Prof Komaruddin Hidayat Minta Syafruddin Sosialisasi Peran UIII di Peta Peradaban Islam Dunia
Kamaruddin menegaskan, UIII adalah salah satu "partisipasi kecil Indonesia", untuk ketenteraman kawasan dan dunia di era hyperlink world connected.
Masa persiapan dan penyediaan lahan ini, memang sempat disinggung Presiden Jokowi, saat seremoni peletakan batu pertama kampus UIII, bersama Wapres Jusuf Kalla pada 29 Juni 2018 lalu,.
TRIBUN-TIMUR.COM, JAKARTA - Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) Prof Dr Komaruddin Hidayat MA (65) meminta Wakil Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) Syafruddin Kambo (60), ikut mengkampanyekan peran proyek strategis negara (PSN) ini dalam peta peradaban Islam dunia dan kawasan.
"Tolong deh, Pak Syafruddin, ikut bantu kami jelaskan dan sosialisasi bagaimana peran kampus UIII ini di peta peradaban Islam masa depan," kata mantan Rektor UIN Syarief Hidayatullah Jakarta (2006-2015) ini, dalam dialog bersama Komjen Pol Syafruddin Kambo, di Kampus UIII Cisalak, Depok, Jawa Barat, Jumat (30/9/2021).
Dialog dihelat Yayasan Indonesia Damai Mengaji dan dipandu Pangeran Arsyad Ihsanulhaq, dalam rangka dimulainya perkuliahan perdana 98 mahasiswa program magiater UIII, sejak Senin (20/9/2021) lalu.
Permintaan mantan Ketua Badan Pengawas Pemilu RI (2004-2009) ini beralasan.
Oleh Prof Komaruddin, Komjen Pol (purn) Syafruddin disebut sebagai salah satu sosok yang ikut mensosialisasikan urgensi pendirian kamous UIII di Indonesia ke sekitar 11 negara Islam di Semenanjung Arab, Eropa, Asia Tenggara, termasuk negara tetangga Australia dan Singapura.
Kamaruddin menegaskan, UIII adalah salah satu "partisipasi kecil Indonesia", untuk ketenteraman kawasan dan dunia di era hyperlink world connected.

Menurutnya, setelah ditetapkan jadi PSN oleh Presiden Joko Widodo melalui Perpres Nomor 57 Tahun 2016 tentang Pendirian UIII (l 29 Juni 2016), mereka menggalang dukungan internasional bersama.
"Kami jalan bersama dan minta dukungan, dan meyakinkan Indonesia laik jadi titik temu Islamic studies di masa mendatang," ujar Syafruddin.
Selain Komaruddin Hidayat dan Syafruddin, lawatan lima tahun lalu itu juga diikuti antara lain, tokoh Islam Indonesia Prof Dr Bachtiar Effendy, dan sejumlah tokoh lain.
"Dengan sumber daya yang sangat terbatas awalnnya, kita hanya andil kecil, meyakinkan pimpinan negara Islam, negara tetangga para duta besar negara sahabat, bahwa jika umat Islam di Indonesia damai, moderat dan Islam wasatiyah, keseimbangan dan saling kesepahaman. politik, ideologi, ekonomi kawasan, dan dunia akan mudah tercapai." Ujar mantan Wakapolri (2016-2018) dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (2018-2019) ini.

Saat menjabat Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri (2015-2016) serta Wakil Kepala Polisi RI, Syafruddin mendapat amanah dan mandat dari Presiden dan Wapres Joko Widodo, untuk ikuti mempersiapkan kampus islam internasional rintisan.
"Seingat saya, tiga kali rumah saya jadi tempat membahas detail penyiapan lahan awal 140 Ha. Tugas saya ikut menganalisa dan solusi efektif pembebasan lahan negara yang efektif. "
Syafruddin juga menyebut dalam 2 tahun itu, dia bahkan ikut mengatur jadwal kunjungan kampanye ke Arab, Tunisia, Yordania, Mesir, Malaysia, Brunei, dan Alhamdulillah mereka mendukung dan membantu persiapan," ujar Syafruddin.
Masa persiapan dan penyediaan lahan ini, memang sempat disinggung Presiden Jokowi, saat seremoni peletakan batu pertama kampus UIII, bersama Wapres Jusuf Kalla pada 29 Juni 2018 lalu,.
"Ini sudah digodok dan dimatangkan sejak dua tahun. Tapi nyari lahannya tidak mudah. Saya tidak mau setengah-setengah. Awalnya, saya minta lahannya 1000 hektar, tapi susah mencarinya di Jawa," terang Presiden, Selasa (05/06).
Jokowi melanjutkan, "Kita mendapatkan 142 hektar. Memang jauh dari 1000 hektar, tapi ternyata 142 hektar juga sangat luas. Alhamdulillah," sambungnya.

Lahan itu menggunakan lahan tidur milik jawatan Radio Republik IndoneSia (RRI) di Bogor.
Pembangunan kampus seluas 142,5 hektar tersebut menelan biaya sebesar Rp 3,5 triliun.
Kini, pihak UIII sudah menyalurkan beasiswa ke 98 mahasiswa domestik dan internasional.
Prof Komaruddin dan Syafruddin, sepakat bahwa keberadaan UIII ini, akan menegaskan lagi Indonesia ini adalah stabilizer kawasan dalam membangun kesepahaman dan meredam konflik separatisme Islam.
Dicontohkan, konflik politik SARA di Syiria dan Afghanistas 3 dekade terakhir, membuat Amerika, dan Eropa kewalahan meneRima imigran Syria.
"Bayangkan itu kalau umat Islam Indonesia yang terpecah karena politik atau gerakan sosial. Brunei, Malaysia, Australia bahkan Singapura bisa tenggelam karena kebanyakan imigran," ujarnya dengan senyum seperti dilansir ThawafTV.
Bagi Syafruddin, dengan mulai berdiri megah UIII, dia merasa bersyukur.
"Saya bangga, di masa tua saya, saya masih bisa menyaksikan berdiri megah kampus ini. Walaupun sedikit kontribusi andil bersama Prof Komar berfikir banyak orang terlibat, " ujar Syafruddin. (*)