Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tribun Makassar

Makna dari Tulisan 'Klakson' Abdul Karim, Bisa Jadi Peringatan Bagi Orang Lain atau Sapaan

Hal itu mendorong Sekretaris Umum LAKPESDAM NU Wilayah Sulsel ini menjadikan diksi Klakson jadi judul kolom tulisan di koran Tribun Timur.

Penulis: Ari Maryadi | Editor: Sudirman
ist
Bincang Buku Klakson 3 karya Sekretaris Umum LAKPESDAM NU Wilayah Sulsel, Abdul Karim 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR -- Bagi Abdul Karim, klakson punya banyak makna.

Hal itu mendorong Sekretaris Umum LAKPESDAM NU Wilayah Sulsel ini menjadikan diksi Klakson jadi judul kolom tulisan di korban Tribun Timur.

Karim mengatakan, secara filosofis klakson itu sifatnya satu peringatan pada orang lain.

Klakson juga bisa bermakna sapaan, spontanitas, ataupun melirik, bisa juga amarah.

"Jadi itu filosofi maknanya klakson tergantung konteksnya. Intinya mengajak mencermati diri kita," kata Karim dalam Diskusi Buku Klakson 3 yang digelar LAKPESDAM NU Wilayah Sulsel secara daring, Selasa (15/6/2021) malam.

Bincang Buku Klakson 3 tersebut menghadirkan sejumlah narasumber.

Seperti Pemimpin Redaksi Tribun Timur Thamzil Thahir,  peneliti Balitbang Makassar Dr Sabara Nuruddin.

Bincang Buku tersebut juga diikuti sejumlah aktivis-aktivis NU. Termasuk akademisi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Dr Firdaus Muhammad.

Karim mencontohkan salah satu tulisan klaksonnya tentang politik beberapa tahun silam.

Ketika itu, ia mengajak pemilih memaknai kontestan pilkada bagaikan dirinya sendiri.

Karim mencontohkan pesan, barangsiapa kenal dirinya maka dia akan kenal Tuhannya.

"Saya buat terbalik. Barang siapa kenal calon, maka dia pasti tidak kenal dirinya," kata Karim.

Karim mengungkapkan satu contoh kasus seorang tukang batu yang lebih mengenal kandidat dukungannya dibanding dirinya sendiri.

Dia mengikuti hal-hal tentang kandidat dukungannya hingga melupakan pekerjaannya menerima orderan tukang.

"Akhirnya orderan tukang diabaikan. Itu penggambaran, ajak kita merenung esensi kita warnai proses kita," kata Karim.

Karim mengatakan, tulisan klakson miliknya tidak terputar pada satu topik saja.

Ia menulis esai Klakson berdasarkan pengalaman yang ia alami sendiri, pemaknaan dirinya sendiri.

"Jadi tulisan klakson itu sangat subjektif. Sama Seperti kentut sebuah subjektivitas. Kita mungkin senang, tapi orang benci dan tidak senang. Oleh karena itu untuk hidup damai jangan andalkan subjektivitas," kata Karim.

Laporan Kontributor TribunMakassar.com @bungari95

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved