Kabar Artis
Suara Mikha Tambayong Akan Terdengar di Film Raya And The Last Dragon
Gadis berdarah Manado, Sulawesi Utara, Mikha Tambayong, dilibatkan oleh Disney Indonesia untuk mengisi suara karakter film Raya And The Last Dragon
TRIBUNTIMUR.COM - Gadis berdarah Manado, Sulawesi Utara, Mikha Tambayong, dilibatkan oleh Disney Indonesia untuk mengisi suara karakter film animasi Raya And The Last Dragon.
Film ini akan hadir di Indonesia dalam versi bahasa Indonesia.
Mikha akan mengisi suara Raya, Ayu mengisi suara Sisu dan Eva akan mengisi suara Namaari.
Ketiganya pun mengaku sangat kaget dan tak menyangka ketika mendapat tawaran mengisi suara di Raya And The Last Dragon.
"Pas aku ditawarin voice audition langsung mau, nggakpakai pikir 2 kali," kata Mikha Tambayong dalam jumpa pers virtual, beberapa waktu lalu.
"Habis itu aku dapat peran Raya dan pastinya happy banget sih," lanjutnya.
Sementara itu Ayu Dewi yang mengisi suara Sisu seekor naga yang menjadi sahabat Raya, merasa ini adalah sebuah berkah dan keajaiban.

"Buat aku itu kayak miracle. Itu rasanya berkah banget sih," ungkap Ayu Dewi.
"Sempet penasaran wah jadi siapa ya, ternyata Sisu, wah naga," lanjutnya.
Eva Celia sebagai Namaari mengaku sangat terkejut namanya bisa masuk dalam kriteria pengisi suara.
Putri dari Shopia Latjubaa itu mengatakan bahwa sudah sejak lama menantikan film Raya And The Last Dragon.
"Sama kayak Mikha sebenerya, awal diajakin audition oh my goodnes deg-degan," ujar Eva Celia.
"Aku sangat menantikan filmnya banget. Jadi nanggu banget dan seneng banget. Ya aku taulah Disney menginspirasi," terangnya.
Film Raya And The Last Dragon sudah tayang di bioskop Indonesia dan kembali tayang di Disney+ Hostar sejak 4 Juni 2021 kemarin.
Sinopsis
Film animasi terbaru Disney, Raya and the Last Dragon, resmi dirilis mulai Rabu (3/3). Film tersebut menggambarkan upaya pencarian naga untuk mendamaikan dan menyelamatkan manusia. Berikut sinopsis film Raya and the Last Dragon.
Dahulu kala, manusia dan naga hidup berdampingan di negeri Kumandra. Namun, ketika kekuatan jahat mengancam negeri itu, para naga harus berjuang mengorbankan diri mereka demi menyelamatkan manusia.
Kini, 500 tahun kemudian, kekuatan jahat itu kembali mengusik kedamaian Kumandra dan nasib mereka bergantung pada Raya (Kelly Marie Tran).
Perjalanan itu pun penuh diwarnai keseruan, seperti ketika Raya menemukan bayi sedang menangis di satu ruas jalan. Tak disangka, bayi itu ternyata perkasa dan langsung menendang wajah Raya hingga perempuan itu tersungkur.
Raya kemudian bercerita bahwa ketegangan di kampung halamannya sudah dirasakan sejak lama. Ayah Raya kemudian berkata kepadanya bahwa warga sekitar sebenarnya bisa bersatu kembali, tapi harus ada yang berani mengambil langkah pertama.Setelah menyadari kemampuan luar biasa bayi itu, Raya menyadari bahwa anak kecil tersebut dapat diajak bekerja sama untuk mengatasi perang di kampung halamannya.
Ia kemudian terlihat masuk ke dalam sebuah goa, berharap dapat menemukan sang naga terakhir. Ia akhirnya bertemu dengan seekor naga bernama Sisu. Setelah mendengar cerita Raya, Sisu meragukan kekuatannya sendiri.
Raya and the Last Dragon menyuguhkan berbagai elemen unik yang terinspirasi dari keindahan alam serta kekayaan budaya khas Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Beberapa talenta asal Indonesia terlibat aktif dalam pembuatan film ini.
Mulai dari seniman Griselda Sastrawinata, kembali terlibat dalam pembuatan film ini sebagai visual development artist bersama Luis Logam sebagai story artist.
Beberapa tokoh pegiat budaya juga terlibat dalam film ini, seperti Dewa Berata dan Emiko Susilo. Keduanya menjadi bagian dari tim konsultan, khususnya dalam hal budaya Indonesia, tari dan upacara tradisional, serta musik gamelan.
Keragaman ini terlihat dalam motif, warna, arsitektur, makanan, hingga nilai, kebiasaan dan adat istiadat yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Asia Tenggara.(*)