Cuaca Ekstrem Sulsel
Cuaca Ekstrem, Prof Qasim Mathar Jamak Sholat Magrib-Isya di Pesantren Matahari Minta Santri Siaga
Kemudian Prof Qasim Mathar menjelaskan ke santri Pesantren Matahari mengapa Sholat Magrib dan Sholat Isya dijamat padahal mereka tidak sedang musafir.
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Cuaca ekstrem melanda sebagian besar wilayah Sulsel sejak Minggu (20/2/2022) siang.
Cuaca serupa juga terjadi di Moncongloe, Maros, di sekitar Pondok Pesantren Matahari.
Pondok Pesantren Matahari didirikan Prof Qasim Mathar beberapa tahun lalu.
Suasana di Pesantren Matahari di saat cuaca ekstrem melanda kawasan Moncongloe disampaikan Prof Qasim Mathar, Senin (21/2/2022), di Group WhatsApp Senter-senter Bella.
"Sholat Magrib. Gemuruh suara hujan di atap mesjid menelan suara saya sebagai imam. Dalam salat kuraih dan kulepas Mike dari tiangnya. Kugenggam dan kudekatkan ke mulut agar komando rukuk, iktidal, sujud, bangkit dari sujud. kugenggam terus mike itu hingga komando memberi salam terdengar jelas oleh jamaah, santri dan warga pondok," jelas Prof Qasim Mathar.
"Gemuruh hujan menderu-deru. Ada angin kencang di luar. Kupanggil muazzin," tambah Prof Qasim Mathar.
Usai Salam Sholat Magrib, Prof Qasim Mathar memanggil seorang santri Pesantren Matahari.
"Arehna, ya walad! Mari kita istirahat lagi dengan Sholat Isya!)!" seru Prof Qasim Mathar.
"Kami berdiri melakukan Sholat Isya, jamak takdim dengan Sholat Magrib,"ujar Prof Qasim Mathar menambahkan.
Setelah Salat Isyah, Prof Qasim Mathar memimpin doa pendek.
"Selesai Sholat Isya, berdoa pendek "Lindungi kami dari cuaca ekstrim ini, ya Allah!" kata Prof Qasim Mathar.
Kemudian Prof Qasim Mathar menjelaskan ke santri Pesantren Matahari mengapa Sholat Magrib dan Sholat Isya dijamat padahal mereka tidak sedang musafir.
"Aku berdiri, menjelaskan, 'Anak-anakku, suatu hari cuaca ekstrem di Madinah. Selesai Sholat Magrib, Nabi saw melihat wajah jamaah/sahabatnya gelisah memikirkan keluarga di rumah masing-masing karena badai di Magrib itu. Maka, Nabi saw berdiri untuk melanjutkan Sholat Isya jamak takdim'," jelas Prof Qasim Mathar kepada santri-santri Pesantren Matahari.
"Anak-anakku, Daeng Tayu, ibu dapur juga gelisah mau pulang segera karena merasakan cuaca ekstrem ini. Maka, setelah kita selesai salat Isya, segeralah bersantap malam,... bersih-bersih dan masuk ke kamar masing-masing untuk belajar dan istirahat!" kata Prof Qasim Mathar kagi,
Setelah mendengar pengajian singkat Prof Qasim Mathar, santri bubar.
"Lampu di ruang dalam mesjid dimatikan. Para santri di bawah payung berjalan ke dapur... Di deru hujan yang deras, para santri itu makan bersama. Semoga Allah melindungi kita dari cuaca ekstrim ini, amin!" kata Prof Qasim Mathar.(*)