Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Bulutangkis Ganda Putri

Greysia/Apriyani Raih Emas Ke-8 Bulutangkis Olimpiade? Ini 7 Pendahulunya yang Menjadi Legenda

Link Live Streaming Greysia Polii/Apriyani Rahayu, Sejarah Greysia Polii/Apriyani Rahayu dibuat jika menang

Editor: Mansur AM
Badminton Indonesia
Greysia Polii/Apriyani Rahayu menjadi pebulutangkis Indonesia pertama yang lolos final Olimpiade di sektor ganda putri 

TRIBUN-TIMUR.COM - Pasangan Greysia Polii/Apriyani Rahayu akan tercatat sejarah sebagia penyumbang medali emas kedelapan Bulutangkis Indonesia di pentas Olimpiade jika menang Senin (2/8/2021) hari ini.

Greysia Polii/Apriyani Rahayu akan berhadapan pasangan favorit dari China, Chen Qingchen/Jia Yifan untuk perebutan medali emas.

Bisa?

Jangan lewatkan pertandingannya via Live Streaming TV Online Olimpiade di:

LINK LIVE STREAMING TVRI

LINK LIVE STREAMING VIDIO COM

LINK LIVE STREAMING INDOSIAR 

Momen menegangkan akan tersaji di babak final ganda putri bulu tangkis Olimpiade Tokyo 2020, Senin (2/8/2021) siang.

Harapan Indonesia, Greysia Polii/Apriyani Rahayu akan menantang pasangan favorit dari China, Chen Qingchen/Jia Yifan untuk perebutan medali emas.

Nama Greys/Apri julukan pasangan ganda putri Tanah Air ini akan tercatat dalam sejarah Bulutangkis Indonesia jika bisa merebut emas di ajang paling bergengsi empat tahunan ini. Bisa? Seharusnya bisa!

Semifinal sebelumnya, Grey-Ap, julukan Greysia/Apriyani menyingkirkan pasangan Shin Seung-chan/Lee So-hee dari Korea Selatan 21-19 21-17 di Mushashino Forest Plaza, Tokyo, Sabtu (31/7)).

Mereka telah mencetak sejarah sebagai ganda putri pertama Indonesia yang lolos ke semifinal.

Kebanggaan tertinggi tentu saja meraih medali emas.

Namun, lawan mereka bukan sembarangan. Chen Qingchen/Jia Yifan adalah pemegang peringkat 2 dunia BWF.

Posisi mereka empat level berada di atas Greysia/Apriyani.
Dari sembilan pertemuan, pasangan Chen/Jia memetik enam kemenangan atas wakil Indonesia ini.

Dalam empat pertemuan terakhir di tahun 2019, Grey-Ap juga cuma satu kali menang.
Sejarah pertemuan memang tak memihak wakil merah putih.

Namun, selain faktor teknis, faktor non teknis juga berpengaruh sangat besar, apalagi di babak final.

Karenanya, kata Greysia, kuncinya untuk laga final ini adalah tetap tenang, dan tetap berusaha menikmati permainan, dalam situasi apa pun.

Menurutnya, karena sudah sering bertemu, dari tipe permainan tak ada lagi yang bisa disembunyikan karena mereka sudah saling tahu.

"Kami ingin terus menjaga pikiran seperti datang awal ke Tokyo. Kami ingin menikmati permainan agar bisa menunjang performa di lapangan," ujar Greysia dikutip dari situs Komite Olimpiade Indonesia.

"Kami tak mau berpikir lawan seperti apa, begini atau begitu. Persiapan yang harus kami lakukan adalah menjaga ketenangan agar dapat mengontrol permainan serta mempersiapkan diri untuk pemuihan," katanya.

Selain itu, lanjut Gresyia, faktor chemistry juga berperan sangat kuat.

Dan chemistry itu didapat di antaranya dengan lamanya mereka berpasangan.

Greysia sudah berduet dengan Apriyani sejak tahun 2017. Mereka saling mengisi.

Greysia berusia 33 tahun, punya jam terbang, dan pengalaman tinggi.

Apriyani 23 tahun punya speed, dan power yang masih mumpuni.

Sebelumnya, Greysia duet dengan Jo Novita, Nitya Krishinda Maheswari, dan Anggita Shitta Awanda.

Terkait bermain tenang, dan menikmati permainan ini, pelatih ganda putri Eng Hian meminta masyarakat Indonesia meredam harapan berlebihan kepada Greysia/Apriyani.
Eng Hian takut anak-anak asuhnya itu mengalami bumerang psikologis seperti yang dialami ganda putra Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo.

Marcus mengaku sangat ditekan untuk meraih medali emas ganda putra, seolah-olah tak boleh gagal.

Pengakuan itu diucapkan Marcus secara blak-blakan seusai kalah dua gim langsung 14-21 17-21 dari pasangan Malaysia yang kurang diunggulkan, Aaron Chia/So Wooi Yik pada perempatfinal Olimpiade lalu.

"Banyak tekanan yang menjadi beban kami untuk menang dan membawa pulang medali," ungkap Marcus.

Eng Hian meminta, biarkan Greysia/Apriyani bermain dengan cara mereka sendiri di final.

Masalah nonteknis seperti ditekan harus meraih medali, katanya, justru berpotensi besar mengganggu pemain di lapangan.

"Sebenarnya masalah nonteknis itu adalah saat pemain tidak bisa mengontrol ekspektasi.
Di Olimpiade ini banyak unggulan tumbang karena bermain berbeda dengan standar akibat beban berat. Mohon jangan terlalu berlebihan. Mohon doanya saja," kata Eng Hian.

7 Emas Olimpiade Indonesia

Tim bulu tangkis Indonesia sendiri tentunya diharapkan bisa membawa pulang medali emas Olimpiade ke Tanah Air.

Seperti yang kita ketahui, bulu tangkis merupakan olahraga populer di Indonesia selain sepak bola.
Dalam sejarah, bulu tangkis Indonesia punya rekam jejak bagus di Olimpiade dengan menyumbangkan 7 medali emas.
Siapa saja pebulu tangkis yang menyumbangkan medali emas Olimpiade untuk Indonesia? Berikut adalah 7 pebulu tangkis Indonesia yang pernah meraih medali emas Olimpiade:

1. Susy Susanti (tunggal putri) - Olimpiade Barcelona 1992

Susy Susanti menjadi pebulu tangkis tunggal putri pertama yang menggoreskan tinta emas pada Olimpiade 1992 yang dilangsungkan di Barcelona, Spanyol.

Susy Susanti meraih medal emas setelah menang atas wakil Korea Selatan, Bang Soo-hyun. Bertarung tiga set melawan Bang Soo-hyun, Susy menang dengan skor 5-11, 11-5, dan 11-3 untuk membawa pulang medali emas Olimpiade ke Tanah Air.

2. Alan Budikusuma (tunggal putra) - Olimpiade Barcelona 1992

Bukan hanya Susy Susanti saja yang membawa pulang medali emas, pebulu tangkis nomor tunggal putra, Alan Budikusuma juga berhasil meraih medali emas. Alan berhasil meraih medali emas setelah mengalahkan sesama wakil Indonesia Ardy B. Wirnata di partai final.

3. Rexy Mainaky/Ricky Subagja (ganda putra) - Olimpiade Atlanta 1996

Berselang empat tahun kemudian di Olimpiade Atlanta 1996, tim bulu tangkis Indonesia kembali meraih medali emas. Medali emas itu diraih oleh pasangan ganda putra Indonesia, Rexy Mainaky/Ricky Subagja.
Rexy Mainaky/Ricky Subagja berhasil naik podium utama dan menerima medali emas setelah mengalahkan Cheah Soon Kit/Yap Kim Hock (Malaysia) dengan skor 5-15, 15-13, dan 15-12.

4. Tony Gunawan/Candra Wijaya (ganda putra) - Olimpiade Sydney 2000

Tren medali emas dari ganda putra bulu tangkis Indonesia kembali berlanjut di Olimpiade Sydney 2000.
Kali ini, pasangan ganda putra Indonesia yang meraih medali emas adalah Tony Gunawan/Candra Wijaya. Tony/Candra sukses mempersembahkan medali emas Olimpiade untuk kontingen Indonesia setelah mengalahkan Lee Dong Soo/Yoo Yong Sung (Korea Selatan) dengan skor 15-10, 9-15, dan 15-7.

5. Taufik Hidayat (tunggal putra) - Olimpiade Athena 2004

Taufik Hidayat menjadi pebulu tangkis tunggal putra Indonesia kedua yang meraih medali emas Olimpiade setelah Alan Budikusuma yang menorehkan tinta emas itu pada 1992.
Taufik Hidayat meraih medali emas dalam cabang olahraga bulu tangkis nomor tunggal putra pada Olimpiade 2004 di Athena. Ketika itu, Taufik Hidayat mengalahkan pebulu tangkis asal Korea Selatan, Shon Seung-mo, melalui dua gim langsung dengan skor 15-8, 15-7.

6. Hendra Setiawan/Markis Kido (ganda putra) - Olimpiade Beijing 2008

Pasangan ganda putra Indonesia Hendra Setiawan/Markis Kido mengikuti jejak dua seniornya, yaitu Rexy Mainaky/Ricky Subagja dan Tony Gunawan/Candra Wijaya yang pernah raih medali emas Olimpiade.
Hendra/Markis berhasil menyumbangkan medali emas Olimpiade untuk kontingen Indonesia setelah menang rubber set 12-21, 21-11, 21-16 atas Cai Yun/Fu Haifeng (China).

7. Liliyana Natsir/Tontowi Ahmad (ganda campuran) - Olimpiade Rio de Janeiro 2016

Untuk pertama kalinya dalam sejarah bulu tangkis Indonesia, ganda campuran berhasil meraih medali emas Olimpiade.
Adalah Liliyana Natsir/Tontowi Ahmad yang berhasil menorehkan prestasi terbaik tersebut. Pasangan yang akrab disapa Owi/Butet itu meraih medali medali emas di Olimpiade Rio 2016 setelah mengalahkan pasangan Malaysia, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying, dengan skor 21-14, 21-12.(kompas.com)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved