Grup WhatsApp SSB
Grup WhatsApp SSB Kupas Tuntas Fenomena Gaya Hidup Islam Indonesia
Penghuni grup WhatsApp (WAGs) Senter Senter Bella (SSB) menggelar Halal Bihalal di Jl Maipa, Kecamatan Ujung Pandang, Makassar, Rabu (11/5/2022)
Penulis: Muslimin Emba | Editor: Sukmawati Ibrahim
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Penghuni grup WhatsApp (WAGs) Senter Senter Bella (SSB) menggelar Halal Bihalal di Jl Maipa, Kecamatan Ujung Pandang, Makassar, Rabu (11/5/2022) malam.
Halal Bihalal itu dirangkaikan dengan diskusi dengan tema 'Islam Disruption dan Metaverse'.
Sejumlah Intelektual dan budayawan senior dihadirkan sebagai pembicara.
Seperti Prof Qasim Mathar, Taslim Arifin, Razak Acha Thaha dan Tadjuddin Parenta.
Selain itu antara juga hadir antara lain Bachrianto Bachtiar, Rivai Mappeaty, dan Bahar Wahid.
Diskusi yang dimoderatori Presiden SSB Syamsul Bahri Sirajuddin, berlangsung cair dan diselingi tanya jawab.
Peserta diskusi antara lain, Arman Arfah, Dr M Sawedi, Hasymi Ibrahim, Herman Edy, Ridwan Thaha, Pahir Halim dan beberapa akademisi lainnya.
Selain kelima tokoh intelektual itu antara lain Bachrianto Bachtiar, Rivai Mappeaty, dan Bahar Wahid.
Alur pembicaraan diskusi mengupas secara mendasar fenomena gaya hidup Islam Indonesia.
Antara lain euforia membangun musolah di mal, kafe dan resto, maraknya lembaga hafal qur'an, dan fashion life style.
Selain itu, empat madzhab seperti Syafi'i, Hanafi, Maliki dan Hambali juga ikut dibahas.
Begitu juga dengan korelasi itu ih pengetahuan modern dengan Al-qur'an, turut dibahas.
Baik dari segi ilmu teologi terkait proses penciptaan, fisika ataupun beberapa disiplin ilmu lainnya.
Selain dari prespektif ilmu pengetahuan, juga dikolerasikan pada budaya.
Prof Qasim dalam paparannya terkait mashab, mengatakan perbedaan tidak boleh dijadikan sebagai perpecahan.
"Para imam mashab tidak pernah bermimpi bahwa dia punya pemikiran akan jadi paradigma. Terkait Islam minimalis, hargailah saja setiap pemikiran atau perbedaan," ucap Prof Qasim.
"Yang saya tidak terima ketika Islam itu dibicarakan dengan kekerasan, kalau berbeda secara pemikiran itu tidak apa-apa, tapi kalau sudah kekerasan itu tidak boleh," sambungnya.
Sementara Prof Taslim mengatakan, setiap perubahan perlu dikawal dan terarah.
"Perubahan itu ada dan sebagian harus disyukuri, sebagiannya lagi harus diarahkan," ucap Prof Taslim dalam Closing Steatmennya.
Diskusi yang berlangsung sejak pukul 20.00-22.15 Wita itu rencananya akan diagendakan tiap bulannya.(*)