Vaksin Covid
Bakal Dijual di Klinik Kimia Farma, ini Perbedaan Vaksin Sinopharm dengan Vaksin Sinovac
Sinopharm sendiri lebih dulu diberikan persetujuan darurat oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yaitu pada Mei tahun ini, sedangkan Sinovac pada Juni
TRIBUN-TIMUR.COM - Vaksin Covid-19 kini diperjual belikan kepada masyarakat umum di Indonesia melalui jaringan klinik PT Kimia Farma Tbk.
Melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19 Tahun 2021, sudah dijelaskan mengenai jenis vaksin untuk program vaksinasi Covid-19 berbayar ini.
Vaksin yang digunakan untuk vaksinasi berbayar adalah vaksin produksi Sinopharm asal China.
Selain Sinopharm, ada pula vaksin lain buatan China yang telah digunakan di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Selain sama-sama merupakan buatan China, kedua vaksin tersebut juga sama-sama merupakan vaksin virus yang tidak aktif.
Itu berarti mereka terbuat dari partikel virus yang diproduksi di laboratorium, yang kemudian dinonaktifkan sehingga tidak dapat menginfeksi Anda dengan COVID-19.
Banyak vaksin lain menggunakan platform serupa, termasuk polio suntik, Hepatitis A, dan vaksin flu.
Kedua perusahaan pembuat vaksin tersebut menggunakan teknologi serupa, dan vaksin dicampur dengan adjuvant.
Adjuvant merupakan zat yang ditambahkan ke vaksin untuk merangsang respons kekebalan yang lebih kuat.
Vaksin mengandung banyak protein yang dapat ditanggapi oleh sistem kekebalan tubuh, merangsang produksi antibodi untuk melawan COVID-19.
Sinopharm sendiri lebih dulu diberikan persetujuan darurat oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yaitu pada Mei tahun ini, sedangkan Sinovac pada Juni.
Sementara itu, perbedaan kedua vaksin ini ada pada efikasi uji klinis dan efektivitas di dunia nyata yang dilaporkan.
Kemanjuran dalam Uji Klinis
Melansir artikel The Conversation (21/6/2021), yang ditulis peneliti Australia John Hart dan Fiona Russell, uji klinis menunjukkan kemanjuran Sinovac dalam mencegah infeksi simtomatik adalah 51% di Brasil, 67% di Chili, 65% di Indonesia, dan 84% di Turki.
Perbedaan hasil mungkin disebabkan oleh perbedaan varian yang beredar di setiap negara pada saat itu dan perbedaan populasi yang termasuk dalam penelitian.