Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Khazanah Islam

Ramadhan Sebentar Lagi, Kapan Batas Waktu Bayar Utang Puasa Tahun Lalu? Simak Penjelasan UAS

Termasuk di bulan Syaban pada hari terakhir pun, seorang muslim masih bisa melakukan qadha puasa Ramadhan tahun lalu.

Editor: Hasriyani Latif
Instagram @ustadzabdulsomad_official
Ustaz Abdul Somad 

TRIBUN-TIMUR.COM - Umat muslim tak lama lagi menjalani bulan Ramadhan.

PP Muhammadiyah telah menetapkan awal puasa Ramadhan 1443 H pada Sabtu, 2 April 2022.

Sudah menjadi kewajiban bagi umat muslim untuk menjalankan ibadah puasa.

Namun karena berbagai hal, misalnya sakit atau lainnya seseorang bisa meninggalkan puasa.

Baca juga: 49 Hari Lagi Bulan Puasa, 1 Ramadhan/ Awal Puasa 1443 H Ditetapkan Muhammadiyah Sabtu 2 April 2022

Baca juga: Bolehkah Bayar Utang Puasa di Hari Jumat? Simak Penjelasan UAS & Bacaan Niat Qadha Puasan Ramadhan

Tentunya, puasa yang ditinggalkan itu tetap harus diganti di hari lain.

Nah, jelang ramadhan biasanya sebagian umat muslim mulai mengganti atau membayar utang puasa atau qadha puasa.

Banyak yang lantas bertanya kapan sih batas waktu membayar utang puasa tahun lalu?

Pertanyaan perihal qadha atau bayar utang puasa itu rupanya pernah dijelaskan oleh Ustaz Abdul Somad atau UAS.

Dilansir dari tayangan Q&A Ustadz, Ustaz Abdul Somad sempat mendapat pertanyaan perihal kapan batas waktu bayar utang puasa tersebut dari seorang jamaah.

Mendengar pertanyaan itu, Ustaz Abdul Somad pun menjawabnya.

Menurut Ustaz Abdul Somad, bagi seseorang yang ingin membayar utang puasa di Ramadhan tahun lalu, batas waktunya adalah sampai bulan Ramadhan tahun ini.

Ilustrasi Puasa
Ilustrasi Puasa (KlikDokter)

Artinya, termasuk di bulan Syaban pada hari terakhir pun, seorang muslim masih bisa melakukan qadha puasa Ramadhan tahun lalu.

"Batasnya (qadha puasa Ramadhan tahun lalu) kapan? sampai Ramadhan (tahun) ini," ungkap Ustaz Abdul Somad.

Lebih lanjut, Ustaz Abdul Somad pun memaparkan hukumnya seseorang yang hendak membayar utang puasa di bulan Syaban pada hari Senin.

Maka dijelaskan Ustaz Abdul Somad, orang tersebut akan mendapatkan tiga keuntungan, yakni utang puasanya lunas satu hari, mendapat keutamaan puasa sunah Syaban dan juga puasa hari Senin.

"Siapa yang mengganti puasa di bulan Syaban hari Senin, otomatis dapat tiga, puasa qada lunas satu hari, puasa sunah syaban dapat, puasa hari Senin dapat," imbuh Ustaz Abdul Somad.

Meski begitu, niatan puasa untuk mendapatkan tiga keuntungan itu dijelaskan Ustaz Abdul Somad hanya diucap satu saja, yakni niat untuk qadha puasa Ramadhan.

"Niatnya satu aja, saya niat puasa qada. Otomatis dapat tiga. Jadi enggak perlu niatnya tiga," pungkas Ustaz Abdul Somad.

Baca juga: Batas Waktu Sholat Subuh Jam Berapa, Jika Bangun Jam 6 Pagi Apa Masih Bisa? Ini Penjelasan UAS

Baca juga: Bolehkah Percaya Ramalan Zodiak dan Shio? Baca Dulu Penjelasan Ustadz Somad dan Adi Hidayat

Lantas, bagaimana jika kita tidak juga membayar utang puasa Ramadhan tahun lalu karena bulan Ramadhan tahun ini telah tiba ?

Ustaz Abdul Somad pun menjabarkan bahwa seseorang itu masih bisa membayarkan utang puasanya itu setelah bulan Ramadhan tahun ini berakhir.

Namun, di qadha puasa selanjutnya itu, orang tersebut tak hanya harus membayarnya, melainkan juga harus membayar fidiah.

Yakni dengan cara memberikan makan orang miskin selama satu hari.

"Kalau sampai Ramadhan dia belum men-qadha juga? maka dia dapat qadha setelah Ramadhan plus fidiah. Fidiah apa? memberi makan fakir miskin selama satu hari," ucap Ustaz Abdul Somad.

Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menetapkan tanggalan awal bulan puasa Ramadan 2022 atau 1 Ramadan 1443 H dimulai 2 April 2022.
Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menetapkan tanggalan awal bulan puasa Ramadan 2022 atau 1 Ramadan 1443 H dimulai 2 April 2022. (ist)

"Bukan satu kali makan, tapi satu hari makan. Paling tidak tiga kali, makan pagi, siang, makan malam," sambung Ustaz Abdul Somad.

Batas Waktu Bayar Utang Puasa atau Qadha Menurut Hadis

Penjelasan mengenai batas waktu perihal qadha puasa Ramadhan terdapat di beberapa hadis.

Dilansir dari laman konsultasisyariah.com, ada hadis yang melarang melakukan puasa setelah masuk pertengahan bulan sya’ban. Diantaranya hadis dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا انْتَصَفَ شَعْبَانُ، فَلَا تَصُومُوا

“Jika sudah masuk pertengahan Sya’ban, janganlah berpuasa.” (HR. Abu Daud 2337)

Dalam hadis yang lain, yang juga dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تَقَدَّمُوا رَمَضَانَ بِصَوْمِ يَوْمٍ وَلاَ يَوْمَيْنِ إِلاَّ رَجُلٌ كَانَ يَصُومُ صَوْمًا فَلْيَصُمْهُ

“Janganlah kalian berpuasa satu atau dua hari sebelum Ramadhan, kecuali seseorang yang punya kebiasaan puasa sunah, maka bolehlah ia berpuasa.” (HR. Bukhari 1914 dan Muslim 1082).

Di sisi lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam merutinkan puasa selama sya’ban. Bahkan beliau melakukan puasa sya’ban sebulan penuh. Dari A’isyah radhiallahu ‘anha, beliau mengatakan,

لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ

“Belum pernah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa satu bulan yang lebih banyak dari pada puasa bulan Sya’ban. Terkadang hampir beliau berpuasa Sya’ban sebulan penuh.” (HR. Bukhari 1970 dan Muslim 1156)

Karena itu, sebenarnya larangan berpuasa setelah masuk pertengahan bulan sya’ban, tidak berlaku mutlak.

Hal tersebut berarti bahwa larangan itu berlaku ketika seseorang melakukan puasa sunah tanpa sebab, sementara dia tidak memiliki rutinitas puasa sunah tertentu atau tidak dimulai dari awal sya’ban.

Ada pula hadis kedua dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu di atas, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang memberikan pengecualian,

“Kecuali seseorang yang punya kebiasaan puasa sunah, maka bolehlah ia berpuasa.”

Dengan demikian, puasa qadha dibolehkan sekalipun telah masuk pertengahan sya’ban.

Batas akhirnya adalah sampai datang bulan Ramadhan berikutnya.

Dan itulah yang dilakukan oleh Ummul Mukminin, Aisyah Radhiyallahu ‘anha.

Beliau pernah menuturkan,

كَانَ يَكُونُ عَلَىَّ الصَّوْمُ مِنْ رَمَضَانَ ، فَمَا أَسْتَطِيعُ أَنْ أَقْضِىَ إِلاَّ فِى شَعْبَانَ

Dulu saya punya utang puasa Ramadhan. Dan saya tidak bisa mengqadhanya kecuali di bulan sya’ban. (HR. Bukhari 1950, Muslim 2743, dan yang lainnya).

(TribunnewsBogor.com/khairunnisa) 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved