Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Ritual di Pantai Payangan

Sosok Nur Hasan, Pimpinan Padepokan Tunggal Jati Nusantara yang Kini Terancam Dipenjara

Nur Hasan sendiri saat ini tengah dirawat di rumah sakit karena ikut terseret ombak saat kejadian

Editor: Ilham Arsyam
Kolase Tribun Jakarta
Warga mengevakuasi evakuasi korban tenggelam di Pantai Payangan, Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Minggu (13/2/2022) (foto atas). Keindahan panorama Pantai Payangan (foto bawah). 

TRIBUN-TIMUR.COM - Ritual Padepokan Jamaah Tunggal Jati Nusantara di Pantai Payangan, Jember berujung maut. Pimpinan padepokan segera diperiksa polisi.

Puluhan anggota Padepokan Tunggal Jati Nusantara terseret ombak di Pantai Payangan, 11 diantaranya dinyatakan meninggal dunia.

Pimpinan padepokan, Nur Hasan terancam penjara.

Nur Hasan sendiri saat ini tengah dirawat di rumah sakit karena ikut terseret ombak saat kejadian.

Lalu seperti apa Padepokan Tunggal Jati Nusantara sebenarnya?

Menurut keterangan Bupati Jember, Hendy Siswanto, Tunggal Jati Nusantara bukanlah nama asli dari padepokan tersebut.

Nama asli dari padepokan itu yakni Garuda Nusantara.

"Itu nama kelompoknya Padepokan Garuda Nusantara, tapi nama populernya Tunggal Jati Nusantara," kata Hendy sebagaimana dikuti dari video wawancara di MetroTV, Senin (14/2/2022). 

Hendy mengatakan padepokan tersebut masih baru dan diduga tidak memiliki izin.

Meski demikian, Hendy menyatakan bakal melakukan pengecekan lebih lanjut untuk memastikan apakah padepokan itu benar-benar tidak memiliki izin.

Adapun anggota padepokan ini sebanyak 40 orang.

Perihal ritual di pantai yang diadakan, Hendy mengaku tidak bisa memantau karena kelompok ini beberapa kali melakukan ritual di dua tempat yang berbeda.

Ritual diadakan pukul 21.00 hingga 01.00. 

"Belum terpantau, terus terang saja, karena mereka melakukan ritual itu dua tempat lainnya itu di sungai, dan ndak tahu kita jadwal mereka," bebernya.

Kesaksian Korban Selamat

Bayu, seorang korban selamat dari kecelakaan laut di Pantai Payangan yang menewaskan 10 warga Jember, Jawa Timur, menceritakan ritual yang dilakukan oleh rombongan berjumlah 24 orang tersebut.

Bayu menjelaskan, mereka datang untuk melakukan ritual berupa meditasi di tepi Pantai Payangan, Jember.

"Meditasi," kata Bayu, Minggu (13/2/2022).

Menurutnya, mereka melakukan meditasi di pinggir laut.

Namun, saat itu tiba-tiba ombak besar datang dan menyeret rekannya.

"Ada ombak dua kali datang. Ombak pertama ini saya berdiri terus lari saya menghindari ombak kedua," lanjutnya.

Ombak tersebut kemudian menyeret belasan orang dan 11 orang di antaranya ditemukan dalam keadaan meninggal dunia.

Kesepuluh jenazah tersebut sudah tiba di Puskesmas Ambulu, Jember, untuk proses identifikasi dan pendataan.

"Di Puskesmas Ambulu sudah ada 10 jenazah yang menunggu proses identifikasi dari kepolisian," demikian dilaporkan jurnalis Kompas TV Jember, Hernawan, melaporkan dari Puskesmas Ambulu.

Berdasarkan pantauan dan informasi yang diterima, sejumlah keluarga sudah datang menjemput namun belum bisa dibawa pulang karena masih proses identifikasi berikut pendataan.

"Dari informasi yang kami terima, para korban berusia dewasa, belum terkonfirmasi di bawah umur."

"Berdasarkan penjelasan seorang korban selamat, Bayu, waktu itu memang sedang melakukan ritual sebanyak lebih dari 20 orang, tiba-tiba ada ombak dua kali menerjang," imbuhnya.

Masih berdasarkan pantauannya, petugas puskesmas tidak mendirikan posko, tetapi ada meja pelayanan yang dibantu oleh petugas kepolisian dan TNI.

Mengenai identitas dan alamat para korban, Hermawan mengatakan dirinya belum mendapatkan identitas secara pasti.

"Yang pasti, kata dia, dari informasi yang kami terima korban berasal dari sejumlah daerah di Jember.

"Dari pantauan kami, dalam mengevakuasi jenazah menggunakan sejumlah mobil ambulans, yang jumlahnya kami tidak tahu pasti karena memang waktu itu ambulans silih berganti datang. Ada yang datang dan menjemput kembali.”

Selain korban meninggal, sebanyak tiga korban selamat juga dirawat di puskesmas Ambulu. Semuanya dilakukan pemantauan medis.

"Sebagian merasakan sesak diduga kerena tersedak atau menelan air laut," imbuhnya.

Sering dijadikan tempat ritual

Pencarian korban terseret ombak Pantai Payangan Jember, Minggu (13/2/2022).
Pencarian korban terseret ombak Pantai Payangan Jember, Minggu (13/2/2022). (TRIBUN JATIM)

Menurut jurnalis Kompas TV Jember, Imron Fahim, ritual tersebut memang seringkali digelar oleh kebanyakan komunitas di sekitar Jember dan daerah lainnya.

Pantai Payangan yang dikenal sebagai pantai selatan ini sering digunakan sebagai tempat ritual.

"Namun sejak beberapa hari gelombang cukup tinggi. Sebelumnya BPBD sudah mengimbau pada warga maupun wisatawan untuk tidak berenang di tepi pantai," ujar Imron.

Tapi keberadaan ke 24 orang tersebut tidak diketahui oleh petugas, karena mereka masuk tidak memberitahukan pada petugas yang ada di Pantai Payangan.

"Mereka datang langsung melakukan ritual. Saat itu ombak cukup tinggi, ada 15 orang yang tersapu namun tiga di antaranya selamat."

"Kemudian 10 orang sudah ditemukan dalam kondisi meninggal. Sedangkan satu orang masih dalam proses pencarian," tuturnya.

Pencarian dilakukan dengan menyisir di sepanjang pantai karena di sepanjang pantai Payangan ini ada juga pantai lain.

"Korban ini diketahui masih keluarga atau ada kekerabatan, kemungkinan pemakamannya akan dilakukan di satu lokasi di daerah asal," kata Imron.

Anggota Polisi Ikut Jadi Korban

Seorang polisi yang bertugas di Polsek Pujer, Bondowoso, Bripda Febriyan Duwi, menjadi korban dalam insiden ritual maut di Pantai Payangan, Jember, Jawa Timur Minggu (13/2/2022) dini hari.

Pria kelahiran Lumajang, Jawa Timur, ini menjadi satu dari 11 orang yang meninggal dunia usai terseret ombak saat mengikuti ritual di Pantai Payangan.

Kasubbag Humas Polres Bondowoso, Ipda Bobby Dwi Siswanto, mengatakan sebelum bertugas di Polsek, Bripda Febriyan Duwi pernah diberi amanah sebagai personel keuangan di Polres Bondowoso.

“Dia pernah bertugas di Mapolres sebelum ke Polsek,” ujarnya kepada Kompas.com via telepon, Senin (14/2/2022).

Bobby tidak mengetahui secara pasti terkait peran Bripda Febriyan Duwi dalam kegiatan ritual tersebut.

Dia tidak tahu apakah korban juga turut menjadi anggota atau hanya mengantarkan saja.

Sebelumnya, Kapolsek Pujer, AKP Iswahyudi, membenarkan Bripda Febriyan Duwi merupakan anggota Polsek Pujer, Bondowoso.

Pangkatnya adalah seorang bintara.

"Betul dia bawahan saya," ungkapnya singkat, Minggu (13/2/2022), dikutip dari TribunJatim.com.

Kata Istri Bripda Febriyan Duwi

Istri Bripda Febriyan Duwi, Diana, belum percaya jika sosok pria yang baru menikahinya setahun lalu itu meninggal dunia dalam ritual maut di Pantai Payangan Jember.

Diana terus meneteskan air mata hingga ibu mertuanya mencoba menenangkan.

Diana menyebut, sebelumnya Febriyan sempat pamit ke dirinya untuk pergi ke Pantai Payangan.

Suaminya mengirim ucapan pamit melalui obrolan telepon.

"Bilangnya cuma mau pergi ke pantai. Tidak bilang kalau ada ritual," kata Diana, dilansir TribunJatim.com, Minggu.

Diana tak tahu persis aktivitas suaminya.

Sebab, selama ini dia dan suami jarang tinggal satu rumah.

Febri dinas di Bondowoso, sedangkan Diana kerja di Probolinggo.

"Selama ini enggak ada yang aneh sama suamiku," ungkapnya. (Kompas/Tribunnews)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved