Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Menyelisik Kekuatan Warga Jepang oleh Sang Doktor of Engineering, Muhammad Zulkifli Mochtar

Setelah lama bermukim di Jepang, ayah tiga anak ini memotret keunikan Jepang dari berbagai dimensi berbeda

Penulis: Siti Aminah | Editor: Waode Nurmin
Tribun-Timur.com/MUH ABDIWAN
Bedah Buku Menyelisik Kekuatan Mereka (The Inspired Thoughts from Japan) di Tribun Timur. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Muhammad Zulkifli Mochtar (48) menulis buku terkait budaya masyarakat Jepang selama 15 tahun hidup di sana.

Zulkifli Mochtar mulanya merantau ke Jakarta untuk memperbaiki kesejahteraan hidup, lambat laun seiring berjalannya waktu ia mendapat petunjuk untuk mencari tempat bekerja di luar negeri dan berani memilih Jepang.

Dua tahun hidup di negara maju, ia akhirnya menemui tambatan hatinya di negeri Sakura, ia menikah pada tahun 2003 dan dikaruniai tiga anak bernama Yuyi, Yuuki, dan Yuuri.

Tak hanya bekerja, ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di Jepang hingga bergelar Doktor of Engineering di Graduate School of Urban Engineering OSaka City University Jepang.

Setelah lama bermukim di Jepang, ayah tiga anak ini memotret keunikan Jepang dari berbagai dimensi berbeda, utamanya soal budaya jepang yang patut menjadi teladan semua manusia.

Keunikan tersebut dituangkan dalam buku dengan ketebalan 97 halaman berjudul Menyelisik Kekuatan Mereka (The Inspired Thoughts from Japan)

- Bagaimana gambaran umum terkait buku ini?

Menyelisik Kekuatan Mereka (The Inspired Thoughts from Japan) bukan sebuah buku dengan pembahasan ilmiah, nuansanya lebih ringan dan populer.

Buku ini sekadar mengupas rahasia berbagai sisi unggul Jepang dari berbagai realitas nyata dan inspirasi yang terpikir saat berkehidupan sehari-hari.

Kemudian dikomplikasikan dengan data aktual dan berbagai sumber berita dan artikel.

- Apa alasan menulis buku ini?
Saya sering terpikir kenapa Jepang lebih maju dari kita (Indonesia),mengapa ekonomi GDP mereka hampir lima kali dibanding GDP Indonesia, padahal natural resources kita lebih melimpah. Wilayah Indonesia sepuluh kali lipat lebih luas dan populasi penduduk dua kali lebih banyak.

Jawabannya adalah warga Jepang pekerja keras. Disamping itu mereka mampu merancang sistem dan cara kerja bagus dalam banyak elemen.

Misalnya disiplin waktu, loyal kepada atasan, mengutamakan kerja tim, administrasi lengkap, menyelesaikan pekerjaan tepat waktu dan mengutamakan pelayanan.

- Dalam dunia kerja kebiasaan seperti apa yang diterapkan oleh mereka?
Saat masuk jam kerja, langsung ibarat switch on atau tidak ada lagi obrolan tidak jelas. Saat istirahat, baru mereka bisa bercanda di luar masalah pekerjaan.

Pekerja Jepang diedukasi bertindak prosedural dan sistematika agar tindakan dan keputusan terjamin keakuratannya.

Pekerja Jepang sangat serius menyiapkan meeting, mulai dari file pendukung hingga kesiapan peserta rapat. Maka jangan heran jika ada rapat tas mereka terlihat penuh dan berat oleh dokumen.

Namun baginya, ini bukanlah efek DNA maupun ras seseorang, melainkan tanggung jawab, kebiasaan dan rasa memiliki yang berdampak pada hal positif.

- Bagaimana dengan jam kerja mereka, apakah sama dengan pekerja di Indonesia?

Usulan empat hari kerja dalam sepekan muncul di Jepang, perusahaan boleh mengizinkan staf untuk bekerja empat hari dari lima hari masa kerja, tujuannya agar mereka bisa menyeimbangkan kehidupan pribadi (keluarga) dan kerjaan.

Dengan masa kerja tersebut diyakini membuat anak muda lebih banyak bersama, menikah, dan memiliki anak.

Total jam kerja dalam setahun mencapai 1.598 jam dengan 16 hari libur nasional. Tepat pada pukul 6 semua fasilitas perusahaan sudah disetel otomatis agar tak lagi digunakan atau tanda masa kerja telah berakhir.

- Apa kunci dari budaya tertib yang dijalankan masyarakat Jepang?
Saya memilah jadi tiga kekuatan, yakni keteraturan sistem, pendidikan sekolah dan keunggulan budaya.

- Apa contoh nyata dari keteraturan sistem yang dijalankan oleh mereka?

Seorang masinis di Jepang mendadak sakit perut saat mengoperasikan kereta.

Sang masinis ingin ke toilet dan meminta tolong ke konduktor tetapi konduktor yang ada saat itu tidak berlisensi.

Secara prosedural, jika tiba-tiba sakit dan harus ke toilet sang masinis harus digantikan oleh masinis yang berlisensi, jika tidak ada masinis harus menyampaikan ke divisi kontrol pusat.

Pihak manajemen menyampaikan kekecewaannya dengan tindakan masinis, itu dianggap tidak disiplin dan yang bersangkutan harus meminta maaf meskipun tidak ada kejadian yang terjadi.

Secara umum warga negeri sakura ini sangat terobsesi dengan prosedural dan juga punctuality.

- Bagaimana sistem pendidikan dan pola asuh warga Jepang?

Minta maaf adalah budaya di Jepang, alasan kesalahan itu nomor dua. Permintaan maaf juga dibarengi dengan membungkukkan badan, kebiasaan hidup disiplin dicontohkan saat anak berusia belia, anak-anak diajarkan untuk membudayakan kebiasaan positif masyarakat di sana.

Mereka terbentuk dari sekolah, sekolah di Jepang punya perhatian besar untuk pendidikan moral, etika kesopanan, minat baca, keteraturan, kemandirian, dan kerjasama tim yang berusaha diselipkan harmonis dalam mata pelajaran.

- Tokyo sebagai Ibu Kota Jepang disebut sebagai Liveable City, mengapa demikian?
Tokyo menjadi salah satu dari lima kota paling layak huni di dunia bersama Wellington, Auckland, Osaka dan Adelaide. Tokyo adalah kota dengan transportasi umum paling tepat waktu, jalannya bersih dan banyak restoran.

Tokyo juga berusaha mengantisipasi kemungkinan kebakaran dengan mengembangkan pola firebreak belt. Tokyo bukan hanya kota modern dan atraktif, tetapi nuansa tradisionalnya juga tak terabaikan.

- Angka harapan hidup Warga Jepang tinggi, bagaimana pola hidup mereka atau cara menjaga kesehatan?

Jepang tertinggi harapan hidupnya di antara semua negara maju, yakni 87,74 tahun untuk wanita dan 81,64 tahun untuk pria. Jumlah warga usia 100 tahun makin besar mencapai 80 ribu lebih.Penduduk usia 65 tahun ke atas mencapai 36,1 juta atau 28,7 persen dari total penduduk.

Kunci hidup sehat ala warga Jepang mereka terbiasa jalan cepat dan aktif melakukan aktivitas fisik. Banyak pensiunan tetap aktif bergerak dan terus bekerja, bahkan golongan lansia tetap menyibukkan diri dengan berbagai aktivitas fisik.

Kedua, pola makan minumnya. Di sana ada makanan Jepang yang populer bernama 'washoku' komposisinya didominasi produk makanan segar tanpa olahan. Juga kaya akan sayur dan buah, minum teh ocha tanpa gula bahkan sudah jadi lifestyle.

Disamping itu, mereka juga punya kesadaran yang tinggi akan hidup bersih. Di sana tidak boleh seenaknya memasukkan sampah di jenis plastik yang salah atau membuang sampah tidak sesuai jadwalnya.

Petugas sampah tidak akan mengambil jika hal di atas tidak dilakukan, bahkan akan diberi tempelan stiker bertuliskan 'sampah anda salah tidak bisa diambil. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved