Ada Andil Rini, Jepang Nyesal dan Kecewa Gegara Proyek Kereta Cepat Jakarta - Bandung Direbut China
Di tengah dikebutnya proyek Kereta Cepat Jakarta - Bandung agar bisa selesai pada tahun 2020, tahun depan, polemik terus bermunculan.
"Begini soal kereta cepat supaya semua jelas. Padahal kan sebetulnya keputusan pemerintah sangat jelas. Nah kalau dilihat dari dua proposal yang diterima, yang memenuhi syarat adalah proposal dari Tiongkok. Karena dari Tiongkok tidak meminta jaminan dari pemerintah. Tidak minta anggaran dari pemerintah dan ini transaksi B to B karena BUMN dengan BUMN," ujar Rini Soemarno kala itu.
Karena itu pula kata dia, Kementerian BUMN melakukan pendalaman kepada BUMN China.
Lalu, akhirnya disepakti untuk membuat joint venture agreement.
"Yang diputuskan juga adalah ini konsorsium dari BUMN (dikerjakan BUMN tanpa APBN)," kata Rini Soemarno.
Adapun BUMN yang terlibat dalam konsorsium proyek kereta cepat meliputi PT Wijaya Karya Tbk, PT Jasa Marga, PT Kereta Api Indonesia, serta PT Perkebunan Nusantara VIII.
Sementara China juga membentuk konsorsium demi proyek yang akan menelan dana puluhan triliun itu.
Tutur Rini, China Railway Corporation (CFC) akan memimpin konsorsium BUMN Tiongkok itu.
"Skema pembiayaan kan sudah jelas. Mereka sudah tawarkan 40 tahun (tenor) dari CDB (China Development Bank), 10 tahun grace period, 30 tahun pengembalian, bunga 2 persen. Ini 2 persen fixed untuk 40 tahun untuk komponen dollar," kata dia.
Tawaran China lainnya yang tidak dimiliki Jepang, yakni Beijing terbuka soal teknologi kepada Indonesia.(*)
Berita ini sebelumnya ditayangkan Kompas.com dengan judul "Kala Jepang Menyesal dan Kecewa pada Indonesia Gara-gara Kereta Cepat".