Toraja International Festival
TIF ke-9 di Rante Buntu Penpom Tampilkan Indahnya Peradaban Manusia, Tonton Nanti Malam via YouTube
Ma’nimbong dan Ma’dandan adalah sebuah musik tutur vokal yang mungkin sudah berusia ribuan tahun dan merupakan prototip musik vokal di dunia.
TRIBUN-TIMUR.COM, TORAJA - Toraja International Festival (TIF) 2021 yang ke-9 berlangsung di Rante Buntu Pempon, Kecamatan Balusu, Rantepao, Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan.
Di antara semua tongkonan yang ada di Toraja Utara, Rante Buntu Penpom termasuk venue yang sangat cocok bagi penyelenggaraan TIF yang bertaraf internasional.
Disamping memiliki area yang luas, Rante ini juga memiliki deretan Lantang yang sangat indah dalam jumlah besar.
Cocok untuk menjadi background khas dari panggung TIF yang menjadi tempat presentasi Seni dan Budaya Toraja.
berdasarkan rilis yang diterima tribun-timur.com, Minggu (12/9/2021), tahun ini TIF ke-9 juga akan memberikan fokus kepada penampilan kesenian tradisional Toraja dan Sulawesi Selatan.
Yang istimewa dari penampilan ini adalah grup-grup kesenian yang tampil adalah grup-grup kesenian yang secara turun-temurun masih menjaga kelestarian dan keaslian mereka dalam menampilkan musik dan tarian khas Toraja dan Sulawesi Selatan.
Misalnya grup musik paduan suara laki-laki dan wanita tradisional Toraja yang bernama Ma’nimbong dan Ma’dandan.
Kedua jenis kesenian ini berasal dari Desa Lokolemo yang terletak jauh di atas wilayah pegunungan Pangala, daerah dimana pahlawan Toraja yang terkenal, Pongtiku berasal.
Ma’nimbong dan Ma’dandan adalah sebuah musik tutur vokal yang mungkin sudah berusia ribuan tahun dan merupakan prototip musik vokal di dunia jika ditinjau dari konsep estetika dan struktur komposisi musik tersebut.
Musik vokal yang pada prinsipnya menggunakan melodi satu nada berbentuk drone ini usianya dapat dibandingkan dengan lukisan purba yang ada di goa Leang-Leang, Maros, Sulawesi Selatan.
Demikian pula hal dengan bentuk kesenian bernama Pepe Pepe Baine dari wilayah Gowa.
Bentuk kesenian teatrikal yang bernuansa magis ini juga menunjukkan betapa purba dan uniknya Pepe Pepe Baine.
Pada akhirnya semua bentuk kesenian yang ditampilkan secara khusus di atas panggung TIF ke-9 ini menunjukkan tuanya peradaban masyarakat di bumi Nusantara.
Pada saat di belahan bumi lain manusia masih berkeliaran di hutan memburu mangsanya dengan batu untuk bisa survive, manusia di bumi Nusantara sudah memiliki kebudayaan dengan nuansa keindahan yang sangat tinggi.
Untuk bisa menjadi saksi dari indahnya peradaban manusia Indonesia yang sangat unik dan menarik ini, tontonlah perhelatan TIF melalui channel YouTube LOKASWARAPROJECT pada Minggu (12/9/2021) pukul 20.00 WIB.
Secara Off Air, TIF telah dilangsungkan di Rante Buntu Penpom, Toraja Utara pada 4 September pukul 19.00.
Sejak penyelenggaraan di tahun ke 3, yaitu tahun 2015 yang lalu, TIF telah berhasil meningkatkan kunjungan pariwisata di Kabupaten Toraja Utara sebesar 300%.
Para turis dari Mancanegara dan Nusantara umumnya menjadwalkan kunjungan mereka ke Toraja berkenaan dengan waktu pelaksanaan TIF yang setiap tahunnya jatuh ada pertengahan Juli.
Oleh sebab itu, sejak beberapa tahun yang lalu TIF diangkat oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menjadi salah satu Festival Nasional Tahunan di seluruh Nusantara yang sekarang bernama Kharisma Event Nasional.
Dengan meningkatnya kunjungan para wisatawan Mancanegara maupun Nusantara ke Kabupaten Toraja Utara, kehidupan ekonomi masyarakat di wilayah inipun turut meningkat.
Sebagai contoh, pada waktu TIF di selenggarakan di Tongkonan Kete Kesu, setiap hari warung kopi dan makanan sederhana yang berada di lingkungan Kete Kesu setiap harinya mendapat omset sebesar Rp 7 juta hingga Rp 10 juta.
Demikian pula halnya dengan pemilik kios suvenir dan pengelola lapangan parkir di sekitar Kete Kesu.
Pengunjung TIF sebelum masa pandemik di Kete Kesu pun mencapai 3.000-5.000 orang per hari.
Saat ini Kete Kesu sudah merupakan destinasi wajib yang selalu dikunjungi oleh para turis dalam dan luar negeri.
Lokasi TIF sejak tahun 2013-2019 ini bahkan mendapatkan Penghargaan sebagai Objek Wisata Terbaik di Toraja!
Oleh sebab itu, sekarang sudah tiba waktunya penyelenggara mencari Tongkonan baru untuk Lokasi atau Venue TIF agar juga dapat berkembang menjadi destinasi wisata unggulan di Toraja Utara seperti Kete Kesu.
Pada masa pandemik ini TIF berjalan terus walaupun lebih memberi penekanan kepada program virtual yang diputar melalui YouTube LOKASWARAPROJECT.
Masyarakat setempat yang tetap bersemangat untuk melihat pengambilan gambar TIF pada 10 Juli dibatasi dan dikenakan peraturan protokol kesehatan yang sangat ketat.
"Dengan memanjatkan doa kepada Allah yang Maha Kuasa, kami berharap pandemi ini dapat segera lenyap agar ribuan masyarakat dalam dan luar negeri yang telah menjadi penonton setia TIF selama 8 tahun terakhir dapat berkumpul kembali menyaksikan keindahan bentuk kesenian Toraja, Sulawesi Selatan serta juga bentuk kesenian nasional dan internasional kelas dunia lainnya," harap penyelenggara.
Sejak tahun 2013 pelaksanaan TIF ini tidak akan dapat terlaksana tanpa dukungan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Sulawesi Selatan, dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Toraja Utara.
Untuk itu TIF mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
"Tidak lupa juga kami ucapkan beribu terima kasih atas dukungan dari KOMPAS TV Sulawesi Selatan dan Radio Prambors & Delta FM Sulawesi Selatan," tuturnya.
Penyelenggara berharap agar TIF dapat mendapatkan dukungan yang lebih besar lagi dari Kemenparekraf, Propinsi Sulsel dan Pemkab Toraja Utara.
Itu agar penyelenggara dapat bersaing dengan event-event besar di negara tetangga seperti halnya Rainforest World Music Festival di Malaysia atau Wonderfruit di Thailand yang merupakan dua event festival musik dan budaya terbesar di Asia.
Selamat menikmati pergelaran spektakuler TIF ke-9 di Rante Buntu Penpomatau.(*)