Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Sri Lanka

Negara Sri Lanka Bangkrut karena Tak Bisa Bayar Utang Rp 732 Triliun, Ini Fakta-faktanya

Banyak warga yang kini harus mengalami kelaparan karena tak ada bahan makanan.

Editor: Muh. Irham
AFP
Seorang pria terluka setelah bentrokan dengan polisi selama demonstrasi di luar rumah Presiden Sri Lanka untuk menyerukan pengunduran dirinya karena krisis ekonomi negara yang belum pernah terjadi sebelumnya memburuk di Kolombo, pada 31 Maret 2022. - Protes yang mencoba menyerbu rumah Sri Presiden Lanka Gotabaya Rajapaksa berubah menjadi kekerasan pada 31 Maret 2022, dengan setidaknya satu orang terluka parah, ketika penduduk mengecam penanganan pemerintah terhadap krisis ekonomi yang melumpuhkan negara itu 

TRIBUN-TIMUR.COM -  Negara Sri Lanka kini jadi sorotan dunia. Negara yang terletak di Asia Selatan tersebut dinyatakan sebagai negara yang bangkrut karena gaga membayar utang sebesar 51 miliar dollar AS atau sebesar Rp 732 triliun.

Negara tersebut gagal melakukan pembayaran karena terlilit krisis ekonomi yang parah. Banyak warga yang kini harus mengalami kelaparan karena tak ada bahan makanan.

Berikut fakta-fakta Sri Lanka jadi negara bangkrut seperti dirangkum Tribunnews.com, Kamis (14/4/2022):

Butuh waktu lama untuk pemulihan

Pemerintah Sri Lanka menyebut negaranya kehabisan devisa untuk mengimpor barang-barang yang sangat dibutuhkan.

Lembaga pemeringkat dan divisi kredit Amerika, S&P Global Ratings, Rabu (13/4/2022) mengatakan, butuh waktu berbulan-bulan bagi Sri Lanka untuk merestrukturisasi utang luar negerinya.

Pada Selasa (12/4/2022) Sri Lanka menyatakan, akan gagal membayar utang 51 miliar dollar AS (Rp 732 triliun) yang dipinjamnya dari luar negeri.

Sri Lanka mengonfirmasi mereka bakal melewatkan pembayaran kupon bunga yang jatuh tempo pada 18 April.

Rakyat mulai kelaparan

Sri Lanka gagal bayar utang luar negeri diumumkan ketika negara kepulauan itu bergulat dengan krisis ekonomi terburuknya dan meningkatnya demonstrasi yang menuntut pengunduran diri pemerintah.

Kekurangan makanan dan bahan bakar yang akut, serta pemadaman listrik setiap hari yang panjang, membawa penderitaan yang meluas ke 22 juta orang di Sri Lanka. Krisis paling menyakitkan sejak kemerdekaan pada 1948.

S&P melanjutkan, Sri Lanka tidak mungkin dapat melakukan restrukturisasi utang dengan cepat.

"Proses restrukturisasi utang Sri Lanka kemungkinan akan rumit dan mungkin membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk diselesaikan," kata S&P dikutip dari AFP.

"Negosiasi dengan IMF untuk membentuk program reformasi dan pendanaan masih dalam tahap awal," tambahnya.

Rakyat Diminta Sabar

Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved