Siapa Cut Putri? Keturunan Sultan Aceh yang Kirim Permohonan Bantuan ke Erdogan Presiden Turki
Bukannya meminta bantuan ke Presiden Jokowi, keturunan Sultan Aceh yang bernama Cut Putri mengirimkan surat resmi kepada Presiden Turki
TRIBUN-TIMUR.COM - Bukannya meminta bantuan ke Presiden Jokowi, keturunan Sultan Aceh yang bernama Cut Putri mengirimkan surat resmi kepada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk meminta bantuan menyelamatkan situs sejarah yang terancam punah.
"Surat itu berisi permohonan bantuan kepada pemimpin Turki untuk membantu Aceh yang kini tengah berada dalam kondisi darurat," kata Cut Putri yang juga pemimpin Darud Donya pada Rabu (6/10/2021), dikutip dari Kompas TV.
Cut Putri mengatakan, surat itu berisi permintaan bantuan Turki untuk membantu menyelamatkan khazanah dan warisan Islam Asia Tenggara di Aceh yang sedang kritis dan terancam dimusnahkan.
Ia menyatakan, situs sejarah makam kuno para raja dan ulama kesultanan Aceh Darussalam itu berisi makam para ulama dan perwira pasukan Turki Usmani.
Pasukan itu, katanya, dahulu adalah utusan Sultan Turki Utsmani untuk membantu Kesultanan Aceh.
Menurut Cut Putri, situs yang paling terancam adalah khazanah peninggalan sejarah peradaban bangsa Turki di kawasan situs sejarah istana Darul Makmur Kuta Farushah Pindi Gampong Pande Banda Aceh.
Situs sejarah itu terancam musnah karena pembangunan proyek IPAL Banda Aceh.
"Kawasan bersejarah berisi ribuan makam para raja dan ulama kesultanan Aceh Darussalam dan peninggalan bangunan-bangunan kuno," kata Cut Putri.
Cut Putri menuturkan, selama bertahun-tahun proyek IPAL itu mendapat protes dari rakyat Aceh.
Ia menyebut, segenap rakyat Aceh sudah melakukan segala usaha damai untuk menyadarkan para pemimpin yang hendak memusnahkan warisan budaya Islam di Aceh.
"Para raja dan ulama kesultanan Aceh adalah para aulia, pendiri tonggak sejarah tegaknya dakwah Islam di Asia Tenggara, yang telah memilih tanah Aceh sebagai tempat bersemayam tulang belulangnya," ucap Cut Putri.
Oleh karena itu rakyat Aceh yang sedang dalam kondisi darurat membutuhkan bantuan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan serta dukungan dari segenap rakyat Turki.
Cut Putri mengaku sebelumnya mereka sudah berbicara soal situs sejarah ini secara langsung dengan Wakil Perdana Menteri Turki dalam kunjungan kenegaraan bersama Duta Besar Turki.
"Besar harapan kami agar Presiden Recep Tayyip Erdogan bersama segenap rakyat Turki dapat membantu kami di sini yang sedang berjuang," harapnya.
Dalam kesempatan ini, Cut Putri juga menambahkan, hubungan diplomatik antara Kesultanan Aceh dan Turki telah terjalin sejak ratusan tahun lalu.
Kesultanan Aceh dan Turki, katanya, kerap saling membantu dalam dakwah Islam dan untuk melawan penjajahan.
"Sejarah juga mencatat eratnya korespondensi antar kedua negara, termasuk permohonan bantuan dari para Sultan Aceh kepada Turki, saat Aceh berada dalam kondisi darurat," jelas Cut Putri.
Perlu diketahui, Pemerintah Banda Aceh kembali melanjutkan pembangunan proyek IPAL di Gampong Pande kota setempat pada akhir Februari 2021.
Bangunan itu sempat dihentikan karena banyak ditemukan situs bersejarah seperti nisan makam raja dan ulama Aceh pada 2017 lalu.
Kemudian, kelanjutan pembangunan tersebut menuai kritikan serta penolakan dari berbagai kalangan masyarakat Aceh, terutama warga setempat, budayawan hingga keturunan Raja Aceh.
Siapa Cut Putri?
Siapa yang tak kenal dengan Cut Putri? Dokter cantik yang merekam peristiwa gempa dan tsunami yang meluluhlantakkan Aceh pada 26 Desember 2004 silam.
Berkat rekaman video amatirnya, Cut Putri telah membuka mata dunia internasional tentang betapa dahsyatnya gelombang tsunami yang menerjang Aceh setelah diguncang gempa bumi 8,9 skala richter pada minggu pagi itu.
Melalui rekaman video itu pula, berbagai LSM, NGO, PBB dan tokoh dunia menyampaikan empati dan mengirimkan bantuan kemanusiaannya untuk Aceh. Nama Cut Putri kemudian mendadak terkenal.
Lama tidak terdengar kabarnya, sosok Cut Putri kini kembali muncul.
Dalam satu kesempatan di Banda Aceh, Serambinews.com menemuinya. Wanita berhidung bangir, berkulit lumer ini tampak anggun dalam balutan gamis hitam dipadu jilbab merah bermotif bunga-bunga.
Kemunculan Cut Putri kali ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan video tsunami yang melambungkan namanya di jagat raya.
Kepada Serambinews.com ia menuturkan saat ini tengah aktif dalam kegiatan pelestarian sejarah Aceh, pendidikan, sosial dan agama bersama lembaga Darut Donya yang ia kelola.
"Kecintaan saya pada sejarah Aceh semata karena panggilan jiwa, karena sebagai seorang Islam dan orang Aceh tentu harus mencintai tanah kelahirannya," ujar alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung ini, Rabu (30/8/2017).
Jauh sebelum itu, pasca tsunami beberapa tahun silam Cut Putri juga turut serta terlibat membantu korban tsunami di Aceh melalui lembaga sosial, dakwah dan keagamaan, Cut Putri Foundation yang ia dirikan.
Di sela perbincangan singkat dengan Serambinews.com, wanita keturunan bangsawan Aceh ini sempat menyinggung sekilas tentang momen peristiwa gempa dan tsunami 26 Desember 2004 yang sempat ia videokan melalui sebuah handycam.
Cut Putri menuturkan video itu direkam dengan sebuah kepasrahan dan penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah swt.
Saat gelombang dahsyat itu datang, Cut Putri telah menyerahkan segalanya pada kehendak Allah swt.
"Saya berdoa, kalau saya dipanggil Allah saat itu, saya mohon agar kaset di video ini diselamatkan, agar kelak semua manusia bisa menyaksikan betapa Maha Kuasanya Engkau ya Allah," tutur wanita yang kerap disapa Icut ini.
Seperti diketahui pada saat tsunami terjadi, Cut Putri menginap di rumah Komisaris Besar (alm) Sayed Hoesainy, yang saat itu menjabat sebagai Kabid Humas Polda Aceh.
Rumah berlantai dua itu terletak di Lam Jamee, Banda Aceh, sekitar satu kilometer dari kawasan pantai.
Ketika gempa mengguncang, Cut Putri sedang sarapan pagi. Nalurinya untuk merekam suasana gempa membuatnya mengambil kamera di lantai dua.
Sampai akhirnya gelombang raksasa itu datang bersamaan dengan suara gemuruh menghantam lantai dua rumah tempat ia dan keluarganya menyelamatkan diri.
Di saat itulah Cut Putri spontan merekam semua peristiwa yang terlintas di depannya.
Rekaman video Cut Putri kemudian disiarkan Metro TV dua hari setelah bencana tsunami dan disiarkan kembali berbagai jaringan televisi internasional.
Sejak itulah, mata dunia terbelalak melihat kehancuran dan mayat-mayat bergelimpangan akibat bencana maha dahsyat itu.
Melalui rekaman video itu, Cut Putri dianggap sebagai sosok warga biasa yang telah memberi sumbangsih besar bagi dunia dalam satu abad terakhir. (*)