Tribun Luwu Utara
VIDEO: Kisah Pemuda di Luwu Utara Selamatkan Ibu, Sepupu dan Ijazah Saat Banjir Bandang
Ia lulusan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar tahun 2010.Saat ini, ia tercatat sebagai tenaga honorer di Pemkab Lutra.
Penulis: Chalik Mawardi | Editor: Sudirman
TRIBUNLUTRA.COM, MASAMBA - Namanya Ahmad Affandi (32).
Ia lulusan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar tahun 2010.
Saat ini, ia tercatat sebagai tenaga honorer di Pemkab Luwu Utara.
Pada malam tanggal 13 Juli 2020, Ahmad punya pengalaman buruk.
Ia dan keluarga menjadi korban keganasan banjir bandang.
Menerjang Kota Masamba, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan.
Malam itu, hujan deras mengguyur wilayah Masamba.
Ahmad bersama ibu, Andi Asmiati Pasndre dan sepupunya Andi Resky baru saja santap malam.
Sekitar pukul 20.00 Wita, hujan deras tidak kunjung reda.
Disaat bersamaan, debit air Sungai Masamba yang berada di samping rumahnya terus naik dan melewati batas normal.
Ia lalu bernisiatif mengecek air di wilayah Lontang.
Atau sekitar 500 meter dari rumahnya yang berada di samping Jembatan Masamba.
Melihat debit air semakin naik, ia bergegas kembali kerumahnya.
Lalu meminta ibu dan sepupunya segera mengumpulkan barang berharga.
"Saat saya keluar mengecek lagi, air di depan rumah sudah sampai dada orang dewasa," kata Ahmad ditemui di lokasi bekas rumahnya di Jalan Jenderal Sudirman, Kelurahan Bone, Kecamatan Masamba, Senin (15/11/2021).
Ahmad mengatakan, debit air naik dengan cepat.
Sehingga langsung membawa ibu dan sepupunya keluar dari rumah.
"Saat kami keluar dari rumah, air sudah sampai leher, kami saling memegang dan alhamdulillah selamat," ujarnya.
Setelah memastikan ibu dan sepupunya berada di tempat aman.
Ia kembali ke rumah untuk mengambil barang berharga.
Seperti ijazah, surat tanah, dan surat-surat penting lainnya.
"Saat saya kembali ke rumah, air sudah sangat tinggi. Lantai satu rumah saya sudah tenggelam," tutur dia.
Meski begitu, ia berupaya tidak panik dan menenangkan diri.
Kemudian mendapat ide untuk memanjat atap rumah tetangga.
"Saya naik ke atas atap rumah tentangga lalu menyeberang ke lantai dua rumah. Saya mengambil ijazah, surat tanah, dan surat-surat peting yang sebelumnya disatukan di dalam tas," tuturnya.
Sementara barang lainnya, pakian dan kendaraan tidak bisa lagi ia selamatkan.
"Saya tetap bersyukur karena sekeluarga bisa selamat dalam kejadian itu," tuturnya.
Ahmad dan ibu saat ini menumpang di rumah sepupunya.
Sembari menunggu bantuan rumah dari pemerintah.
Ia menghidupi diri dari honor yang ia terima selakukan tenaga honorer.
"Harapan kami semoga hunian tetap segera terealisasi," tutupnya.