Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Persib Bandung

Tak Hanya Jadi Pelatih, Legenda Persib Bandung Djadjang Nurdjaman Ajak Pemain Bisnis Properti

Legenda Persib Bandung, Djadjang Nurdjaman tak hanya menjadi pelatih. Dia juga berbisnis untuk berbagai instrumen investasi.

Editor: Muh Hasim Arfah
Instagram Barito Putra
Pelatih Barito Putra sekaligus legenda Persib Bandung, Djadjang Nurdjaman 

"Awalnya tidak kepikiran, tetapi setelah mendekati usia pensiun sebagai pesepak bola, baru terpikir karena tidak mau keluar dari lingkungan sepak bola," kata pelatih yang biasa disapa Djanur itu kepada Kompas.com.

Penyesalan kedua, dia tidak menata finansialnya saat masih aktif menjadi pemain.

Djanur justru baru melek finansial saat memulai meniti karier sebagai pelatih.

Baca juga: Robert Alberts Bocorkan Persiapan Persib Bandung Jelang Lawan Bali United

Namun, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.

"Dulu saya tidak sempat menabung ketika menjadi pemain karena tidak punya gaji sebesar pemain 'zaman now'.

Saya baru bisa menabung setelah menjadi pelatih, bisa dibilang terlambat," ujar pelatih yang kini menangani Barito Putera tersebut.

Meskipun demikian, keterlambatan yang dialami Djadjang Nurdjaman dalam menata karier dan finansial disebabkan beberapa alasan.

Selain alasan jumlah pendapatan yang berbeda, perbedaan orientasi prestasi antara pesepak bola zaman dulu dan sekarang juga memegang peran.

Dulu, banyak pemain berlomba-lomba berprestasi agar bisa diangkat sebagai pegawai pemerintah.

Baca juga: Jadwal & Preview Bali United vs Persib Bandung Liga 1 2021: Ujian Sesungguhnya Duet Klok-Rashid

Karena itu, kemudian banyak pemain yang memutuskan fokus berprestasi tanpa memikirkan pilihan karier sepak bolanya.

Selain itu, akses dan peluang untuk mengembangkan karier bagi atlet juga tidak semudah sekarang.

Dulu akses informasi sangat terbatas, apalagi pendidikan level lanjutan seperti universitas masih bersifat eksklusif.

Karena itu, hanya atlet-atlet tertentu yang visioner, mau menginvestasikan waktu, tenaga, dan pikirannya.

"Tadinya bisa seiring pendidikan karena ya main bola zaman saya targetnya bukan gaji seperti sekarang, melainkan berprestasi untuk dikerjakan oleh pemerintah setempat," katanya.

Kondisi tersebut sangat berbeda dengan kondisi persepakbolaan modern.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved