BBI & BWI Sulsel 2022
Gunakan Kapal Pinisi, Ekspedisi OMAI Donasikan Obat-Obatan untuk Kesehatan Masyarakat Sulsel
Acara itu berlangsung di dalam rangkaian BBI & BWI Sulsel 2022 di anjungan Pantai Losari, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (24/2/2022).
Penulis: Rudi Salam | Editor: Sukmawati Ibrahim
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Rasa kepedulian ditunjukka salah satu perusahaan farmasi nasional, Dexa Group.
Dexa Group mengirimkan donasi obat-obatan menggunakan kapal pinisi yang menjadi ikon masyarakat Bugis Makassar untuk berlayar menuju Pelabuhan Galesong, Kabupaten Takalar.
Kegiatan itu digelar saat Ekspedisi OMAI sebagai bentuk program Corporate Social Responsibility (CSR) Dharma Dexa.
Acara itu berlangsung di dalam rangkaian BBI & BWI Sulsel 2022 di anjungan Pantai Losari, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (24/2/2022).
Kapal pinisi tersebut membawa produk Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) diantaranya suplemen daya tahan tubuh STIMUNO, obat batuk HerbaKOF.
Ada juga suplemen ASI berkualitas HerbaASIMOR yang terbuat dari daun katuk, daun torbangun, dan ikan gabus.
HerbaASIMOR sendiri diketahui mengandung ikan gabus hasil budidaya petani di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan (Sulsel).
Corporate Affairs Director Dexa Group, Krestijanto Pandji menuturkan, pemberian bantuan OMAI merupakan bagian kepedulian dalam program CSR Dexa Group.
Baca juga: Sulsel Tuan Rumah Gernas BBI dan BWI 2022, Berikut Rangkaian Kegiatannya
“Melalui bantuan OMAI untuk kesehatan masyarakat dan juga sebagai program penanganan stunting, kami mengharapkan masyarakat semakin bangga untuk menggunakan produk buatan Indonesia,” kata Krestijanto, Kamis (24/2/2022).
Sementara itu, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menuturkan perlunya pemerintah memanfaatkan potensi pembelian produk dalam negeri.
Di bidang kesehatan, kata dia, perlu adanya keberpihakan terhadap produk obat-obatan dalam negeri untuk kemandirian dan ketahanan farmasi basional.
“Ini merupakan bentuk keberpihakan pemerintah kepada produsen farmasi nasional yang memiliki semangat untuk meneliti, mengembangkan, dan memproduksi obat-obatan dalam negeri yang memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang tinggi,” katanya.
“Dukungan ini diperlukan agar kemandirian farmasi Nasional dapat segera diwujudkan,” tukas Luhut.
Sekadar informasi, sebanyak 95 persen kebutuhan bahan baku obat di Indonesia diimpor dari China dan India.
Padahal Indonesia memiliki biodiversitas alam terbesar kedua dunia.
