Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Prof Komaruddin Hidayat Minta Syafruddin Sosialisasi Peran UIII di Peta Peradaban Islam Dunia

Kamaruddin menegaskan, UIII adalah salah satu "partisipasi kecil Indonesia", untuk ketenteraman kawasan dan dunia di era hyperlink world connected.

Editor: Thamzil Thahir
dok_facebook_tribun_timur
KAMPUS UIII Cisalak - Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) Prof Dr Komaruddin Hidayat dan Wakil Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia Komjen Pol Syafruddin Kambo dalam dialog di Kampus Cisalak, Depok, Jabar, Kamis (30/9/2021). 

"Ini sudah digodok dan dimatangkan sejak dua tahun. Tapi nyari lahannya tidak mudah. Saya tidak mau setengah-setengah. Awalnya, saya minta lahannya 1000 hektar,  tapi susah mencarinya di Jawa," terang Presiden, Selasa (05/06).

Jokowi melanjutkan, "Kita mendapatkan 142 hektar. Memang jauh dari 1000 hektar, tapi ternyata 142 hektar juga sangat luas. Alhamdulillah," sambungnya.

BATU PERTAMA - Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla saat meletakkan batu pertama pembangunan kampus Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) di Jl Raya Bogor, Cisalak, Depok, Jawa Barat, 29 Juni 2018.
BATU PERTAMA - Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla saat meletakkan batu pertama pembangunan kampus Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) di Jl Raya Bogor, Cisalak, Depok, Jawa Barat, 29 Juni 2018. (dok_pemprov_jabar)

Lahan itu menggunakan lahan tidur milik jawatan Radio Republik IndoneSia (RRI) di Bogor.

Pembangunan kampus seluas 142,5 hektar tersebut menelan biaya sebesar Rp 3,5 triliun.

Kini, pihak UIII sudah menyalurkan beasiswa ke 98 mahasiswa domestik dan internasional.

Prof Komaruddin dan Syafruddin, sepakat bahwa keberadaan UIII ini, akan menegaskan lagi Indonesia ini adalah stabilizer kawasan dalam membangun kesepahaman dan meredam konflik separatisme Islam.

Dicontohkan, konflik politik SARA di Syiria dan Afghanistas 3 dekade terakhir, membuat Amerika, dan Eropa kewalahan meneRima imigran Syria.

"Bayangkan itu kalau umat Islam Indonesia yang terpecah karena politik atau gerakan sosial. Brunei, Malaysia, Australia bahkan Singapura bisa tenggelam karena kebanyakan imigran," ujarnya dengan senyum seperti dilansir ThawafTV.

Bagi Syafruddin, dengan mulai berdiri megah UIII, dia merasa bersyukur.

"Saya bangga, di masa tua saya, saya masih bisa menyaksikan berdiri megah kampus ini. Walaupun sedikit kontribusi andil bersama Prof Komar berfikir banyak orang terlibat, " ujar Syafruddin. (*)

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved