Perang Rusia Ukraina
Kim Jong-un Akhirnya Bersuara, Dukung Penuh Presiden Rusia Vladimir Putin Tumpas 'Pasukan Musuh'
Pidato Putin itu bertepatan dengan peringatan Hari Kemenangan yang menandai menyerahnya Nazi Jerman kepada Uni Soviet pada 9 Mei
Invasi Rusia ke Ukraina membuat Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa terpecah mengingat Moskow punya hak veto di sana.
Hal tersebut dianggap menimbulkan situasi tepat bagi rezim Kim Jong-un mempercepat program senjata Korea Utara.
Sepanjang 2022, Pyongyang meningkatkan uji coba senjata, telah 15 kali menggelar tes rudal sejauh ini.
Parade Militer
Putin menghadiri parade Hari Kemenangan megah di Lapangan Merah, Moskow.
Rusia memamerkan barisan prajurit dan perlengkapan militer untuk memperingati peran Uni Soviet pada Perang Dunia Kedua lalu.
Ketika berpidato, Putin tidak menyinggung langkah Rusia untuk mengakhiri perang.
Dia justru lebih banyak menegaskan klaim Ukraina dan NATO adalah “ancaman” Rusia.
Putin mengaku pihaknya berhak meluncurkan serangan pendahuluan (pre-emptive strike) karena ekspansi NATO ke Eropa Timur.
Ia menjustifikasi invasi ke Ukraina untuk mencegah perang “yang tidak bisa dielakkan” lawan NATO.
“Bahaya semakin meningkat dari hari ke hari. Rusia memutuskan respons pendahuluan terhadap agresi. Ini (invasi ke Ukraina) terpaksa, tepat waktu, dan satu-satunya keputusan yang benar,” kata Putin dalam pidatonya sebagaimana dikutip Associated Press.
Walaupun telah memfokuskan agresi ke kawasan Donbass usai gagal merebut Kiev, pasukan Rusia urung mencapai kemajuan berarti.
Sejumlah kalangan khawatir Putin akan mendeklarasikan secara resmi perang lawan Ukraina dan mengumumkan mobilisasi massal untuk menyokong agresi.
Perang yang semakin panjang di Ukraina menghadirkan tantangan tersendiri bagi Rusia, mengingat sumber daya perang konvensional mereka yang menipis dan bantuan senjata konstan untuk rezim Kiev.
Di lain sisi, kegagalan Rusia di Ukraina sejauh ini pun mesti dibayar mahal dengan sanksi meluas yang menjerat ekonomi Rusia.