Corona Varian Iota
Corona Varian Baru Muncul, WHO Baru Ujicoba Tapi Ilmuwan Jepang Sudah Rekomendasi Obat Covid-19
Dalam temuan mereka, varian Iota memiliki kemampuan menular yang jauh lebih tinggi dibandingkan varian SARS-CoV-2 yang beredar sebelumnya.
TRIBUN-TIMUR.COM - Corona varian baru terus bermunculan. Setelah Delta dan Alpha, kini muncul lagi varian baru.
Varian baru tersebut disebut lebih ganas dari varian Delta dan varian Alpha.
Studi yang dilakukan para peneliti di Amerika Serikat telah menemukan keberadaan varian Iota.
Varian virus corona dari New York tersebut dapat meningkatkan risiko kematian akibat Covid-19 pada orang dewasa yang lebih tua.
Para peneliti dalam studi ini berasal dari New York City Department of Health and Mental Hygiene dan Mailman School of Public Health, Columbia University, Amerika Serikat.
Dalam temuan mereka, varian Iota memiliki kemampuan menular yang jauh lebih tinggi dibandingkan varian SARS-CoV-2 yang beredar sebelumnya.
Bahkan, seperti dilansir dari News Medical Live Science, Jumat (13/8/2021), varian virus corona tersebut memiliki kemampuan lolos dari kekebalan.
Di tengah lonjakan kasus dan bermutasinya Virus Corona, peneliti terus berupaya mencari obat ampuh atasi infeksi.
Kini organisasi Kesehatan Dunia atau WHO akan menguji tiga obat baru sebagai terapi pengobatan potensial untuk pasien COVID-19 parah.
Kini Corona tengah memperluas uji coba globalnya ke 52 negara, termasuk Indonesia.
Tiga obat itu, artesunat, imatinib, dan infliximab.
Obat itu dipilih oleh panel ahli independen karena potensinya dalam mengurangi risiko kematian pada pasien COVID-19 parah yang menjalani perawatan di rumahsakit.
“Menemukan terapi yang lebih efektif dan mudah diakses untuk pasien COVID-19 tetap menjadi kebutuhan kritis, dan WHO bangga memimpin upaya global ini,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, Rabu (11/8), seperti dikutip Al Jazeera.
Obat-obatan itu disumbangkan untuk uji coba oleh produsen.
WHO menyelesaikan fase pertama dari apa yang disebut uji coba Solidaritas pada tahun lalu.
Bekerja dengan negara-negara di seluruh dunia untuk menemukan pengobatan yang efektif untuk virus corona baru dan menilai pengaruhnya terhadap kematian, tidak peduli seberapa kecil.
Fase baru uji coba melibatkan 600 rumah sakit di 52 negara, 16 negara lebih banyak dari fase awal, dan ribuan pasien.
Negara-negara yang mengambil bagian dalam uji coba baru termasuk Kanada, Finlandia, Indonesia, Malaysia, dan Filipina.
Empat obat telah dievaluasi lewat uji coba dengan hasil yang menunjukkan, remdesivir, hydroxychloroquine, lopinavir, dan interferon memiliki sedikit atau tidak berpengaruh terhadap pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit.
Perluasan uji coba dilakukan saat dunia menghadapi gelombang baru pandemi, yang dipicu oleh varian Delta yang sangat mudah menular.
Negara-negara yang belum dapat memvaksinasi sebagian besar populasi mereka sangat terpukul.
Sementara para peneliti asal Jepang malah rekomendasikan Ivermectin sebagai obat yang dapat menyembuhkan pasien awal yang terkena infeksi corona.
Rekomenasi itu dari Dr. Kazuhiro Nagao (63) Chairman perusahaan medis Yuwakai, direktur (Kepala) Klinik Nagao Amagasaki, prefektur Hyogo, dan profesor tamu di Universitas Studi Internasional Kansai.
"Keadaan medis kita saat ini dalam keadaan hampir kritis dan banyak pasien belum bisa tertampung di dalam rumah sakit.
Bagi pasien yang awal terkena corona sangat direkomendasikan minum obat Ivermectin. Saya sudah mencoba ke banyak pasien saya dan sembuh," papar Dr. Nagao siang ini (12/8/2021) di NTV.
Profesor Nagao juga melihat hal ini (obat Ivermectin) sebagai salah satu solusi di antara banyak upaya untuk menekan semakin banyaknya orang terinfeksi corona dan beresiko menjadi berat.
"Pada tahap awal bagus untuk minum obat tersebut. Pasien saya selalu saya berikan obat tersebut, tentu buatan Jepang dan keesokan harinya sembuh.
Saya minta mereka melaporkan kepada saya setiap harinya dampak dari obat tersebut dan ternyata bagus, langsung sembuh sehat mereka," lanjutnya lagi.
Selain itu Dr. Nagao juga menghimbau kepada Menteri Kesehatan serta PM Jepang Yoshihide Suga agar obat Ivermectin segera dipromosikan kepada masyarakat agar banyak dipakai kalangan terinfeksi awal corona.
"Selama ini semua pasien saya baik, sembuh tak bermasalah dengan obat tersbeut. Selain itu obat itu juga dijamin serta masuk dalam coverage asuransi di Jepang.
Jadi saya rasa tak masalah dan ringan, tak banyak membebani bagi masyarakat Jepang," tambahnya lagi.
Sampai saat ini pemerintah Jepang khususnya kementerian kesehatan masih terus memonitor penggunaan obat Ivermectin di Jepang.
Belum ada keputusan apa pun untuk memasyarakatkan obat tersebut di tengah pandemi saat ini.
Tokyo sendiri Kamis ini (12/8/2021) meningkat drastis jumlah terinfeksi hampir mencapai 5000 orang per hari.
Minggu lalu seorang dokter telah memprediksi sekitar 18 Agustus jumlah pasien yang terinfeksi corona di Tokyo bisa mencapai 10.000 orang per hari nantinya.
Profesor Yoshihito Niki, Wakil Direktur Pusat Pernafasan, Rumah Sakit Kurashiki Daiichi, Profesor Penyakit Menular Klinis, Sekolah Kedokteran Universitas Showa Jepang memperkirakan jumlah infeksi bisa saja mencapai 10.000 orang di Tokyo sekitar 18 Agustus mendatang, paparnya 6 Agustus lalu.
Sementara itu Beasiswa (ke Jepang) dan upaya belajar bahasa Jepang yang lebih efektif dengan melalui zoom terus dilakukan bagi warga Indonesia secara aktif dengan target belajar ke sekolah di Jepang nantinya.
Info lengkap silakan email: info@sekolah.biz dengan subject: Belajar bahasa Jepang.
(Kontan / Tribunnews.com)