Bertahun-tahun Bawa Tas Sekolah yang Berat, Tulang Punggung Siswi SMA Ini Bengkok 40 Derajat
Siswi SMA ini tidak boleh berkeringat sama sekali dan harus tinggal di ruangan dengan suhu 16 derajat Celcius siang malam selama 21 hari.
Zaqrul juga tak mau menutup mata atas situasi yang dilihatnya di bangsal anak di University of Malaya Medical Center (UMMC).
“Saat saya ke UMMC, ternyata kasusnya mengerikan. Sejak usia 14 tahun, (sudah) 55 derajat (tulang bengkok). Banyak anak mulai menderita,” katanya.
Reaksi Orangtua Lain
Zaqrul berusaha memicu kesadaran masyarakat yang lebih luas tentang masalah tas berat, yakni sebagai seorang ayah dan dokter anak yang berpengalaman.

Dia mengunggah foto rontgen tulang belakang anaknya yang "rusak" di Facebook.
Saat itu, dia menyatakan bahwa "tas sekolah yang berat" menjadi salah satu faktor yang melatarbelakangi kondisi Hanim.
Penyampaian tersebut mengundang reaksi para orang tua yang juga berbagi pengalaman anak-anaknya mereka, termasuk mereka yang baru berusia tujuh tahun tetapi harus membawa tas sekolah yang beratnya mencapai 6kg.
“Ketika anak-anak membawa tas sejak Standar 1, berat tas mereka rata-rata 4-5kg, dibandingkan dengan berat anak-anak SD 1 yang paling ringan, 15-18kg. Artinya mereka (membawa tas sekolah) sepertiga dari beratnya.
“Mereka sudah 'dilatih' membawa (tas) seperti itu (dengan membungkuk). Jadi bila dibawa pada usia dini seperti itu, otomatis akan menimbulkan kerusakan saat ia besar nanti,” ujar dokter dan ayah dari 11 anak ini.
Zaqrul menolak terjebak dalam perdebatan dengan pihak yang menuntut bukti nyata bahwa masalah tulang belakang anak-anak dan remaja karena membawa tas sekolah yang berat sendirian.
"Penyakit ini (tulang belakang bengkok) kami sebut ' adolescent idiopathic scoliosis’. adolescent berarti 'remaja', idiopatik kita katakan 'tidak ada alasan'.
“Tapi memang, banyak anak-anak membawa tas (sekolah) yang berat. Itu sebabnya postingan saya (Facebook) mengatakan 'salah satu'. Dalam banyak penelitian tidak mungkin untuk menyalahkan secara langsung (karena tas yang berat).
Itulah mengapa dokter selalu mengatakan sebagai idiopatik, tak diketahui. Tapi juga bukan berarti kita bisa menerima anak-anak membawa tas berat,” ujarnya.

Zaqrul menuturkan, meski persoalan tas sekolah yang berat bukanlah hal baru, namun masih belum bisa disikapi tuntas oleh pihak berwajib.
“Dari waktu ke waktu, tas lebih berat. Satu subjek memiliki buku teks, buku catatan, buku latihan. Ada yang direkomendasikan oleh KPM dan ada juga buku yang direkomendasikan oleh guru karena guru tidak setuju dengan KPM. (Akhirnya) satu mata pelajaran (ada) empat buku.”