Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Jusuf Manggabarani

Kisah Jusuf Manggabarani, Perwira Polri yang Terlalu Cinta pada Brimob dan Tolak Jabatan Kapolres

Namun, Jusuf tidak demikian. Ia menolak menjadi Kapolres. Ia ingin ditempatkan di Gegana Brimob Polri

Editor: Muh. Irham
ist
Komjen Jusuf Manggabarani 

TRIBUN-TIMUR.COM - Masih ingat Komisaris Jenderal (Komjen) Jusuf Manggabarani? Mantan Kapolda Sulawesi Selatan (Sulsel) tersebut punya cerita menarik tentang karirnya di kepolisian. 

Cerita bermula ketika Jusuf Manggabarani telah selesai mengenyam pendidikan di Sespim. Biasanya orang yang selesai pendidikan di Sespim, berharap bisa mendapat jabatan sebagai Kapolres. 

Namun, Jusuf tidak demikian. Ia menolak menjadi Kapolres. Ia ingin ditempatkan di Gegana Brimob Polri. Ini adalah satuan di Brimob yang punya resiko tinggi, karena berurusan dengan bahan peledak.

Karena ingin ditempatkan di Brimob, Jusuf Manggabarani menemui pejabat yang khusus menangani penempatan perwira yang telah menjalani pendidikan Sespim.

"Kamu ini ya, baru bisa baca tulis tidak mengerti isi tulisan," ujar sang komandan.

Namun, karena sikapnya yang tegas dan lurus, Jusuf tak peduli dengan perkatan komandan apakah ia akan tersinggung atau tidak.

Komandan pun merasa Jusuf harus mendapatkan penanganan Psikolog, untuk mengetes kondisi kejiwaannya. Karena ia teguh pada pendiriannya ingin berada di Korps baret biru.

"Bapak semangat mau ke kanan karena dinilai ada kelainan jiwa, sebab orang tamat Sespim maunya jadi kapolres, langka yang mau masuk ke sana (ke Gegana Brimob)" ujar Psikolog.

Dengan tenang, Jusuf pun menjawab pertanyaan dari Psikolog. "Saya memang mau ke Gegana, bukan mau jadi kapolres," jawab Jusuf.

Hari pengumuman penempatan pun tiba, dan benar saja Mayor Jusuf Manggabarani ditunjuk menjadi komandan Gegana Brimob Polri.

Jusuf langsung berteriak kegirangan saat tahu dirinya menjadi Komandan Gegana. Bahkan saking cintanya pada satuan tersebut, ia tak pernah melepaskan baju hitam yang berguliskan Brimob Gegana itu.

Ia pun dikenal sebagai Jenderal yang lurus dan bersih, jauh dari tindakan koruptif. Bahkan saat bertugas Jusuf lebih senang membagikan uangnya kepada anggota dari pada menumpuk kekayaan.

Profil Jusuf Manggaar

Jusuf Manggabarani lahir 11 Februari 1953 itu. Sejak 6 Januari 2010 hingga 1 Maret 2011, ia menjabat sebagai Wakil Kepala Kepolisian Republik Indonesia mendampingi Jenderal Timur Pradopo.

Hampir sebagian besar karir anak dari pasangan Manggabarani dan Andi Mani Intan itu, dihabiskan dalam satuang Gegana Brimob Polri.

Perjalanannya pun tak semudah dibayangkan, Jusuf mengawali karir di kepolisian sebagai Pama Polda Nusra pada 1975.

Satu tahun kemudian, menjadi Danton 3 Kompi 5142 Satbrimobda Polda Nusra tahun 1976, Danki 5142 Satbrimobda Polda Nusra pada 1977, Danki 5115 Satbrimobda Polda Nusra 1978, dan Paur Ops Satbrimobda Polda Nusra 1979.

Ia pun pernah bertugas sebagai Kasat Sabhara Poltabes Makassar pada 1981, lalu Kabag Ops Poltabes Makassar 1982, Wadansat Brimob Polda Sulselra 1983.

Kemudian menjadi Wadansat Brimob Polda Nusra 1984, Danden Gegana Pusbrimob Polri 1988, Kasat Brimob Polda Sulselra 1990, dan Kasat Brimob Polda Nusra 1992.

Karirnya pun semakin meningkat, hingga pada tahun 1993 ia dipercaya sebagai Kasat Gegana Pusbrimob Polri, Ses Pusdik Pusbrimob Polri pada 1994, dan Wakapusdik Pusbrimob Polri 1995.

Dua tahun kemudian, Jusuf dipercaya sebagai Danmen I Pusbrimob Polri pada 1997, hingga menjadi Wakapolda Sulsel tahun 1999.

Ia pun berhasil mendapatkan jabatan sebagai orang nomor satu di korps berlambang teratai itu. Jusuf dipercaya sebagai Kepala Korps (Kakor) Brimob Polri pada 2001.

Selanjutnya, pada 2002 ia diberikan jabatan sebagai Kapolda Aceh, kemudian Kapolda Sulsel pada 2003, menjadi Kadiv Propam tahun 2005.

Lalu, Jusuf dipercaya sebagai Irwasum Polri tahun 2007 dan jabatan terakhirnya adalah Wakapolri pada 2010-2011 mendmpingi Jenderal Timur Pradopo.

Robek Cek 

Pernah suatu waktu ada seorang menitipkan cek yang dimasukkan ke amplop lalu diberikan ke ajudan Jusuf.

Cek itu ditujukan untuk anak Jusuf yang sedang berulang tahun.

Pemberi menitipkan pesan agar cek itu diberikan ke anaknya tanpa sepengetahuan Jusuf. Nominal yang tertulis di cek itu terhitung besar untuk anak ukuran SMP.

Namun, akhirnya Yusuf mengetahui pemberian cek dan langsung merobeknya kemudian memasukkannya kembali ke dalam amplop. Ia lalu memerintahkan ajudannya untuk mengembalikan robekan cek kepada pemberi.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved