Wawancara Khusus
Pendidikan Sulsel di Tengah Pandemi Covid-19, Apa Solusinya?
Berikut wawancara khusus tribun-timur.com bersama legislator DPRD Sulsel, Andi Muhammad Irfan AB soal pendidikan Sulsel di tengah pandemi
Penulis: Siti Aminah | Editor: Suryana Anas
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Kondisi pendidikan menjadi salah satu sektor memprihatinkan di tengah pandemi covid-19.
Selama pelaksanan pembatasan kegiatan masyarakat saat pandemi, sektor pendidikan tak pernah kebagian kesempatan untuk dibuka secara menyeluruh.
Pembukaan pembelajaran tatap muka (PTM) acapkali diwacanakan namun selalu gagal akibat laju covid-19 yang masih berfluktuasi.
Legislator DPRD Sulsel, Andi Muhammad Irfan AB mengatakan Sulsel harus menerapkan kebijakan empat menteri soal pembelajaran tatap muka.
Guna menyelematkan pendidikan dan nasib generasi penerus bangsa.
Berikut wawancara khusus tribun-timur.com bersama legislator DPRD Sulsel, Andi Muhammad Irfan AB soal pendidikan Sulsel di tengah pandemi covid-19.
- Bagaimana melihat kondisi pendidikan di masa pandemi?
Kita sangat prihatin, dua tahun proses belajar mengajar di sekolah berjalan kurang baik. Setidaknya ada lima hal persoalan yang dihadapi.
Murid kehilangan kesempatan belajar, kondisi psikologis murid memburuk, pencapaian belajar anak menurun, siswa banyak putus sekolah, dan kekerasan anak yang tinggi.
- Bagaimana pengamatan terkait pembelajaran daring?
Kebanyakan orangtua menganggap anaknya tidak belajar jika melalui proses daring. Akhirnya tidak ada respon gayung bersambung terkait apa yang dilakukan orangtuanya di rumah.
Akhirnya, anak di rumah banyak misorientasi terhadap belajar mengajar di rumah.
- Apakah berdampak terhadap psikologis anak?
Kondisi psikologi murid kita semakin memburuk, selama ini yang dianggap belajar adalah datang ke sekolah, ada interaksi ke teman-temannya. Itu yang hilang dan mempengaruhi kondisi psikologis anak.
- Bagaimana soal capaian pembelajarannya?
Pencapaian belajar anak-anak kita menurun karena fasilitas belajar dan kondisi belajar anak kita tidak seimbang.
Ada anak yang punya fasilitas baik, ada yang tidak. Misalnya ketersediaan laptop, hp, maupun kuota sebagai pendukung, sementara masih banyak anak yang tidak ada hp, laptop dan kuota.
Penyebab menurunnya pencapaian belajar karena kondisi siswa tidak merata, kalau ini terus terjadi maka disparitsas yang jauh antar siswa akan terlihat jelas.
- Apakah mempengaruhi tingginya angka putus semah di Sulsel
Siswa banyak putus sekolah karena banyak anak yang dipaksa keluarganya (bekerja).
Akhirnya untuk mencari sumber pendapatan, mereka harus bekerja untuk menghidupi keluarga, karena covid banyak menyebabkan orangtua siswa kehilangan pekerjaan.
Pembelajaran daring juga memicu terjadinya kekerasan di rumah.
- Dari segi tenaga pendidik dan kependidikan, seperti apa peran guru sejauh ini?
Belajar jarak jauh yang dianggap jadi pilihan terbaik hari ini ternyata kita belum siap, guru belum siap, orangtua belum siap.
Guru dituntut lebih banyak melahirkan inovasi teknik pembelajaran menyenangkan, proses pembelajaran harus cepat.
- Apa solusi yang tepat untuk masalah-masalah di sektor pendidikan ini?
Mau tidak mau kita harus mempercepat tatap muka, karena bagaimana pun juga kalau ini terjadi maka kemungkinan besar kita akan terjadi loss generation, karena proses belajar tatap muka tidak berlangsung.
- Apa syarat untuk pelaksanan pembelajaran tatap muka?
Mengikuti aturan SKB empat menteri, agar zona hijau dan kuning dipercepat pelaksanan tatap muka nya.
Yang menjadi kewajiban PTM semua tenaga pendidik dan kependidikan harus 100 persen divaksin.
Perlu dicek apakah kabupaten yang melaksanakan PTM, gurunya sudah divaksin.
Harusnya di Juli sudah masuk vaksinasi kedua untuk guru, tapi sampai sekarang belum, mungkin karena ada kendala stok vaksin jadi lambat.
- Apakah siswa/murid juga harus divaksin?
Untuk murid tidak diwajibkan, karena data hasil riset tenaga pendidik dan kependidikan adalah orang yang rentan kena covid-19.
Sementara kalau siswa dengan umur maksimal 18 tahun tidak terlalu rentan, kalaupun terpapar, recoverynya cepat.
- Bagaimana melihat intervensi kebijakan dari pemprov soal PTM ini?
Sudah tepat, sudah sesuai dengan SKB empat menteri. Tinggal bagaimana mendorong lebih massif daerah zona hijau, kuning, oranye yang ada di Sulsel supaya secepatnya menetapkan PTM terbatas.
Di Sulsel khusus SMA baru 7 kabupaten yang melakukan PTM. Padahal sisa tiga daerah yang masuk kategori zona merah.
Tujuh daerah tersebut adalah Bantaeng, Maros, Selayar, Pinrang, Sinjai, Jeneponto dan Bulukumba. (*)