Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Perang Rusia Ukraina

Mariupol Terus Digempur dari Darat dan Laut, Warga Sembelih Anjing Liar untuk Dimakan

Di kota yang dikuasai batalyon Azov ini, militer Angkatan Laut Rusia melancarkan serangan bertubi-tubi dari atas kapal perang.

Editor: Muh. Irham
AP PHOTO
Warga Mariupol memperhatikan puing-puing gedung yang hancur diantam rudal Rusia 

TRIBUN-TIMUR.COM - Perang antara tentara Rusia melawan militer Ukraina terus berkecamuk. Perag terbuka paling seru terjadi di Mariupol, Ukraina.

Di kota yang dikuasai batalyon Azov ini, militer Angkatan Laut Rusia melancarkan serangan bertubi-tubi dari atas kapal perang.

Pejabat snior Kementerian Pertahanan Amerika Serikat menyebutkan, Rusia melancarkan serangan besar-besaran dari laut setelah tentara mereka diusir dari Kyiv, ibu kota Ukraina.

Sebelumnya dikabarkan pasukan darat Rusia mulai kewalahan menghadapi serangan balik dari pasukan Ukraina.

Pejabat AS menyatakan Rusia telah menghujani Mariupol dengan rudal-rudal jarak jauh dari kapal perang mereka. Artileri berat di darat juga menambah daya gempur Rusia ke kota tersebut.

Rusia sendiri memang memiliki sejumlah armada kapal perang di Laut Azov yang dekat dengan Ukraina bagian selatan.

Pejabat Pertahanan AS mengungkapkan total terdapat 21 kapal perang Rusia yang berada di Laut Hitam, termasuk di Laut Azov.

Tampak pula video beredar bahwa Rusia memperlihatkan kapal perangnya tengah meluncurkan rudal di dekat pantai Crimea, tepatnya di sebelah barat Sevastopol.

Misil-misil kapal perang itu tampak meluncur ke arah Ukraina.

Rusia hingga kini masih terus menggempur Kota Mariupol yang mereka curigai sebagai sarang Resimen Azov dan diduga bagian dari Neo-Nazi.

Menurut gambar satelit yang diperoleh Maxar Technologies Selasa (22/3) pagi, terlihat asap tebal mengepul tinggi dari sejumlah gedung di Mariupol karena terbakar.

Foto-foto tersebut merupakan satu-satunya gambaran sekilas kondisi terkini di Mariupol. Di kota ini tak ada jurnalis independen yang melaporkan situasi sekitar mengingat pertempuran sengit Rusia vs Ukraina yang terus berlangsung.

Akses makanan, air bersih, hingga listrik pun sangat terbatas.

Padahal, masih ada warga sipil yang terjebak di Mariupol terlepas dari koridor evakuasi kemanusiaan yang sempat dibuka Rusia.

Mariupol Hancur Lebur

Situasi kota Mariupol di Ukraina yang dikepung pasukan Rusia dilaporkan semakin mengkhawatirkan. Seorang anggota parlemen setempat menyebut situasi di kota Mariupol bagai 'neraka di Bumi'.

Seperti dilansir BBC, Rabu (23/3/2022), Yaroslav Zhelezniak yang merupakan anggota parlemen dari Mariupol menyatakan kekhawatiran semakin memuncak soal situasi kemanusiaan di kota pelabuhan di tepi Laut Azov tersebut.

"Neraka di Bumi," sebut Zhelezniak soal situasinya di Mariupol.

Komentar senada disebutkan seorang pengusaha bernama Dmytro yang berhasil meninggalkan kota Mariupol pada Selasa (22/3) waktu setempat.

Menurut Dmytro, warga setempat yang sangat kelaparan terpaksa membunuh anjing liar untuk dimakan.

Dmytro mengatakan, teman-temannya menyebut tindakan putus asa semacam itu dilakukan dalam beberapa hari terakhir karena pasokan makanan telah habis.

"Anda mendengar kata-katanya, tapi tidak mungkin untuk benar-benar menerimanya, untuk mempercayai ini terjadi," ucap Dmytro seperti dilansir Financial Times.

"Ini adalah neraka di Bumi," sebutnya.

Mariupol merupakan target strategis utama bagi militer Rusia yang menginvasi Ukraina. Warga kota pelabuhan itu telah menghadapi gempuran Rusia selama beberapa pekan terakhir, tanpa mendapatkan pasokan listrik maupun air mengalir.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam pernyataan terbaru menyebut seperempat populasi kota tersebut, atau sekitar 100.000 orang, masih terjebak dalam 'kondisi tidak manusiawi'. Pasokan makanan mulai menipis dan bantuan kemanusiaan diblokir untuk masuk ke kota yang kini dikepung pasukan Rusia itu.

Dalam pidato Selasa (22/3) tengah malam, Zelensky menggambarkan kengerian yang dialami penduduk Mariupol: "Tidak ada makanan. Tidak ada air. Tidak ada obat-obatan. Di bawah gempuran terus-menerus, di bawah pengeboman terus-menerus."

Sejumlah pejabat Ukraina menuturkan bahwa penduduk Mariupol menghabiskan sebagian besar waktu di dalam penampungan dan ruang bawah tanah, selama pasukan Rusia melanjutkan gempurannya dari darat, udara dan laut.

Gambar-gambar dari kota itu menunjukkan reruntuhan, dengan seluruh lingkungan hancur. Wali Kota Mariupol, Vadym Boychenko, memperkirakan lebih dari 80 persen gedung permukiman telah rusak atau hancur, dengan sepertiganya tidak bisa diperbaiki.

Yang lebih mengerikan, jenazah-jenazah korban tewas ditinggalkan begitu saja di jalanan karena terlalu berbahaya untuk mengevakuasinya di tengah gempuran Rusia.

Salah satu laporan Human Rights Watch yang dirilis pada Senin (21/3) menggambarkan kota Mariupol sebagai 'pemandangan neraka yang dipenuhi mayat dan gedung-gedung hancur'.

Zelensky dalam pernyataannya menyebut bahwa para pejabat Ukraina dan sekutu-sekutu tengah melakukan yang terbaik untuk membawa masuk bantuan ke Mariupol dan mengevakuasi warga sipil keluar. Dia menambahkan bahwa orang-orang yang kabur diserang di sepanjang koridor kemanusiaan yang disepakati.

Bahkan konvoi kemanusiaan ditangkap pasukan Rusia. Disebutkan Zelensky bahwa para relawan darurat dan sopir bus konvoi kemanusiaan dijadikan tahanan.

"Kami melakukan semuanya yang kami bisa untuk membebaskan rakyat kami dan membuka blokir pergerakan bantuan kemanusiaan," tegasnya.(*)

 

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved