Andi Sinjaya Galib
Cerita Kapolres Enrekang, Kecintaan Pada Orang Tua Mendorongnya Berbuat Terbaik Saat Bertugas
dibalik sejumlah prestasinya di institusi kepolisian itu, ternyata AKBP Andi Sinjaya awalnya tak punya cita-cita
Penulis: Muh. Asiz Albar | Editor: Imam Wahyudi
Sehingga saat lulus SMA tahun 1999, ia memilih daftar dan mengikuti seleksi sebagai polisi di Kodam Jaya Jakarta.
Saat mendaftar, Andi Sinjaya datang sendiri dan tak diantar orang tuanya.
Hal itu membuktikan dirinya bisa mandiri sejak kecil.
"Makanya tahun 1999, nanti dari situ saya berpikir tugas kepolisian punya peran yang strategis dan banyak interaksi di masyarakat nantinya sehingga saya pilih jadi polisi saat itu dan alhamduliah lulus," ujarnya.
"Dan saya beruntung karena orang tua saya itu sangat demokratis sekali, sehingga tak pernah dipaksa mau jadi apa. Kata mereka asal apa yang saya pilih jadi apapun juga, harus lakukan yang terbaik di bidang itu," jelas mantan Kasat Reskrim Polda Metro Jakarta Selatan itu.
Setelah lulus di institusi kepolisian, Andi Sinjaya pun bertekad melakukan yang terbaik sesuai pesan ayahnya.
Tak heran, jika Ia selalu punya inovasi dan sigap dalam menyelesaikan setiap kasus-kasus menonjol yang pernah ia tangani yang mengantarkan menorehkan sejumlah prestasi.
Namun, dalam perjalanan karirnya itu, Andi Sinjaya mengaku sempat dirundung kesedihan mendalam saat harus kehilangan sosok ayahnya, Letnan Jenderal TNI (Purn) H. Andi Muhammad Ghalib.
Sebab menurutnya, ayahnya adalah sosok teladan dan idola baginya yang selalu memberikan dorongan dalam meniti karir dan kehidupannya.
Ayahnya lah yang selalu mendorongnya untuk selalu menimba ilmu dan kuliah setelah lulus Akpol dan bertugas di Makassar.
"Dulu saya tak yakin bisa selesai kuliah tapi dorongan ayah, akhirnya bisa selesai S-1 dan S-2 di Unhas sebelum pendidikan PTIK, dan saya lanjutkan ke Jenjang S-3 di Brawijaya sebagai bentuk komitmen saya pada ornag tua saya karena beliau selalu ingin anaknnya terus belajar," kenangnya.
Tak heran jika kehilangan sosok ayahnya sangat membuatnya terpukul. Apalagi dirinya telah menemani ayahnya berjuang melawan penyakit kanker yang dideritanya selama 6 tahun.
Ayahnya sendiri dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata Jakarta.
"Itu paling sedih dalam hidup saya, karena pada saat mengikuti Sespim setelah tugas di Jawa Timur, ayah meninggal," cerita Andi Sinjaya.
"Ayah saya adalah pahlawan dalam hidup saya, beliau banyak berperan bisa bermetamorfosis sebagai tentara terus birokrat, pemerintahan, jaksa, politisi dan diplomat dan pemimpin keluarga. Dia adalah toko idola saya," tembahnya.