Banjir di Makassar
Tiga Kecamatan di Makassar Tergenang Air, 51 Jiwa dari 12 KK Mengungsi
Di Kota Makassar misalnya, tiga kecamatan dilanda genangan, yakni di Kecamatan Panakkukang, Manggala, dan Biringkanaya.
Penulis: Siti Aminah | Editor: Muhammad Fadhly Ali
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Cuaca ekstrim telah melanda wilayah Sulawesi Selatan selama tiga hari.
Hujan dengan intensitas sedang hingga lebat terus turun mengakibatkan sejumlah titik mengalami genangan.
Kendati demikian, cuaca ekstrem kali ini tak separah Desember 2021 lalu, dimana banjir terjadi di beberapa kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan.
Di Kota Makassar misalnya, tiga kecamatan dilanda genangan, yakni di Kecamatan Panakkukang, Manggala, dan Biringkanaya.
Hanya ada dua titik banjir di Panakkukang, yakni di Lorong 10 RT 04 RW 04, Jl Abdullah Dg Sirua dan di Jl Abdullah Dg Sirua 2, Kelurahan Masale.
Sejauh ini belum ada warga Panakkukang yang diungsikan akibat cuaca ekstrem ini.
Selanjutnya, di Kecamatan Manggala, update terakhir pada pukul 14.30 sudah ada empat KK 13 jiwa yang mengungsi di Masjid Jabal Nur.
Warga yang mengungsi merupakan warga Blok 8 dan Blok 10 Kelurahan Antang.
Secara keselurahan, ada lima kelurahan di Manggala yang terdampak, yakni kelurahan Antang, Batua, Borong, Manggala, dan Tamangapa, rerata ketinggian air 20-45 cm.
Terakhir, di Kecamatan Biringkanaya, update pada pukul 15.45 jumlah pengungsi di Masjid Nurul Ikhlas BTN Kodam III Jl. Kotipa IV, Kel. Katimbang, Kec bertambah menjadi 8 KK.
Detailnya sebanyak 38 jiwa, lelaki dewsa 17 orang, perempuan dewasa 12 orang, anak-anak empat orang, balita 2 orang dan bayi 3 orang.
Titik genangan berada di Perumahan Kodam III Katimbang, Kecamatan Biringkanaya.
Selain itu, Jl Poros Paccerakkang depan Kodam III juga sudah terkepung banjir, ketinggian mencapai 40-45 cm.
Akses jalan masih bisa dilalui oleh kendaraan roda dua dan roda empat namun dengan kategori kendaraan tinggi.
Wali Kota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto mengatakan, persoalan banjir ini bukan hanya persoalan alam.
Tapi juga persoalan tata ruang, dimana orang membuat pemukiman di tempat air.
"Sehingga tadi laporan pak camat (Manggala) ada tiga KK mengungsi. Memang rumahnya itu tempat air," ucap Danny Pomanto, Kamis (20/1/2022).
"Sebenarnya tidak boleh dikatakan banjir itu karena tempat air yang ditinggali," sambungnya.
Danny memastikan, banjir besar tidak akan terjadi jika intensitas hujan tidak terus menerus.
Hal tersebut disampaikan usai meninjau Kolam Regulasi Nipa-nipa yang berada di Kelurahan Antang Kecamatan Manggala.
"Biasanya kalau sudah begini Manggala sudah terkena. Tapi hadirnya fungsi waduk seperti ini dengan kinerja seperti disampaikan alhamdulillah kita punya resilien sedikit,"ujar Danny.
Danny menjelaskan, hadirnya kolam regulasi ini bertujuan untuk menahan air dalam volume tertentu untuk tidak masuk Makassar sementara waktu.
Sementara itu, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Jeneberang-Pompengan (BBWSJP), Ir djaya Sukarno, M Eng menjelaskan, fungsi dari kolam nipa-nipa tersebut untuk mereduksi banjir yang berada di sungai Tallo.
"Kalau kita lihat prediksi BMKG akan terjadi hujan selama lima hari," tuturnya.
Saat ini kata dia, ketinggian air di sungai Tallo 5,7 meter sementara tinggi air kolam Nipa-nipa 4 meter.
"Berarti masih ada sisa 1,7 meter, ini setara dengan 1,4 juta meter kubik kalau kondisi nya begini terus kita punya waktu 44 jam. Sehingga ini bisa bertahan sampai Sabtu pagi," jelasnya.
Dengan begitu, status saat ini di Kota Makassar masih waspada.(Tribun-Timur.com)