassar, Bernardo Tavares menyoroti sejumlah hal pasca timnya kalah 1-2 dari Borneo Samarinda FC di babak 8 besar Piala Presiden 2022.

Penulis: Kaswadi Anwar | Editor: Sukmawati Ibrahim
Media Officer PSM, Sulaiman Abdul Karim
PSM Makassar saat merayakan gol ke gawang Borneo di Stadion Segiri, Samarinda, Kalimantan Timur, Minggu (3/7/2022). Pelatih PSM Makassar, Bernardo Tavares menyoroti sejumlah hal pasca timnya kalah 1-2 dari Borneo Samarinda FC di babak 8 besar Piala Presiden 2022.   

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Pelatih PSM Makassar, Bernardo Tavares menyoroti sejumlah hal pasca timnya kalah 1-2 dari Borneo Samarinda FC di babak 8 besar Piala Presiden 2022.

Laga kedua tim berlangsung di Stadion Segiri, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, Minggu (3/7/2022) malam.

Tavares menyoroti terkait ketersediaan bola pasca gol kedua Borneo FC dicetak Matheus Pato di menit 17. Bola susah ditemukan di stadion.

Ia pun berpikir untuk mendatangkan bola dari Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel).

"Setelah gol kedua dari Borneo FC, sepertinya game telan terhenti. Kenapa saya katakan game terhenti, karena bola susah sekali ditemukan di stadion. Tidak ada bola, saya hampir berpikir kita harus ambil bola dari Makassar setelah gol kedua Borneo FC," keluhnya saat konferensi pers usai laga.

Terkait tindakan Yance Sayuri. Pemain 24 tahun ini menendang bola ke arah kids ball. Akibatnya, ia diberi kartu merah.

Itu terjadi, karena Yance Sayuri yang coba meminta bola, tapi lambat diberikan bola oleh kids ball. Padahal, PSM sementara mengejar selisih satu gol di menit akhir pertandingan.

Menurut Bernardo Tavares, tidak ada niat dari Yance Sayuri melakukan tindakan tersebut kepada anak kecil.

"Saya bicara tentang bola, karena tidak ada alasan untuk pemain saya, Yance Sayuri, untuk melakukan ini pada anak kecil," ucapnya.

"Tapi lihatlah, mereka membuat lelucon seperti ini.  Kami bermain olahraga. Ini adalah permainan. Ini bukan perang.  Kita ke sini untuk bersenang-senang," sambung pelatih 42 tahun ini.

Pelatih berkebangsaan Portugal ini tak permasalahkan timnya kalah, asalkan pertandingan berlangsung adil.

"Tapi kita harus merasa yakin kalau itu adil. Sejujurnya, kalian pikir itu adil? Saya jujur pada kalian, saya bisa protes dan mengatakan kalau tim saya seharusnya menang karena saya pelatih, tapi tidak. Lihatlah berapa banyak waktu pertandingan yang hilang,waktu pertandingan yang lewat pada gol kedua babak pertama, karena bola tidak ada di sini, di Borneo. Dan ini tidak boleh terjadi".

"Sepanjang waktu ketika bola keluar, kami selalu menunggu beberapa lama. Dan ada juga satu hal, ketika kiper kehilangan bola, mereka harus melewatkan beberapa detik," sesal Bernardo Tavares.

Menurut Bernardo Tavares, seharusnya hal seperti ini tidak terjadi di sepak bola Indonesia. Ini bukan dalih, lantaran timnya kalah, melainkan ide untuk kemajuan sepak bola Indonesia.

Ia tegaskan, sepak bola Indonesia sangat urgen untuk memakai VAR.

"Saya melihat, di sini (Indonesia) ada pemain yang bagus, suporter yang luar biasa, klub yang bagus, tapi ini butuh VAR. Ini urgen," tegasnya.

Jika ada VAR, wasit akan terbantu dalam mengambil keputusan. Jika tidak ada VAR, hal semacam ini akan terjadi lagi.

Setelah itu, akan terdengar sorakan mafia, mafia, mafia.

"Jika ada VAR, wasit pasti akan terbantu bagaimana membuat keputusan. Dan jika tidak ada VAR, hal semacam ini akan terjadi lagi. Setelahnya, kalian akan mendengar "mafia, mafia, mafia". Kenapa mafia? Kenapa Borneo butuh mafia? Borneo adalah klub yang bagus".

"PSM adalah klub yang bagus. Tapi jika kalian melihat pasar transfer, Borneo FC memiliki dana yang berkali-kali lipat ketimbang kami," pungkas Bernardo Tavares. (*)

 


 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved