Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Ilmuwan Temukan Spesies Katak Baru Diklaim yang Terkecil di Dunia, 'Bisa Diletakkan di Ujung Jari'

Yang paling kecil yakni Craugastor candelariensis adalah katak terkecil di Meksiko, dengan panjang tidak lebih dari 0,5 inci (13 mm).

Editor: Alfian
Live Science/Jeffrey W. Streicher
Craugastor cueyatl pada koin 10 peso Meksiko, yang memiliki diameter 1,1 inci (28 milimeter) 

TRIBUN-TIMUR.COM - Para peneliti dan ilmuwan menemukan spesies katak baru di wilayah meksiko.

Spesies katak baru ini bahkan diklaim yang terkecil dari spesies katak lainnya yang pernah ditemukan.

Dilansir dari livescience.com, ada enam spesies katak mini yang baru ditemukan dan dideskripsikan dari Meksiko dan Guatemala.

Ukurannya yang sangat kecil sehingga masing-masing dapat muat dengan nyaman di ibu jari manusia.

Dua dari spesies tersebut berukuran kurang dari 0,7 inci (18 milimeter).

Kemudian yang paling kecil yakni Craugastor candelariensis adalah katak terkecil di Meksiko, dengan panjang tidak lebih dari 0,5 inci (13 mm).

Katak kecil ini hidup di serasah daun lembab di lantai hutan dan dikenal sebagai katak yang berkembang secara langsung.

Ini artinya katak mini tersebut tidak melalui tahapan dari kecebong sebagai bagian dari siklus hidup mereka.

Para peneliti yang menggambarkan spesies tersebut menulis dalam sebuah studi baru.

Sebaliknya, katak menetas dari telur sebagai versi mini dari bentuk dewasa mereka.

Sebelumnya pernah disebut katak terkecil ditemukan diperkirakan berukuran kurang dari 0,4 inci (10 mm).

Tetapi para ilmuwan tidak yakin tentang itu karena tidak ada yang pernah melihat katak ini menetas, kata penulis utama studi Tom Jameson, seorang peneliti di Departemen Zoologi di University of Cambridge di Inggris, dan kandidat doktor dalam program Cambridge Climate, Life and Earth (C-CLEAR).

"Kami hanya tahu sedikit tentang reproduksi, riwayat hidup, dan perilaku mereka," kata Jameson kepada Live Science melalui email.

Ilmuwan lain telah mengumpulkan katak bertahun-tahun yang lalu dan menempatkannya di koleksi museum.

Kemudian mengkatalogkan amfibi yang sangat kecil sebagai spesies yang tidak terdefinisi dalam genus Craugastor atau mungkin milik spesies katak mini C pygmaeus atau C hobartsmithii.

Ini berdasarkan laporan pada 4 April di jurnal Herpetological Monographs .

Namun, semua katak kecil tampak sangat mirip sehingga para ilmuwan tidak dapat memastikan dengan tepat di mana letak katak-katak tersebut di pohon keluarga Craugastor .

"Kami meninjau kembali klasifikasi ini karena salah satu rekan penulis saya, Jeff Streicher [seorang kurator senior amfibi dan reptil di Natural History Museum di London], melakukan beberapa analisis genetik pada tahun 2012 dan menemukan pola yang menunjukkan beberapa spesies yang belum terdeskripsikan," Jameson menjelaskan.

Craugastor rubinus, salah satu spesies yang baru dideskripsikan, dikerdilkan oleh ujung jari peneliti
Craugastor rubinus, salah satu spesies yang baru dideskripsikan, dikerdilkan oleh ujung jari peneliti (Live Science/Jeffrey W. Streicher)

Para peneliti kemudian menindaklanjuti temuan Streicher dengan melakukan analisis DNA dari spesimen Craugastor yang bersangkutan.

Selanjutnya menggunakan pemindaian computer X-ray tomography (CT) untuk membuat model digital 3D yang menyoroti perbedaan bentuk tulang katak dan bagian tubuh.

Ketika analisis mereka selesai, para ilmuwan mengelompokkan spesimen menjadi enam spesies baru

Yakin C bitonium, C candelariensis, C cueyatl, C polaclavus, C portilloensis dan C rubinus.

"Kami menemukan bahwa setiap spesies secara genetik berbeda," kata Jameson.

"Kami juga menemukan perbedaan dalam bentuk tengkorak, tingkat pengerasan kerangka, dan fitur eksternal seperti jumlah tuberkel [benjolan yang mengeras] di tangan dan kaki."

Karena katak sangat kecil, mereka ada di menu untuk hampir setiap predator di ekosistem hutan mereka, termasuk burung, kadal, mamalia kecil, dan bahkan serangga besar dan katak lainnya, kata Jameson.

"Tetapi katak menghadapi risiko yang jauh lebih besar dari aktivitas manusia," tambahnya.

Ancaman nyata bagi katak ini berasal dari hilangnya habitat, perubahan iklim (perubahan habitat lebih lanjut), dan penyakit.

"Seperti penyakit jamur yang sangat menular chytridiomycosis, atau penyakit chytrid," tulis Jameson dalam email.

Penyakit Chytrid disebabkan oleh jamur Batrachochytrium dendrobatidis, yang menginfeksi amfibi melalui kulit mereka dan mudah menyebar ke habitat baru oleh manusia, menurut Cornell Wildlife Health Lab di Cornell University di Ithaca, New York.

Meskipun ukurannya kecil, katak ini dapat mewakili puncak gunung es yang sangat besar dari keanekaragaman hayati amfibi yang tidak diketahui di wilayah tersebut, penulis penelitian melaporkan.

"Kami menduga bahwa spesies tambahan menunggu penemuan, terutama di Meksiko barat dan timur Tanah Genting Tehuantepec di mana upaya pengambilan sampel kami terbatas," tulis para penulis.(*)

Baca berita terbaru dan menarik lainnya dari Tribun-Timur.com via Google News atau Google Berita

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved