Tribun Toraja
FSK Sorot Pelaksanaan PPKM di Tana Toraja, Anggap Puskesmas Tak Siap Jika Ada Lonjakan Kasus
Koordinator Bidang Literasi dan Edukasi Forum Solidaritas Kemanusiaan (ForumSK) Dinny Jusuf, pulang ke kampung suaminya di Tana Toraja selama pandemi.
Penulis: Sukmawati Ibrahim | Editor: Sudirman

TRIBUN-TIMUR,COM, MAKASSAR - Sejumlah daerah di Sulsel telah menerapkan PPKM Level 4.
Dua daerah terlebih dahulu menerapkan PPKM Level 4 yaitu Makassar dan Tana Toraja.
Koordinator Bidang Literasi dan Edukasi Forum Solidaritas Kemanusiaan (ForumSK) Dinny Jusuf, pulang ke kampung suaminya di Tana Toraja selama pandemi.
Ia mengamati apa yang terjadi disekitar tempat tinggalnya.
Dinilai Dinny, selama PPKM Level 4 berlangsung sejak 3 Juli 2021, telah membawa dampak baik bagi laju kasus Covid-19 di Pulau Jawa.
Tapi tidak ada pengaruhnya sama sekali di luar Pulau Jawa.
"PPKM di Jawa beres, tapi di kampung kita celaka. Dalam hal penularan, juga fasilitasnya," bebernya dalam keterangan tertulisnya, Minggu (15/8/2021).
Ia juga mencontohkan, kalau kasus naik 10 ribu sehari di Jawa, ada rumah sakit memadai.
"Kalau di Toraja, di sini Puskesmas enggak siap kalau ada lonjakan kasus," lanjutnya.
Sangat disayangkan juga, Dinny mengatakan bahwa tingkat kesadaran masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan hampir tidak ada.
Mereka masih abai protokol kesehatan.
"Di rumah saya orang lewat enggak ada pakai masker. Di sini kena Covid-19 dapat stigma, kalau isoman juga," tuturnya.
Begitu juga dengan pendatang masih sering dianggap pembawa penyakit.
"Saya saja pernah pulang ke Toraja, disemprot air disinfektan," ungkapnya.
Padahal masyarakat di Tana Toraja juga masih suka berkerumun.
Misalnya masyarakat setempat masih mengadakan upacara adat.
Salah satunya, sebut Dinny, upacara kematian yang setiap tahun dilakukan setelah panen, tepatnya pada bulan Juli-Agustus.
Walau pandemi mereka tetap nekat gelar upacara adat.
Padahal dengan wabah Covid-19 ini seharusnya upacara tak diadakan untuk menghindari kerumunan.
Tapi masyarakat setempat seolah tak peduli.
Mereka masih berduyun-duyun ke tempat upacara untuk menyaksikan sekaligus melakukan ritual lain, seperti memotong kerbau.
Dinny berujar, ketika masyarakat tak mendatangi upacara adat, bisa dikucilkan.
"Namun untuk keamanan, kita larang mama mertua untuk pergi ke upacara," ucapnya.
Dinny tak menampik jika upacara adat di sana bisa menimbulkan klaster baru.
Tadinya kampung yang ditinggalinya ini steril. Sekarang dengan adanya transmisi Covid-19, mulai ada yang meninggal dunia.
Belum lagi soal vaksinasi, banyak masyarakat Tana Toraja masih enggan disuntik vaksin Covid-19.
Mereka percaya tentang hoax.
"Masyarakat juga sering baca di hp dan percaya hoax, jadi mereka gak mau divaksin," lanjut dia.
Selain itu, akses untuk dapat vaksin masih sangat terbatas. Tidak seperti di Pulau Jawa.
"Vaksinasi ada untuk pejabat2 dan nakes. Bukan soal stok enggak ada, tapi vaksin tak didistribusikan sampai kesini, di desa-desa" katanya.
Bersama FSK, Dinny sangat ingin mengedukasi masyarakat tentang pentingnya patuh protokol kesehatan dan vaksinasi Covid-19.
Dia mencari cara yang tepat dan menyenangkan agar pesan ini sampai ke masyarakat. Terutama di wilayah pelosok, seperti Tana Toraja.
"Kami inginnya jangka panjang dan pendek melakukan sosialisasi dan edukasi dengan pendekatan kearifan lokal. Bisa menggandeng tokoh masyarakat untuk jadi role model atau teladan," paparnya.
"Karena kita sudah hidup berdampingan dengan Covid-19. Mikirnya sekarang kalau seandainya kena Covid-19 harus berbuat apa," tambahnya.
Melihat kenyataan ini, Koordinator Nasional Forum Solidaritas Kemanusiaan Sudirman Said menilai, kebijakan PPKM serta langkah pencegahan Covid-19 yang telah diterapkan pemerintah seharusnya dipatuhi oleh masyarakat di mana saja.
Kaitannya dengan patuh protokol kesehatan dan ikut vaksinasi.
"Vaksinasi akan memerlukan waktu, karena menyangkut ketersediaan pasokan, manajemen logistik, dan juga beban tenaga kesehatan," terangnya.
Sambil diimbangi dengan pelaksanaan protokol kesehatan ketat, Edukasi dan literasi akan sangat menentukan sukses kita mengendalikan pandemi ini," tambahnya.
Kemudian soal stigma di masyarakat, Sudirman mengatakan hal ini menjadi tantangan kita bersama.
Seharusnya antar warga harus menjaga keharmonisan, agar tidak terjadi saling curiga.
"Peran para pemimpin masyarakat akan sangat penting menjaga saling percaya antar warga. Bahkan semangat saling bantu yang harus digelorakan," tutur pria yang dikenal sebagai tokoh kemanusiaan ini.
Selain itu, dia mengatakan, ada tiga upaya penting yang akan dikontribusikan FSK.
Mulai dari melakukan usaha edukasi dan peningkatan literasi secara massif, hingga membantu usaha pemulihan kesehatan, serta memperkuat pemberdayaan sosial dan ekonomi sebagai dampak dari pandemi. (*)
Laporan Wartawan Tribun Timur @umhaconcit