Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Said Didu: Sebenarnya Buzzer ini Gampang Sekali Dipatahkan, Kemampuan Mereka Sama Sekali Nggak Ada

Said Didu bercerita bagaimana awal mula penggunaan kelompok buzzer ini mulai marak

Editor: Ilham Arsyam
Tangkapan Layar Youtube TVOne
Said Didu 

TRIBUN-TIMUR.COM - Mantan Sekretaris BUMN, Said Didu kembali menyoroti soal peran buzzer yang selama ini dianggap hanya memperkeruh situasi kerukunan kebangsaan.

Said Didu bercerita bagaimana awal mula penggunaan kelompok buzzer ini mulai marak, tepatnya pada saat Jokowi hendak mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama pada 2012 silam.

"Saya pikir publik juga tahu apa sih awal penggunaan buzzer, itu untuk penggunaan kekuasaan. Itu diawali pada 2012 saat Pak Jokowi berniat maju sebagai gubernur. Kita lihat bagaimana buzzer dimanfaatkan sedemikian rupa, dan itu berhasil," ujar Said Didu dalam wawancara bersama wartawan senior Hersubeno Arief, dilihat pada Minggu (8/8/2021).

Baca juga: Megawati Mengaku Menangis Lihat Presiden Jokowi Beliau Sampai Kurus, Kurus Kenapa? Mikirin Kita

Keberhasilan buzzer Jokowi-Ahok kala itu yang dianggap turut memenangkan pasangan itu, menurut Said Didu, kemudian dilegitimasi bahwa peran buzzer sangat penting untuk memberikan pengaruh kepada publik.

Bahkan, menurut Didu, para buzzer yang ada saat ini pun memang dipelihara dan dibayar untuk tujuan tertentu.

"Nah sehingga metodologi kesuksesan itu, bagaimana sejauh mana buzzer itu mengkomunikasikan apa yang diinginkan. kemudian buzzer seolah-olah diformalkan pemerintah. Pemerintah memang memelihara dan memberikan anggaran kepada buzzer,; ungkapnya.

Hanya saja, makin lama menurut Didu rakyat makin sadar bahwa informasi-informasi yang disampaikan para buzzer hanya bersifat kepentingan semata.

Tidak jarang, buzzer digunakan untuk menutupi kekurangan dari pemerintah agar dilihat baik oleh rakyat yang mudah dipengaruhi.

Kemudian muncul perlawanan dari publik, yang tanpa dibayar. 

"Sebenarnya buzzer ini gampang sekali dipatahkan. Karena informasi-informasi, kemampuan mereka sama sekali nggak ada. Nah kadang-kadang kita ketawa melihat. Buzzer seperti ini copy paste. 

Dampaknya sekarang adalah pengusaha merekayasa alat untuk memecahbelah bangsa.

Sehingga kata-kaya kasar semua keluar, kata-kata kasar diberikan kepada yang nggak sejalan dengan pemerintah," jelas Didu.

Didu menambahkan, ada fenomena menyedihkan selama para buzzer ini bergerak menyerang siapapun yang mengkritik pemerintah.

Apabila buzzer dilaporkan, kata Didu, tidak ada proses hukum lebih lanjut dari pihak berwajib seolah menegaskan bahwa buzzer memang dipelihara untuk menciptakan kegaduhan.

"Problemnya adalah ada keberpihakan buzzer dari pengusaha. Buzzer kalau dilaporkan tidak pernah diproses, tapi kalau bukan buzzer langsung diproses.

Yang menariknya adalah keberpihakan pemilik konten (warganet), yang kadang-kadang juga memihak (apa yang disebarkan buzzer). Saya kan salah satu korban buzzer. Pada saat dia laporkan orang yang tidak sejalan dengan pemerintah, itu langsung diproses," imbuhnya

Di sisi lain, menurut Didu, keberadaan para buzzer yang dipelihara itu menunjukkan ketidakmampuan pemeritah untuk menyampaikan program-program maupun mendapatkan kepercayaan rakyat melalui kementerian atau birokrasinya.

"Menurut saya Buzzer telah merusak kehidupan berbangsa dan bernegara. Dampaknya, saya lihatnya sepertinya permintah sudah tidak yakin atas kemampuan birokrasinya untuk menyampaikan programnya.

Buzzeer tugasnya menyampaikan pemerian harapan palsu kepada rakyat sekaligus mematikan orang-orang yang mematikan data sebenarnya kepada rakyat," jelasnya.

"Jadi menurut saya, sekarang itu buzzer adalah tempat penempatan para pendukung yang tidak bisa ditampung di pemerintahan, kemudian di BUMN, maka dibikinkan lahan pekerjaan buzzer dan influencer itu," Didu menambahkan.

Meski demikian, Didu bersyukur kini sebagian masyarakat mulai menggunakan pikiran dan akal sehatnya dan mulai tidak percaya dengan informasi-informasi yang disampaikan oleh para buzzer dalam mengaburkan kebenaran.

Didu menyebut, para buzzer kini hanya 'menunggu ajalnya'.Baca juga: Gubernur Anies Dijuluki Duta Lebih Bayar, Ade Armando dan Denny Siregar Kompak Serang Anies

"Saya katakan makin hari saya tiap di media sosial, kesadaran rakyat semakin tinggi. Jadi saya hanya memperkirakan buzzer ini sebentar lagi umurnya dan rakyat juga sudah tidak percaya apa yang sudah disampaikan buzzer," tandasnya

Artikel ini telah tayang di WartaKotalive.com dengan judul Said Didu Sebut Para Buzzer Tinggal 'Menunggu Ajal' karena Rakyat Sudah Tidak Percaya

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved