Sudah Berpakaian Seksi Tunggu Pelanggan, Komplotan Wanita Pemuas Hasrat Malah Diseret
Mereka jual diri tanpa pakai aplikasi chatting dan memang sengaja menunggu peia hidung belang.
TRIBUN-TIMUR.COM - Sebanyak 12 wanita yang nongkrong diamankan oleh Satpol PP.
Ternyata wanita tersebut menunggu pria mesum yang ingin menjadi pelanggannya.
Mereka jual diri tanpa pakai aplikasi chatting dan memang sengaja menunggu peia hidung belang.
Mereka ini ketahuan berada di sebuah warung yang sengaja dijadikan tempat nongkrong.
Petugas yang mendapati mereka terang saja langsung mengamankannya.
Tak ada yang bisa mengelak. Petugas membawa belasan wanita dengan pakaian yang seksi itu ke kantor.
Ternyata mereka ini adalah pekerja seks komersial yang memang biasa nongkrong di lokasi.
"Tapi mereka masih menggunakan pola lama, jadi mereka mangkal saja di situ dan menawarkan diri ke setiap pria yang datang ke tempat mereka," ujarnya saat dihubungi Tribun Jabar, Minggu (19/12/2021).
Sementara terkait tarif dalam satu kali kencan, kata Poniman, para PSK tersebut tidak sampai mematok harga yang tinggi.
Mereka memang butuh uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Untuk tarifnya hanya kisaran Rp 200 ribu dalam satu kali kencan. Itu mereka tawarkan kepada setiap pria yang ingin memakai jasa mereka," kata Poniman.
Sebanyak 12 Pekerja Seks Komersil (PSK) yang diamankan petugas Satpol PP Kabupaten Bandung Barat (KBB), masih menggunakan pola lama saat menawarkan jasanya kepada pria hidung belang.
PSK itu diamankan saat menjajakan diri dan ada juga yang sedang melayani pria hidung belang di warung remang-remang atau warung berkedok warung kopi di daerah Cirangrang, Desa Mandalasari, Kecamatan Cikalongwetan, setelah petugas berpura-pura jadi pelanggan.
Kabid Ketentraman dan Ketertiban Masyarakat, Satpol PP KBB, Poniman, mengatakan, saat menawarkan jasanya, 12 PSK tersebut tidak menggunakan aplikasi chatting yang biasa digunakan untuk prostitusi online.
Terkait hal ini pihaknya sudah melakukan pendataan dan pembinaan, kemudian nantinya mereka akan dipulangkan ke daerahnya masing-masing karena mayoritas bukan warga Bandung Barat.
