Tribun Bantaeng
VIDEO: Muhlis Pemuda Bantaeng Sukses Jadi Pengusaha Telur Puyuh, Omzet Hingga Rp 10 Juta Per Bulan
Muhlis menjadi satu-satunya pengusaha telur puyuh di Desa Pattallassang, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Bantaeng.
Penulis: Achmad Nasution | Editor: Suryana Anas
TRIBUNBANTAENG.COM, BANTAENG - Seorang pemuda asal Kabupaten Bantaeng, Muhlis kini sukses dalam usaha yang ternak burung puyuh.
Sebelumnya, Muhlis yang telah lulus S1 pendidikan guru berkeinginan untuk bekerja di sebuah perusahaan di Bantaeng.
Harapannya itu tidak tercapai karena tak diterima bekerja di perusahaan yang diinginkan.
Namun, kegagalannya itu tidak membuat ia patah semangat. Bahkan itu menjadi awal kesuksesannya.
Kini ia menjadi satu-satunya pengusaha telur puyuh di Desa Pattallassang, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Bantaeng.
Dan telah membuktikan kesuksesannya melalui usahanya tersebut.
Sebab kini ia sudah bisa mendapatkan penghasilan yang nilainya lebih tinggi dari gaji seorang karyawan perusahaan.
Awalnya, ia mengetahui cara berternak burung puyuh melalui seorang temannya.
Namun, berbagai pertimbangan timbul sebelum memulai usahanya.
Salah satunya persoalan pemasaran yang saat itu belum ia ketahui.
Olehnya itu, awalnya ia melakukan uji coba pasar dengan membeli dan menjual telur kepada warga yang ada di desanya.
"Saya beli telurnya kemudian saya bawa ke kampung, saya pasarkan untuk uji pasar. Saya ambil sekitar 10 rak dan ternyata respon masyarakat bagus," kata Muhlis saat ditemui TribunBantaeng.com, Rabu, (8/12/2021).
Dari situ ia baru memulai usahanya tahun 2020 dengan modal Rp. 3 juta.
"Itu modal yang saya tabung kemudian saya Pesan bibit sekitar 120 ekor 1 kandang," ujarnya.
Dengan 120 ekor burung puyuh dapat menghasilkan telur 1 rak atau 90 butir per hari.
Saat itu ia menjual dengan harga Rp. 33 ribu per rak.
Minat warga untuk mengkonsumsi telur puyuh tidak berubah, bahkan permintaan semakin meningkat.
Dari hasil penjualan telur saat itu mendapatkan omzet Rp. 1 juta perbulan.
Memasuki tahun 2021 dilakukan penambahan burung puyuh hingga menjadi total populasi 400 ekor.
Karena permintaan konsumen yang semakin meningkat sehingga penambahan terus dilakukan hingga ia sudah memiliki 1300 ekor burung puyuh.
Dari populasi burung puyuh yang dimiliki saat ini ia sudah bisa menghasilkan 12 rak telur per hari.
Kini ia sudah bisa menghasilkan omzet sebesar Rp. 10 juta per bulan.
Dan mendapatkan keuntungan sekitar Rp. 6 juta perbulan.
"Sekarang populasi sekitar 1300 ekor dari itu kapasitas produksinya per hari 12 rak dikali Rp. 30 ribu per rak jadi sekitar Rp. 300 ribu lebih per hari omzet. Keuntungan sekitar 200 ribu," tutur ayah satu anak itu.
Menurutnya, beberapa konsumennya saat ini mulai dari warga yang dikonsumsi sebagai lauk.
Kemudian, ada yang membuat asinan telur puyuh dan ada juga menjadikan sebagai bahan dari bakso bakar untuk dijual kembali.
Bahkan sudah ada permintaan mulai 250 hingga 1000 rak perminggunya dari salah satu distributor.
Namun, ia belum bisa memenuhi permintaan tersebut dengan jumlah populasi burung puyuh yang dimiliki saat ini.
Ia baru kembali melakukan pengembangan dengan membuat kandang yang lebih besar.
"Untuk memenuhi kebutuhan pasar 25 persen laba saya sisihkan untuk pengembangan berikutnya," kata Lulusan S1 pendidikan guru ilmu Biologi itu.
Selain itu, ia juga mengajak pemuda di Bantaeng untuk menggeluti usaha yang sama.
Muhlis yang tak kikir ilmu dengan senang hati berbagi ilmu dengan para pemuda yang tertarik dengan usaha tersebut.
Dan hasilnya, ia sudah berhasil mengajak seorang temannya yang kini sudah memulai pembangunan kandang dengan kapasitas 2000 ekor burung puyuh.
"Saat ini sudah ada rekan yang mulai mempersiapkan kandang untuk kapasitas 2000 ekor. Dari 2000 ekor itu kapasitas produksinya bisa 20 rak perhari," ucapnya.
Laporan wartawan TribunBantaeng.com, Achmad Nasution