HUT Makassar ke 414
Salawati Daud, Perempuan Pertama Jadi Wali Kota Makassar dan Anggota PKI
Kota Makassar (dulu bernama Ujungpandang atau Ujung Pandang) pernah dipimpin seorang perempuan, perempuan wali kota pertama.
Tahun 1950-an, Salawati Daud makin dikenal sebagai tokoh kiri.
Bahkan, ia disebut-sebut sebagai salah satu pembawa pemikiran kiri di Sulawesi Selatan.
Pada Pemilu 1955, ia masuk daftar calon DPR dari Partai Komunis Indonesia Partai Komunis Indonesia (PKI).
Memang, seperti dicatat Saskia E Wieringa dalam penghancuran Gerakan Perempuan: politik Seksual Di Indonesia Pasca Kejatuhan PKI, ada 6 anggota Gerwani yang masuk list daftar calon DPR PKI, yakni Suharti Suwarto, Ny Mudigdio, Salawati Daud, Suwardiningsih, Maemunah, dan Umi Sardjono.
Konon, karena pengaruh politik Salawati Daud, PKI mendapat suara besar di Tana Toraja.
Itu terjadi pada Pemilu 1955. itu pula yang mengantarkan Salawati Daud menjadi anggota DPR tahun 1955.
Sejak itu, ia bermukim di Jakarta. Selain aktif sebagai anggota DPR, ia juga menjadi pengurus DPP Gerwani.
Ia menempati posisi sebagai Wakil Ketua. Di DPR, Salawati aktif memperjuangkan hak-hak perempuan.
Dan, tahun 1965 meletus peristiwa G.30/S.
PKI dan ormas-ormasnya segera dituding mendalangi peristiwa tersebut.
Saat itu, usai bersidang di Parlemen, Salawati Daud bersama empat kawannya, yakni Umi Sardjono, Ny Mudigdo, Siti Aminah, dan Dahliar, ditangkap oleh tentara.
Ia kemudian digelandang ke markas Kostrad, diintergorasi berhari-hari di sana, lalu kemudian dijebloskan ke penjara Bukit Duri dan dikirim ke Kamp Plantungan.
Di dalam penjara pun ia tak menyerah.
Ia aktif membela nasib sesama tahanan yang diperlakukan tidak sewenang-wenang.
Salawati Daud adalah salah satu dari banyak pemimpin Gerwani yang dipenjara setelah 1965 pengambilalihan militer.
Pada tanggal 1 Oktober 1965, setelah markas Gerwani telah menerima informasi yang membingungkan tentang peristiwa di Lubang Buaya, Salawati Daud bersepeda ke parlemen untuk menanyakan apa yang sedang terjadi.
Dia dihentikan oleh tentara dalam perjalanan dan dibawah ke markas Kostrad.
Di penjara Bukit Duri, Salawati Daud memainkan peran penting dalam intervensi terhadap penganiayaan narapidana lain.
Dia punya mandat nasionalis yang kuat untuk perannya dalam perjuangan kemerdekaan, dan para penjaga mengalami kesulitan menghadapinya.
Tindakan Salawati Daud untuk kesejahteraan para tahanan sangat dihargai oleh narapidana lain.(wikipedia.org)