Bincang Bola Virtual
PSM Imbang Lawan Arema, Evaluasi Harus Dipertajam
Secara matematika PSM memang unggul satu pemain dari Arema, tapi secara strategi tidak seperti itu.
Penulis: Kaswadi Anwar | Editor: Hasriyani Latif
Belum lagi striker PSM, Anco Jansen ada pula di garis 16.
Ditambah dua pemain sayap ikut masuk ke dalam sehingga tak ada ruang.
Pluim yang diharapkan memberikan terupas di antara sela-sela pemain pun tidak bisa.
Oleh karena itu, jangan heran ketika striker Anco Jansen terkadang lari ke belakang untuk mencari bola.
"Saya lihat tidak ada kesabaran, bagaimana kita mengajak Arema keluar dari pertahanannya dengan gaya permainan kita. Menjaga ritme, apakah memainkan bola ke kiri atau ke kanan, supaya lawan keluar," ucap pelatih yang membawa PSM juara Liga Indonesia 1999-2000 ini.
Sementara Arema dengan 10 pemain hanya mengandalkan serangan balik untuk mencetak gol dengan mengandalkan Carlos Fores yang cukup berbahaya.
"Jadi lawan mengandalkan serangan balik dan cukup berbahaya. Ini saya pikir harus dibenahi kalau lawan hanya bermain 10 orang," sambungnya.
Pak Syam mengungkapkan permainan ciri khas PSM dengan mengandalkan kecepatan di sayap tidak terlihat.
Semua lari masuk ke dalam, sehingga bertumpuk.
Ditambah, bek sayap PSM tidak aktif membantu serangan.
Zulkifli Syukur dan Abdul Rachman hanya bermain hingga tengah lapangan.
"Begitu dapat bola di garis tengah langsung umpan jauh. Namun, mungkin mereka antisipasi serangan balik lawan yang cukup bagus dan berbahaya," ujarnya.
Maka dari itu, kata Pak Syam, evaluasi harus dipertajam, sehingga jika menghadapi berbagai kondisi di lapangan sudah bisa dibenahi.
"Ini saya lihat di pertandingan pertama. Tentu ini jadi pelajaran buat kita untuk melakukan pembenahan karena kita tidak bermain 1, 2 hingga 3 kali," katanya.
"Kita boleh hanya raih poin satu di pertandingan pertama, tapi di akhir kompetisi kita harus keluar sebagai juara," pungkasnya.(*)