Terkait Konflik Wadas Ganjar Diminta Bersikap Hati-hati
Ganjar turun langsung menemui mereka. Sambil duduk lesehan di bawah guyuran hujan, Ganjar mendengarkan tuntutan dan memberi penjelasan.
TRIBUN-TIMUR.COM,SEMARANG - Konflik terkait penambangan batu andesit di Wadas, Purworejo, Jawa Tengah belakangan terus mencuat.
Bahkan mahasiswa dan perwakikan warga Wadas datang menggeruduk kantor Gubernur Jawa Tengah.
Terkait hal tersebut Pengamat Sosial, Wahyudi Winarjo mengatakan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo harus terus bersikap mengedepankan dialog.
Meskipun sebenarnya, kasus Wadas secara hukum sudah selesai atau inkrah.
Proses panjang yang dilakukan dan ditolaknya gugatan warga oleh Mahkamah Agung bisa menjadi dasar Ganjar segera merealisasikan penambangan batu andesit di Wadas.
"Tapi Ganjar tidak melakukan itu. Dia sangat hati-hati dan tak ingin melukai hati rakyat Wadas khususnya mereka yang kontra. Dia terus melakukan pendekatan, dialog dan menjalankan berkomunikasi dengan baik agar tercipta saling pengertian dan pemahaman," kata Wahyudi.
Cara Ganjar ini lanjut Wahyudi bisa menjadi role model kepemimpinan di Indonesia.
Ganjar mengedepankan dialog, dekat dengan rakyat, turun ke rakyat tanpa takut dan menjauhi.
"Ini harus diteladani negarawan dan pemimpin lain di Indonesia. Ketika menghadapi masalah yang berkaitan dengan rakyat, nggak usah dijauhi, nggak usah menyuruh orang. Turun langsung untuk menyelesaikan," ujarnya.
Cara Ganjar menghadapi unjuk rasa mahasiswa dan perwakilan warga Wadas pada Selasa (22/3/2022) kemarin juga mendapat sorotan.
Aksinya disebut sebagai cara pemimpin yang nguwongke atau menghormati rakyat.
Saat demo terjadi, ratusan mahasiswa dan perwakilan warga Wadas menggeruduk kantor Ganjar.
Mereka menolak rencana penambangan batu andesit di desa Wadas.
Ganjar turun langsung menemui mereka. Sambil duduk lesehan di bawah guyuran hujan, Ganjar mendengarkan tuntutan dan memberi penjelasan.
"Ini menarik, bagaimana Ganjar begitu nguwongke atau menghormati rakyatnya. Ganjar mengamalkan prinsip vox populi, vox argentum. Bahwa suara rakyat adalah suara Tuhan," kata Wakil Direktur Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini.