Ternyata Ada Negara yang Tak Mau Rusia dan Ukraina Berdamai, Kini Ajak Negara Barat Lakukan Ini
Bukan tanpa alasan. Pasalnya Gelagat itu terlihat dari aksi AS yang terus mengajak negara Barat ikut terlibat dalam perang.
Sementara, Grozev menyebut, Ukraina tidak hanya bekerja untuk menghancurkan rudal, tetapi juga menyelidiki siapa orang yang bisa mengoperasikannya.
"Bagaimanapun, Ukraina bekerja tidak hanya untuk menembak jatuh dan menghancurkan rudal, tetapi juga untuk mengidentifikasi orang yang dapat memprogram rudal ini."
"Oleh karena itu, saya tidak akan terkejut jika tidak hanya perangkat keras tetapi juga perangkat lunak yang habis di Rusia," ujar Grozev.
Kemudian, Grozev juga mengomentari terkait situasi Rusia yang mengklaim telah menguasai Mariupol.
Menurutnya, pertempuran di Mariupol hanya kekurangan senjata saja.
Untuk itu, ia menilai jika pasukan Ukraina mendapat pasokan senjata, maka situasi bisa berbalik.
Baca juga: Dua Menteri AS Dikabarkan Kunjungi Ukraina, Zelensky Minta Bantuan Senjata Berat
"Jika pertempuran untuk Mariupol sekarang kalah taktis, itu tidak berarti kekalahan dalam pertempuran, karena alasan untuk tidak dapat mempertahankan kendali Mariupol adalah kurangnya senjata, bukan kurangnya motivasi."
"Saat ini, waktu masih bekerja untuk Ukraina, karena senjata presisi tinggi dipasok setiap minggu."
"Dan apa yang tidak dapat dilakukan Ukraina seminggu yang lalu kemungkinan besar akan mungkin terjadi dalam dua hingga tiga minggu," ungkapnya.
Di sisi lain, Grozev juga menyinggung terkait pasokan senjata yang akan didapatkan Ukraina dari 19 negara.
Menurutnya, pasokan senjata tersebut dapat memberikan harapan bagi Mariupol untuk membalikkan keadaan.
"Pada tahap ini, 19 negara siap memberikan senjata berteknologi tinggi ke Ukraina, yang memberikan alasan untuk harapan," katanya.
Ekspresi Putin saat Sadar Pasukan Rusia Terus Goyah
Sebelumnya diberitakan, Presiden Rusia, Vladimir Putin terlihat meringis dan menggigit bibir bawahnya ketika menyadari invasi Rusia di Ukraina terus goyah.