Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Kisah Pahlawan

Kisah Arung Palakka, Dicap Pengkhianat Namun Dianggap Pahlawan di Bone

Pemuda berusia 11 tahun tersebut adalah putra mahkota Kerajaan Bone. Di usianya yang masih belia, ia menjadi tawanan Kesultanan Gowa di Makassar.

Editor: Muh. Irham
int
Patung Arung Palakka 

Puncak pertikaian terjadi saat Gowa-Tallo resmi menjadi kerajaan Islam pada 1605. Seperti dicatat dalam Sejarah Nasional Indonesia, Volume 3 (2008), Kerajaan Gowa—yang sudah berganti corak menjadi kesultanan—mulai memaksa tiga kerajaan lainnya untuk menganut agama yang sama sekaligus meluaskan pengaruh politiknya (hlm. 83).

Bone yang berpuluh-puluh tahun sebelumnya cukup merepotkan Gowa akhirnya harus menyerah pada 1611.

Sejak saat itu, Bone ikut menganut ajaran Islam dan menjadi taklukan Gowa.

Meskipun begitu, kedudukan raja Bone masih diakui dan sempat dimerdekakan kendati rangkaian konflik masih saja terjadi di era-era setelahnya.

Tahun 1643, Bone benar-benar jatuh dan wilayahnya diperintah langsung oleh Sultan Gowa. Peristiwa tersebut terjadi ketika Bone dipimpin Sultan La Maddaremmeng yang tidak lain adalah ayahanda Arung Palakka.

Takluknya Bone kepada Gowa membuat Arung Palakka dan keluarganya dijadikan tawanan.

Sejak umur 11, ia sudah merasakan bagaimana pedihnya hidup tanpa kebebasan kendati perlakuan keluarga Kesultanan Gowa terhadapnya tidak terlalu buruk.

Di lingkungan Istana Gowa, Arung Palakka dan keluarganya dijadikan pelayan di kediaman Perdana Menteri Gowa, Karaeng Pattinggaloang.

Namun Pattinggaloang tetap menaruh respek kepada keluarga Arung Palakka, dan Arung Palakka pun tumbuh menjadi seorang pemuda cerdas dan gagah di bawah bimbingannya (hlm. 124).

Hingga suatu ketika, Arung Palakka akhirnya bisa terbebas dari cengkeraman Gowa setelah terjadi aksi pemberontakan orang-orang Bone yang dipimpin Tobala.

Tobala sebenarnya adalah orang Bone yang ditunjuk sebagai Regent atau Bupati Bone sebagai kepanjangan tangan dari Gowa.

Lari dari Gowa, Arung Palakka kemudian berlindung di Kesultanan Buton. Selama tiga tahun tinggal di Buton yang saat itu dipimpin La Sombata atau Sultan Aidul Rahiem, Arung Palakka bersiap untuk melakukan pembalasan.

Dibantu beberapa mantan petinggi Kesultanan Bone yang masih setia, Arung Palakka melancarkan serangan terhadap Gowa dan berhasil membebaskan orang-orang Bone yang dipekerjakan paksa.

Sayangnya, Tobala tewas dalam peperangan tersebut. Arung Palakka terpaksa mundur. Untuk meraih kemenangan, ia belum sanggup lantaran armada militer Gowa masih terlalu kuat, bahkan membuatnya kian terdesak. Arung Palakka pun terpaksa melarikan diri karena menjadi target utama pasukan Gowa yang mencarinya sampai ke Buton.

Di saat yang sama, VOC datang menawarkan bantuan. Kondisi ini sebenarnya dilematis bagi Arung Palakka. Di satu sisi, ia muak dengan ambisi VOC. Namun di sisi lain, ia memerlukan dukungan kaum penjajah itu jika ingin menuntaskan dendamnya sekaligus menjadikan Bone sebagai pemerintahan yang berdaulat lagi.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved