Tribun Makassar
Kisah Alan Tunanetra Hidupi Anak Istri dengan Jualan Keripik Pisang, Sehari Bisa Dapat Rp 200 Ribu
Alan terlahir dengan mata tidak bisa melihat. Kondisi ini membuatnya harus berjuang lebih keras demi bertahan hidup.
Penulis: M Yaumil | Editor: Sudirman
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Alan terlahir dengan mata tidak bisa melihat.
Kondisi ini membuatnya harus berjuang lebih keras demi bertahan hidup.
Agar bisa makan, Alan berjualan keripik pisang di Pintu I Unhas, Jl Perintis Kemerdekaan, Makassar.
“Kadang di sini (Pintu I Unhas), kadang juga di pertamina (SPBU depan Unhas),” ujarnya, Selasa (12/10/2021) pagi.
Alan berjualan mulai jam sepuluh pagi sampai jam enam sore.
Setiap hari, dia membawa 20 bungkus keripik pisang dijajakan kepada pengendara yang menunggu lampu hijau.
Pria kelahiran Jeneponto 33 tahun ini, tinggal di BTN Antara, Jalan Perintis Kemerdekaan, Kecamatan Tamalanrea.
Bersama anak dan istrinya.
Di rumah berdinding bambu yang hanya memiliki satu kamar.
“Alhamdulillah, meski sederhana tapi rumah sendiri,” ujar Alan.
Sampai di rumah, Alan menyerahkan semua hasil penjualan ke istrinya untuk dihitung.
“Alhamdulillah, karena anak dan istri tidak seperti saya yang memiliki keterbatasan,” ujar Alan.
Keripik yang dijual pria satu putra ini, dia beli seharga Rp 6 ribu per bungkus dan dijual kembali seharga Rp 10 ribu.
Pendapatannya tidak menentu, kadang Rp 50 ribu kadang Rp 200 ribu per hari.
“Kadang ada yang kasih lebih,” katanya.
Anak pertama dari dua bersaudara ini tinggal di Makassar sejak dilahirkan.
Ayahnya bekerja sebagai penarik becak.
Namun, kedua orangtua dan adiknya sudah kembali ke kampung di Jeneponto.
“Meski kondisiku seperti ini tapi saya selalu bersyukur karena dikarunia istri yang mau menerimaku dan anak yang sehat,” ujarnya.