Pemilu
Harap Maklum yang Terpilih
Pemilu ke Pemilu mana pun, rakyat tidak pernah menikmati kemakmuran yang hakiki.
Oleh Juanto Avol
Komisioner Bawaslu Gowa
TRIBUN-TIMUR.COM- Saya pernah bertanya, bagaimana pemakmuran bisa ditunaikan?
Mereka menjawab, mesti mendorong program-progran yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat.
Kali kedua kutimpali tanya, bagaimana mungkin itu bisa didorong tanpa menyentuh tangan rakyat?
Lalu, kembali mereka menjawab, harus secara obyektif melihatnya.
Nah, disini sering kali obyektifitas tak adil, mereka ada yang berpura dalam kesulitan, sedang lainnya yang sulit benar-benar kesusahan dalam kejujuran.
Mestinya, program-program itu tidak sekadar menilai obyektifitas, dia mesti berproses bersama rakyat, terasa dan merasai bagaimana rakyat berjibagu dengan persoalan pelik sosial di lingkungannya.
Tangan mereka tak cukup dengan sentuhan, dia harus mandiri, didorong dalam karya yang melahirkan produk kemakmuran.
Baca juga: Komisioner Bawaslu Gowa: Politik Uang Hasilkan Pemimpin Tak Perjuangkan Rakyat Tapi Golongan

Misalnya, pengelolaan sumber daya alam dan manusianya secara kontinyu, bukan sehanya-kadarnya saja mengena persoalan perut dengan program bantuan tunai, lalu selesai dengan sendirinya tanpa melahirkan kemandirian.
Pemimpin yang baru lahir atau telah hadir kali kedua dan diperbaharui dalam mewujudkan visi-misinya, mesti benar-benar terinplementasi membersamai persoalan sosial rakyatnya.
Demikian, tidak secukupnya saja menunaikan janji politik, namun mutlak mewujudkan itu dalam kehidupan sosial berkesinambungan.
Olehnya, hal mendasar bagi rakyat adalah hak hidup sehat, rasa adil dalam kesetaraan sosial, kebebasan bermajemuk dalam kebudayaan, dan sejahtera sosio ekonominya.
Mengapa pemikiran ini penting, sebab tak sedikit kita jumpai kesejahteraan hanya menyasar orang tertentu.