Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Mahasiswi Meninggal Dunia Lima Hari Jelang Wisuda, Prosesi Wisuda Unimerz Banjir Air Mata

Sebab Lima hari lalu di RS Ibnu Sina, Huliany menghembuskan nafas terakhirnya. Padahal dia akan diwisuda 30 Maret 2022

Penulis: Faqih Imtiyaaz | Editor: Waode Nurmin
TRIBUN TIMUR/Faqih
Juliana, Sosok Sahabat Huliany memegang foto sahabatnya di prosesi Wisuda. Huliany menghembuskan nafas terakhirnya di RS Ibnu Sina lima hari sebelum wisuda 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Suasana haru menghiasi prosesi wisuda Universitas Megarezky di Hotel Claro, Makassar, Rabu (30/3/2022)

Diiringi lagu Hanya Rindu karya Andmesh Kamalang, Isak tangis wisudawan, orangtua, dan civitas akademika Unimerz pecah disela-sela prosesi.

"Kuingin saat ini engkau ada disini, tertawa bersama ku seperti dulu lagi"

Lirik lagu ini membawa ballroom Sandeq banjir air mata

Pasalnya, inilah prosesi penghormatan diberikan oleh seluruh orang yang hadir di ruangan kepada salah satu lulusan Unimerz yang tidak mampu mengikuti prosesi wisuda.

Ialah Huliany, seorang mahasiswi asal pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur.

Di prosesi wisuda ini, Huliany diwakili oleh sahabatnya Juliana.

Sebab Lima hari lalu di RS Ibnu Sina, Huliany menghembuskan nafas terakhirnya.

Tepatnya 25 Maret 2022, Huliany menghadap sang Pencipta.

Juliana mengisahkan perjuangan Huliany untuk bisa menghadiri prosesi wisudanya.

"Sebelumnya dia memang sakit waktu masih di sumba. Jadi, dia suruh saya untuk urus berkas yudisiumnya. Tapi, saya tidak dapat. Akhirnya, dia datang ke Makassar," ujar Juliana kepada Tribun-Timur.com, Rabu (30/3/2022).

"Dia datang memang masih dalam kondisi sakit, terus dia yang dapat berkasnya," lanjutnya.

Juliana mengakui bahwa dirinya hanya sesekali datang menjenguk sahabatnya

"Saya datang kalau dia minta dibawakan makanan, atau mau buah," ujar Juliana dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

Selama sakit, Huliany tidak pernah meminta diantar ke rumah sakit.

Juliana mengatakan bahwa sahabatnya tersebut hanya mengeluh sakit Maag.

Hingga akhirnya, orangtua Huliany turut datang ke Makassar

"Saya jemput mamanya dibandara, baru saya antar ke kosnya. Mamanya menangis lihat anaknya. Katanya, kenapa anaknya semakin kurus," ujar Juliana dengan suara serak.

"Besoknya langsung dibawa RS Hermina. Di situ, dia dirawat selama 10 hari," sambungnya.

Perawatan intensif mulai dilakukan kepada Huliany

Namun, dirinya meminta keluar dari rumah sakit tersebut

"Dia memaksa keluar, karena dia rasa kurang baik disitu. Jadi meminta terus keluar," ujar Mahasiswa D-III Kebidanan ini.

Dengan begitu, orangtua Huliany menandatangani surat keluar rumah sakit.

Orangtua Huliany berdalih kepada RS bahwa anaknya akan dibawa pulang ke Sumba.

Namun, dirinya urung pulang ke Sumba sebab masih ingin mengikuti proses yudisium.

Bahkan, Huliany meminta kepada sahabatnya ini untuk datang menguruskan baju untuk yudisium

"Dia suruh saya datang untuk bawa bajunya dijahit. Tapi, saya belum sampai, dia bilang tunggu dulu. Katanya, jam 2 mau ke RS Ibnu Sina untuk USG," ujar Juliana.

Usai melakukan pemeriksaan di RS Ibnu Sina, Huliany langsung menjalani perawat intensif kembali.

Usai tiga hari dirawat, Huliany menghembuskan nafas terakhirnya Jumat (25/3/2022).

"Saya tidak sempat jenguk lagi, sebab ban motor saya rusak," ujar Juliana

"Diagnosa terakhir ada tumor di ususnya," sambungnya

Dengan air mata yang mulai mengalir, Juliana menceritakan kisahnya bersama sahabatnya tersebut.

"Kami sama-sama angkatan 2018. Dulu, sering ngekos bareng di ujung bori lama Antang," ujar Juliana diikuti sesegukan

"Dia anak yang baik sekali, tidak pelit. Kalo ada temannya tidak punya uang, dia bahkan rela pinjamkan uangnya," sambungnya.

Juliana mengakui bahwa sahabatnya ini merupakan sosok yang mudah akrab dengan orang lain.

Sebab, Huliany memiliki sifat ramah atau dalam bahasa Makassar disebut sombere'

"Kalo ada orang, pasti ditegur. Kalo ada dosen yang mau minta tolong, dia pasti paling, cepat," ujar Juliana.

Urusan perkuliahan, sosok Huliany merupakan mahasiswa yang cukup pintar.

Hal ini ditandai dengan nilai IPK yang menyentuh angka 3,88.

Kini, Huliany telah menghadap sang Pencipta.

Sahabatnya hanya mampu mewakili dirinya dalam prosesi wisudanya.

Namun, dengan rasa bangga segala perjuangannya menempuh pendidikan telah usai.

"Kami bangga denganmu, orangtuamu bangga denganmu, Unimerz bangga denganmu, Semoga tenang sahabat," tutup Juliana.

 

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved