Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Kementan

Puluhan Domba yang Mati di Semarang Negatif Penyakit Mulut dan Kuku

Kementerian Pertanian RI atau Kementan memastikan jika puluhan domba yang ditemukan mati di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah bukan akibat PMK

Editor: Edi Sumardi
DOK KEMENTAN RI
Petugas dari BBVeteriner Wates, Kulon Progo, Yogyakarta mengambil sampel dari domba yang ditemukan mati di Sungai Serang, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Rabu (22/6/2022). Sampel diambil guna mendeteksi ada atau tidaknya paparan Penyakit Mulut dan Kuku atau PMK. 

* Hasil uji di laboratorium BBVeteriner Wates

* Masyarakat diminta tak resah

TRIBUN-TIMUR.COM - Kementerian Pertanian RI atau Kementan memastikan jika puluhan domba yang ditemukan mati di Sungai Serang, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, bukan akibat PMK ( Penyakit Mulut dan Kuku ).

Kementan telah melakukan uji PCR dan pengambilan sampel guna diteliti di laboratorium BBVeteriner Wates, Kulon Progo, Yogyakarta.

“Kami mengambil spesimen swab oral dan swab teracak dari domba yang sebelumnya ditemukan di sungai dan telah dikubur di sekitar lokasi penemuan bangkai. Hasil uji menyatakan negatif PMK,” kata Kepala BBVeteriner Wates, Hendra Wibawa sebagaimana siaran pers Kementan, Kamis (23/6/2022).

Petugas di laboratorium BBVeteriner Wates telah menguji 97 sampel dari bangkai yang ditemukan.

Hasilnya negatif PMK.

“Jadi tidak benar kematiannya akibat PMK. Kami pastikan secara pemeriksaan PCR dan masyarakat tidak perlu resah,” kata dia lebih lanjut.

Tim Investigasi gabungan BBVET Wates, Direktorat Kesehatan Hewan Ditjen PKH, dan Dinas Pertanian, Perikanan, dan Pangan Kabupaten Semarang telah melakukan penyidikan epidemiologi pada tanggal 21-22 Juni 2022 dengan menelusuri kasus, kemungkinan penyebab kematian dan faktor risiko, serta pengambilan sampel untuk peneguhan diagnosis laboratorium.

Mengenai kemungkinan penyebab kematian dan diagnosa, menurut Hendra pihaknya memperhatikan mayoritas ternak domba berjenis kelamin betina, maka ada kemungkinan bahwa ternak-ternak merupakan ternak-ternak indukan yang telah ditandai untuk tujuan tertentu.

“Kami menduga ada faktor kelelahan perjalanan jauh dari ternak ini. faktor stress saat transportasi antar daerah, sehingga kondisinya tidak sehat atau juga bisa disebabkan oleh adanya infeksi penyakit. Kami masih lakukan pengujian lanjutan untuk penyakit lainnya,” kata Hendra.(rilis)

Baca berita terbaru dan menarik lainnya di Tribun-Timur.com via Google News atau Google Berita

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved