Rara Isti Wulandari
Apakah Tahun Depan Jasa Rara Isti Wuladari Masih Digunakan di Sirkuit Mandalika? Ini Jawaban ITDC
Dorna sebagai penyelenggara, menyetujui pengadaan pawang hujan dan mengizinkan Rara masuk ke area sirkuit untuk melakukan ritual.
TRIBUN-TIMUR.COM - Pengelola kawasan Mandalika, Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) angkat bicara mengenai aksi Rara Istiati Wulandari, yang bisa masuk sirkuit Mandalika yang dijaga ketat.
Dalam keterangan persnya di Arcadia, Senayan, Jakata, Jumat (25/3/2022), Direktur Utama ITDC Abdulbar M Mansoer mengatakan, fenomena pawang hujan yang terjadi di Sirkuit Mandalika, sebenarnya tidak pernah dieprkirakan.
"Kami hanya ingin memberikan pengalaman yang menarik untuk penonton. Makanya kami siapakan pawang hujan itu," kata Abdulbar M Mansoer.
Dorna sebagai penyelenggara, menyetujui pengadaan pawang hujan dan mengizinkan Rara masuk ke area sirkuit untuk melakukan ritual.
"Tapi mungkin Dorna memfasilitasi itu untuk kepentingan entertainment karena ada kameramen juga kan? Intinya untuk acara selanjutnya kami terbuka terhadap masukan banyak pihak," sambungnya.
Kehadiran Rara di arena sirkuit memang menyita perhatian publik. Pasalnya, ritual yang dilakukan Rara berlangsung jelang kelas MotoGp akan dilangsungkan.
Saat itu, hujan deras tiba-tiba mengguyur area sirkuit dan menyebabkan balapan terpaksa ditunda selama kurang lebih satu jam.
Tak cuma hujan deras, ada juga petir yang menyambar lintasan. Dalam momen hujan deras tersebut, muncul pawang hujan bernama Rara Istiati Wulandari. Dia melakukan ritual menghentikan hujan di tengah trek.
Sekitar 30 menit setelah aksi Rara membawa sesajen dan membuat tarian khusus, hujan pun reda. Aksi ini lantas menjadi perhatian banyak orang di sirkuit dan juga yang menonton dari televisi, tak terkecuali para pebalap yang terhibur.
Media-media massa Eropa pun memuji aksi Rara dalam menghentikan hujan tersebut. Namun, tak sedikit juga yang mencibir termasuk dari Tanah Air karena menganggap aksi Rara itu hanya tipu muslihat atau musyrik.
Lalu apakah jasa Rara masih akan digunakan di balapan tahun depan? Abdulbar M Mansoer mengatakan akan mempertimbangkan lagi dari berbagai sisi.
"Tapi kalau untuk tahun depan pasti akan kami kaji lagi supaya aman untuk semuanya," katanya lagi.
Ritual Tanpa Alas Kaki
Diberitakan sebelumnya, Rara mengaku bahwa pihak Mandalika Grand Prix Association (MGPA) dan Dorna lah yang memintanya untuk masuk ke pitlane MotoGP Mandalika pada Minggu (20/3) lalu.
"MGPA dan Dorna (yang meminta saya masuk ke pitlane)," ungkap Rara, Selasa (22/3).
Menurut Rara, dirinya sedang berada di dalam tenda kala hujan deras mengguyur Sirkuit Mandalika pada hari Minggu siang. Kala itu, ia tengah melakukan ritual penangkal hujan bersama dua asistennya.
Hujan yang semakin deras dengan petir menggelegar membuat Rara mencoba masuk ke area sirkuit. Awalnya, ia tidak diperbolehkan masuk karena Rara tidak memiliki tanda pengenal atau ID dari Dorna.
Meski demikian, pihak MGPA akhirnya memperbolehkan Rara masuk paddock atas persetujuan Dorna.
Rara kemudian melakukan ritual dengan membawa cawan hingga menarik perhatian banyak pihak. Setelah Rara melakukan aksi ritualnya, hujan di Mandalika pun reda.
Di sisi lain, Rara tampak tidak mengenakan alas kaki alias "nyeker" kala melakukan ritual di pitlane MotoGP Mandalika. Menurutnya, itu merupakan salah satu syarat yang harus dilakukan kala menjalani ritual sebagai pawang hujan.
"Saya kalau sedang ritual tidak boleh memakai alas kaki. Saya harus menyatu dengan alam. Saat ritual saya juga tidak boleh diganggu, nanti bisa merusak rencana," paparnya.
Rara sendiri merupakan seorang penganut Kejawen yang lahir di Papua dan tinggal di Bali. Menurut Rara, ada dua corak pawang hujan di Indonesia yaitu corak Islam dan corak Hindu.
Rara mengaku sama-sama menggunakan kedua corak tersebut. Ia menerapkan cara dan teknik Hindu, sedangkan asistennya menggunakan cara Islam atas izinnya.(*)
