Opini
Prof Ruslin: The King of Changes
Prof Muhammad Ruslin bagi saya adalah inspirator. Saya teringat lima tahun yang lalu, ketika saya dan istri tercinta masih mengabdi di pedalaman Berau
drg Rustan Ambo Asse SpPros
Alumnus Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Hasanuddin
SEBELUM meraih gelar profesor secara formal, saya mengenalnya sebagai guru besar yang melampaui zaman.
Sepak terjangnya dapat ditelaah dalam berbagai persfektif.
Di antara banyaknya guru besar yang mendiami kampus, dialah salah satu dari sekian yang berdedikasi tinggi, melawan arus dan mampu menyulam kain-kain perbedaan beberapa generasi.
Gelar profesor tentu saja ekpektasi tertinggi dalam ruang dinamika para akademisi, tapi semua itu akan hambar dimata publik jika tak mampu menorehkan tinta dalam sejarah perubahan apapun, seorang profesor sejatinya adalah mata air kebijaksanaan.
Dia mampu mampu memberi gagasan di tengah-tengah kerumitan sosial, namun tak membangun jarak serupa tembok gagasan bagi mahasiswa, sesama profesor maupun berbagai lapis masyarakat.
Prof Muhammad Ruslin bagi saya adalah inspirator.
Saya teringat lima tahun yang lalu, ketika saya dan istri tercinta masih mengabdi di pedalaman Berau, Kaltim, ketika suatu ketika bertemu dalam acara bakti sosial celah bibir dan lelangit di Berau.
Dirinya tidak hadir sebagai dosen yang menjaga jarak atau sebagai akademisi yang bungkam tentang rencana-rencana pengembangan kesehatan gigi mulut di daerah.
Kami diajak berdiskusi tentang banyak hal, terutama tentang tantangan masa depan yang dihadapi seorang dokter gigi, dan hasilnya kami mengumpulkan keberanian, menumpuknya menjadi satu kosakata nekad untuk melanjutkan sekolah, dan hingga hari ini semuanya terlewati serupa rumitnya fenomena kehidupan yang lain.
Bahwa untuk dikatakan hidup sebagai denyut perjuangan maka niscaya kerumitan adalah guru yang tak pernah absen.
Sang profesor itu pernah berujar kepada saya, "To be inspired is great, to inspire is incredible."
Seorang dosen atau pengajar seharusnya bisa menjadi contoh baik menjadi inspirator maupun motivator untuk orang lain.
Begitu pula dalam hal mengenyam pendidikan spesialis.
Saya membagikan pengalaman saya sekolah spesialis dan men-trigger teman sejawat yang lain untuk mengambil sekolah spesialis di sejumlah universitas ternama di Indonesia hinggah lanjut sekolah peningkatan kapasitas ke luar negeri.
Best thing in life is to inspire others to achieve great things in life.
Dirinya pernah berujar, konon dukungan kepada dirinya sangat minim ketika pertama kali memutuskan untuk lanjut pendidikan spesialis bedah mulut dan maksilofasial di Unpad.
Hingga kemudian dia menerima secarik kertas dari almarhumah Bunda drg Hj Halimah Dg Sikati.
Secarik kertas yang berisikan pesan kepada Prof Tet sebagai pendiri sekaligus senior bedah mulut dan maksilofasial di Unpad adalah kesan yang luar biasa yang mengantarnya menjadi murid yang disukai dan berprestasi.
Ketika menempuh pendidikan spesialis di Unpad, semangat itu ditularkan kepada teman dan juniornya di kampus Unhas.
Dia mengirim jurnal dan memberikan informasi sekaligus mengajak yang lain untuk melanjutkan pendidikan spesialis dan hasilnya menyusul drg Andi Tajrin sebagai mahasiswa PPDGS BMM Unpad yang kedua setelah dirinya.
Hingga kemudian menyusul banyak dokter gigi menempuh pendidikan spesialis di berbagai center pendidikan di Indonesia.
Kini tak ada yang menyangka bahwa boleh jadi delapan prodi PPDGS Fakultas Kedokteran Gigi Unhas saat ini sejatinya cikal bakalnya berasal dari pilihan seorang prof ruslin berangkat sekolah.
Cikal bakal itu tentu memiliki dorongan yang kuat sebagai staff dosen FKG Unhas yang tentu tidak hanya memperdalam ilmu spesialistik bedah mulut dan maksilofasial akan tetapi mempelajari dan menanamkan sebuah cita-cita sejak itu untuk mengembangkan program pendidikan dokter gigi spesialis di Unhas.
Akselerasi kemudian perlahan terwujud ketika dirinya dipercaya sebagai Direktur RSGMP Unhas dan kini sebagai Dekan FKG Unhas.
Berbagai macam inovasi dan perubahan itu diwujudkan secara terukur dengan metode merangkul banyak pihak untuk bekerjasama demi kemajuan institusi Fakultas Kedokteran Gigi Unhas.
Tak berhenti sampai disitu, dirinya kemudian melebarkan sayap, memikirkan dan memberi contoh untuk mengambil keputusan sekolah S3 ke luar negeri.
Bahkan dia membangun jejaring banyak profesor diuar negeri seperti Belanda, Jepang, Taiwan, Korea Selatan dan lain-lain untuk saling support di bidang penelitian dan pendidikan.
Dia memotivasi banyak juniornya untuk sekolah ke luar negeri, memberi petunjuk dan rekomendasi hingga yang bersangkutan mendapatkan beasiswa pendidikan.
Tentu tujuanya agar kelak sumber daya yang unggul dan petikan pengalaman dari negara lain dapat dikembangkan di Indonesia khususnya di Unhas.
Pernah suatu ketika saya mendengar langsung bagaimana dia menceritakan masa kecilnya.
Ketika masih menempuh pendidikan di sekolah dasar di Sidrap selain belajar dirinya sudah mulai mengembangkan jiwa entrepreneurship dengan menjual jajanan setelah pulang sekolah.
Kemampuan itu kemudian diterapkan pula ketika menempuh pendidikan spesialis bedah mulut di Unpad Bandung.
Ketika harus menempuh pendidikan dengan biaya mahal tanpa beasiswa, sebagai residen dirinya hampir tidak pernah tidur diluar aktivitas akademik, dia pun harus bekerja nyambi untuk buka praktek, bekerja sekuat tenaga untuk menutup biaya kuliah.
Kemampuan dan skill komunikasi yang dimiliki bahkan tidak hanya menutup biaya kuliah.
Bahkan membuka peluang untuk dirinya investasi.
Ketika pendidikan spesialis selesai dan kembali ke makassar, dia menawarkan konsep pelayanan spesialistik di RSGM Unhas.
Namun belum terlalu direspon secara positif akhirnya niatan itu diwujudkan dalam bentuk klinik pribadi yang berbasis pelayanan spesialistik dengan konsep one stop dental care.
Pelayanan yang oleh dokter gigi spesialis sesuai dengan kompetensi masing-masing.
Pelayanan klinik itu akhirnya tercium dan dilihat langsung oleh Rektor Unhas Prof Dwia, dan dari sini kemudian cikal bakal perubahan di RSGMP Unhas, dan dirinya sekaligus diangkat menjadi direktur.
Kini sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Unhas, dia melanjutkan capaian para dekan pendahulu untuk menjadikan Fakultas itu lebih baik.
Amunisi strategi yang dia miliki mampu menyatukan gerak langkah bagi beberapa eksponen lintas generasi yang terkadang berbeda persfektif.
Selain itu, kini dirinya juga dipercaya sebagai Ketua Kolegium Bedah Mulut dan Maksilofasial Indonesia.
Tugas dan amanah yang banyak tetap dapat ditunaikan berkat strong leadership dan kemampuan yang dimiliki.
Integritas dalam menebar kebermanfaatan menjadikanya terpilih sebagai salah satu sosok yang pembaharu.
Motivator bagi banyak orang untuk berkembang sekaligus penulis jurnal yang produktif di kampus.
Inspirasi yang diberikan bukan hanya kata-kata seperti kebanyakan yang terlihat.
Namun, inspirasi itu berupa perbuatan dan contoh yang nyata.
Termasuk memaafkan keadaan dan seseorang sekalipun yang membuat dia merugi secara investasi.
Ketika saya menyampaikan hal itu dia hanya berujar bahwa kita harus melepaskan hal yang tidak bisa kita kendalikan dan kembali fokus dan berbuat lebih banyak di tempat dan pada kondisi yang lain.
Menghabiskan energi pada hal yang tidak bisa kita kendalikan hanya membuat langkah kita tidak produktif.
Kini sang profesor itu terus melangkah sebagai raja pembaharu.
Mampu bergerak dalam sebuah komunitas yang solid, saling bahu membahu demi kepentingan institusi pendidikan menjadi tauladan yang baik untuk para generasi berikutnya.(*)
Baca berita terbaru dan menarik lainnya di Tribun-Timur.com via Google News atau Google Berita