Siapa Artis FF Ditangkap karena Narkoba dan Susul Ardhito Pramono? Kata Kombes Pol E Zulpan
Setelah Ardhito Pramono, kini polisi baru saja menangkap artis FF di wilayah hukum Polda Metro Jaya.
TRIBUN-TIMUR.COM - Deretan artis ditangkap karena kasus narkoba kembali bertambah.
Setelah Ardhito Pramono, kini polisi baru saja menangkap artis FF di wilayah hukum Polda Metro Jaya.
Hal tersebut diungkapkan Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol E Zupan.
"Iya, untuk inisialnya FF. Jelas ya," ujar Kombes Pol E Zulpan saat dikonfirmasi, Jumat (14/1/2022).
Kendati demikian, Kombes Pol E Zulpan enggan menjelaskan secara terperinci siapa sosok artis inisial FF yang ditangkap karena diduga telah menyalahgunakan narkoba tersebut.
Mantan Kabid Humas Polda Sulsel ini juga belum dapat mengungkapkan lokasi penangkapan dan jenis barang bukti narkoba yang dikonsumsi sosok berinisial artis insial FF itu.
Dia hanya mengatakan bahwa FF merupakan seorang artis, dan informasi lebih lanjut soal penangkapan publik figur tersebut akan disampaikan pada pukul 16.00 WIB di Mapolda Metro Jaya, Jakarta.
"Iya dong (seorang artis). Nanti dirilis jam 16.00 WIB di Polda Metro Jaya," kata dia.
Kenapa banyak artis pakai narkoba?
Kian hari kian banyak artis terjerat kasus narkoba.
Kenapa bisa demikian?
Disalin dari Kompas.com, gemerlap dunia entertainment sering diimpikan oleh banyak orang.
Terjun di dunia hiburan dianggap menjadi jalan pintas untuk mendapatkan materi yang diinginkan.
Namun, di balik semua gemerlap itu, tak sedikit jumlah artis yang terjerat kasus narkoba.
Pada Oktober 2019 lalu, Kompas.com mewawancarai sosiolog dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Drajat Tri Kartono.
Dia menganggap fenomena itu sebagai eclective affinity.
Eclective affinity adalah pertemuan yang tidak direncanakan, tetapi secara kebetulan memiliki kesamaan kepentingan dan kebutuhan.
Maka terjadilah pertemuan itu.
Menurutnya, di satu sisi para artis ini harus mampu tampil prima sesuai dengan tuntutan skenario.
Karenanya, mereka harus kehilangan bio power atau kuasa atas dirinya sendiri itu lemah.
"Karena ia (artis) punya komitmen profesional untuk menyerahkan tubuhnya itu pada selera penonton," kata Drajat kepada Kompas.com, Selasa (8/10/2019).
"Maka seorang artis itu harus pinter-pinter memainkan peranan. Itu namanya dia 'memperdagangkan' kuasa atas tubuhnya," sambungnya.
Dalam dunia modern, menurut Drajat, semua itu bisa terjadi karena tuntutan profesionalitas atau dalam Sosiologi disebut dengan diciplinery power.
Artinya, lembaga atau institusi itu seperti mempunyai tuntuntan-tuntutan agar manusia mengikuti aturan tersebut demi sebuah reputasi, keunggulan, dan rating.
"Nah jadi ia dikontrol oleh kuasa di luar tubuhnya tadi dan ia sendiri harus mampu mengorbankan tubuhnya, sehingga bio power-nya rendah," ujar dia.
Drajat mengatakan, ketika berada dalam sebuah titik jenuh saat tubuh itu memanggil dirinya, maka hadirlah narkoba.
"Kalau sudah mengkonsumsi narkoba itu, kaya dia dengan tubuhnya itu total. Jadi kekosongan atas kuasa dirinya itu bisa diisi oleh narkoba," katanya.
Di sisi lain, para pebisnis narkoba melihat bahwa ada pasar yang sedang mengalami kekosongan untuk itu.
Bagi pebisnis narkoba ini, artis merupakan pihak yang paling enak untuk dilayani karena secara materi mereka mampu untuk membeli itu.
Namun, Drajat juga menyebubkan bahwa lingkungan artis juga berpengaruh besar terhadap keputusan mereka untuk menggunakan narkoba.
"Tapi, ada banyak juga artis yang bisa mengontrol tubuhnya, entah karena faktor keluarganya dan sebagainya," kata Drajat.
Drajat juga menggaris bawahi sistem dunia entertainment saat ini.
Menurut Drajat, bio power yang lemah itu menunjukkan ada yang salah dalam sistem bisnis itu.
"Artinya sistem itu tidak mampu menciptakan keseimbangan tubuh artis itu," ujar dia.
"Ya sama kaya korupsi di indonesia, yang dibenahi ya harus sistemnya, jangan hanya menyalahkan tindak korupsinya. Tapi sistem yang bisa bobol dengan adanya korupsi. Itu yang harus dibenahi," lanjutnya.
Oleh karena itu, dunia hiburan itu harus dipagari dan dibenahi agar artisnya tidak rentan terjerat narkoba.
"Ini harus menjadi pelajaran betul yang punya bisnis (entertainment) untuk menata kembali nilai-nilai bisnis itu di indonesia," tutupnya.(*)