Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

IKA Unhas

Catatan Menjelang Mubes: Karena IKA Unhas Bukan Kelompok Arisan

Pertanyaanya: di mana IKA Unhas, sejauh mana perannya membantu para alumninya mendapat akses ke dunia profesional?

Editor: AS Kambie
zoom-inlihat foto Catatan Menjelang Mubes: Karena IKA Unhas Bukan Kelompok Arisan
DOK
Mulawarman, Alumni Universitas Hasanuddin

Para orangtua kerap memilih kampus berdasarkan biaya, mutu pendidikan kurikulumnya, hingga fasilitasnya. Jarang sekali mereka mempertimbangkan aspek jaringan alumninya.

Padahal aspek ini sangatlah penting dan jangka panjang, dalam hal akses pada dunia kerja, koneksi kesempatan luas, relasi mentoring dan para profesional, dan tentu saja peluang mendapatkan pekerjaan baru (Elliott, 2017).

Menurut data U.S. News & World Report’s, di dunia ada sejumlah organisasi alumni yang sangat kuat dan powerfull. Indikatornya pada tiga hal: alumni yang terbesar memberikan beasiswa, terbesar donasi ke almamater, tertinggi gaji setiap lulusan kampusnya.

Yang pertama, Universitas Pennsylvania yang membawahi 616 ribu alumni. Mampu memberikan beasiswa kepada lebih dari 172 ribu orang di seluruh dunia.

Kedua, Universitas Thomas Aquinas yang terbesar donasi alumni ke almamaternya, yaitu rata-rata 63,7% per alumninya. Ketiga, Universitas Princeton yang paling besar gaji dari tiap alumninya, 58.300 dolar.

Keberadaan pentingnya wadah organisasi alumni, meski sudah tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan No 139/2014 Tentang Pedoman Statuta dan Organisasi Perguruan Tinggi, namun pemanfaatan masih belum terkelola secara baik.

Demikian data maupun potensinya pun relatif dikelola masing-masing kampusnya secara mandiri. Kementerian Diknas tidak berkepentingan untuk mengaturnya.

Meski tidak ada aturannya, namun di Indonesia seperti ada konsensus yang tidak tertulis, di mana ada kementerian di dalamnya terdapat jaringan luas dan kuat alumni salah satu universitas.

Hal ini seiring dengan banyaknya alumni kampus yang bekerja di kementerian. Kementerian Dalam Negeri dan Kemendiknas misalnya, sangat lekat dengan UGM, kementerian itu bisa dikatakan menjadi rumah kedua Alumni UGM berkat kerja keras KAGAMA.

Sementara Alumni Universitas Indonesia lewat jaringan ILUNI, Kemenkeu dan Kemenkes jadi kampus kedua mereka. Begitu pula dengan IPB Bogor alumninya sangat akrab dengan Kementerian Pertanian dan Kehutanan. Terus Alumni ITB dan ITS juga sama, punya rumah kedua.

Untuk sektor swasta nasional dan perusahaan multinasional, beberap universitas juga menjadikannya rumah kedua. Di bidang pertambangan mineral, minyak bumi dan gas alam misalnya.

Alumni ITB dan UI masih berjaya di PT Freeport, PT Vale Indonesia, PT Amman Mineral, Exxonmobil, Shlumberger, Vico dan British Petroleum. D industri otomotif, konstruksi, manufaktur perkapalan dan expor-impor, beberapa alumni universitas merajai jejaring peluang kerja, beasiswa dan pemagangan.

Sayangnya, alumni Unhas belum terlihat dominan dan berpengaruh di salah satu lembaga atau perusahaan yang menjadi rumah kedua bagi alumninya atau warga IKA Unhas.

Bahkan di kandang sendiri, di PT Vale, alumni Unhas hanya mampu berada di tingkatan atau lapisan ketiga direksinya. Apakah ini murni persoalan kualitas dari alumni atau jejaringnya sangat lemah dan tidak diperhitungkan?

Tidak ada jawaban tunggal, soal ini. Yang pasti prasyarat untuk berkarier dan cemerlang di perusahaan, penentu bukan hanya faktor kualitas, tetapi jejaring alumni dapat menjadi faktor yang sangat menentukan ketika berkaitan dengan isu organization politics yang bersinggungan langsung dengan preferensi subjektifitas.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved