Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Xanana Gusmao

Ingat Xanana Gusmao dan Kristy Sword? Dulu Presiden dan Ibu Negara Timor Leste, Kini Beda Nasib

Xanana Gusmao dikenal sebagai sosok yang sangar. Kala sedang berada di dalam penjara, tiba-tiba seorang wanita cantik datang menjenguknya.

Editor: Ansar
Tribunnews.com
Presiden Pertama Timor Leste setelah merdeka dari Indonesia, Xanana Gusmao, dan ibu negara pertama Timor Leste, Kirsty Sword. 

Terlebih bagi orang asing, disebut bahwa Timor Timur bukanlah tempat yang terbuka untuk mereka.

Bahkan, katanya untuk warga negara Indonesia tanpa izin saja itu bukanlah tempat yang mudah untuk dimasuki.

"Sangat sedikit informasi tentang kondisi sebenarnya di lapangan, situasi hak asasi manusia, yang keluar," ujarnya.

Kirsty Sword mengaku bisa memiliki akses ke Timor Timur berkat teman-temannya di Universitas Melbourne yang terlibat dalam gerakan klandestin.

"Saya memiliki akses ke laporan yang keluar dari kelompok mahasiswa dan dari anggota gerakan perlawanan bersenjata tentang kekejaman yang mengerikan dan pelanggaran hak asasi manusia," katanya.

Selain itu, keahlian berbahasanya-lah yang membuatnya berhasil terhubung dengan berbagai elemen.

"Saya menyamar sebagai turis pada tahun 1990, itu adalah satu-satunya cara untuk benar-benar masuk," bebernya.

"Saya menggunakan kemampuan bahasa saya dengan baik, saya dapat mengobrol dengan mata-mata Indonesia yang berada di bandara mengawasi kedatangan dan pergi.

"Saya dapat menggunakan kemampuan bahasa Portugis saya untuk mengirim surat ke semak-semak kepada anggota Falantil, yang saat itu dipimpin oleh suami saya sekarang.

Kirsty Sword mengaku, ia juga melihat kemampuan bahasanya sebagai 'titik masuk' untuk kisah cintanya dengan Timor Leste.

Ketika menyamar, ia menggunakan nama alias, yaitu Ruby Blade.

"Siapapun yang terlibat dalam mendukung gerakan kemerdekaan dan beroperasi di luar Indonesia memerlukan nama samaran untuk melindungi keselamatan mereka sendiri dan juga keselamatan anggota jaringan lainnya," katanya.

Menurutnya, menggunakan nama samaran adalah pilihan terbaik agar dia tetap bisa masuk ke Indonesia.

"Saya menggunakan Ruby Blade. Jelas, 'Blade' karena 'Sword', tapi Ruby hanya karena terdengar seperti Agatha Christie," ungkapnya.

Bahkan ia pun berhasil mempertemukan mata-mata baik Indonesia maupun mata-mata di Timor Leste.

Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved