Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Siapa Mardigu Wowiek? Disebut Rocky Gerung Elektabilitasnya Lampaui Airlangga Hartarto Ketum Golkar

Rocky Gerung membandingkan Airlangga Hartarto dengan Mardigu Wowiek yang disebutnya dari kalangan orang biasa tapi elektabilitasnya bisa melebihi

Editor: Ilham Arsyam
Kolase Tribun Timur
Mardigu Wowiek dan Rocky Gerung 

Nama Mardigu mulai mencuat sebagai pengusaha saat Mardigu menciptakan cyronium, salah satu pilihan investasi berbasis cryptocurrency.

Dia membuatnya bersama perusahaannya yang bernama PT Santara Daya Inspiratama.

Cryptocurrency adalah mata uang digital. Perkembangannya cukup pesat sejak 2015.

"Dunia sejenis cryptocurrency ini adalah bisnis masa depan. Dunia other income anak millenial," ujarnya dikutip dari Kompas.com, Selasa (22/5/2018).

Menurut Mardigu, cyronium merupakan mata uang digital yang memiliki aset jaminan berupa koin dalam bentuk fisik. Dia menggunakan teknologi blockchain untuk mendukung adanya transparansi dalam investasi.

Mardigu mengklaim cyronium lebih stabil dan harganya tidak akan turun dratis seperti cryptocurrency lainnya.

Bahkan dalam dunia usaha, Mardigu disebut-sebut sebagai mentor bisnis Sandiaga Uno. 

Pengamat terorisme

Jauh sebelum disebut-sebut pengusaha, Mardigu juga didapuk sebagai pengamat terorisme.

Banyak pemberitaan Kompas.com memuat pendapatnya ketika berbicara mengenai kasus-kasus terorisme di Indonesia.

Seperti pada pemberitaan Kompas.com, Rabu (10/3/2010), Mardigu meyakini salah satu teroris yang tewas dalam penyergapan polisi di Pamulang pada 2010 adalah Dulmatin.

Dia mengatakan terduga Dulmatin adalah otak di balik aksi bom bunuh diri di Bali pada 2002. Dulmatin bergerak di Indonesia dengan guardian angels seperti dr Fauzi.

Mardigu mengatakan keduanya telah saling mengenal sejak di Poso dan Ambon.

Tak hanya itu, Mardigu juga ikut berbicara saat ada ledakan di Vihara Ekayana, Jakarta Barat, Minggu (4/8/2013). Satu paket meledak dalam peristiwa itu, dan 3 orang mengalami luka ringan.

Dia menilai sekitar 10.000 anggota intelijen tak mampu meredam pergerakan kelompok teror dan menjamin rasa aman warga negara.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved