Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Pendeta Gilbert Lumoindong

Pendeta Gilbert Lumoindong Jadi Pembicaraan, Berani Sebut Ketua PGI Keliru

Hal itu terkait dengan pandangannya yang berseberangan dengan Ketua Umum Persekutuan Gereja Gereja di Indonesia (PGI) mengenai nasib 75 pegawai KPK

Editor: Muh. Irham
ist
Pendeta Gilbert Lumoindong 

TRIBUNTIMUR.COM - Nama Pendeta Gilbert Lumoindong menjadi pembicaraan di media sosial. Hal itu terkait dengan pandangannya yang berseberangan dengan Ketua Umum Persekutuan Gereja Gereja di Indonesia (PGI) mengenai nasib 75 pegawai KPK yang tidak lulus tes wawasan kebangsaan (TWK).

Pendeta Gilbert menyampaikan bahwa dirinya merasa aneh dengan sikap dari Ketua Umum PGI Pdt Gomar Gultom mengenai pernyataan 75 pegawai KPK yang tak lolos TWK.

Gilbert menilai, sikap Ketua Umum PGI keliru. Karena, beberapa pengurus tidak dilibatkan dan PGI mulai masuk pada ranah politik praktis.

"Beberapa menit setelah menerima 75 orang, perwakilannya yang tidak lolos, di dalamnya ada Novel Baswedan, tiba-tiba beliau langsung memberikan pernyataan. Itu adalah kekeliruan, beberapa pengurus merasa tidak dilibatkan, beberapa sinode gereja tidak dilibatkan dan ini bahayanya, karena PGI mulai masuk pada politik praktis," katanya dalam potongan video dari akun YouTube Pendeta Gilbert yang dibagikan akun twitter @Namaku_Mei, Minggu (30/5/2021).

Dia kemudian menyatakan, bahwa langkah yang diambil ketua umum PGI telah melewati batas.

"Sebagai hamba tuhan yang mengasihi wadah ini, saya merasa, yang saya hormati ketua umum PGI, melewati garis batas. Saya melihat, ketua umum PGI mulai bertindak seperti ketua LBH," ujarnya.

Dalam rilis PGI soal sikap terhadap penonaktifan 75 pegawai KPK dan TWK, PGI menyadari bahwa itu bisa menjadi polemik dan menuai kecaman, bahkan di kalangan komunitas Kristen sendiri.

Selain itu, PGI dalam tulisannya juga menyadari kalau mereka dinilai berpihak terhadap kelompok tertentu, serta mencampuri urusan di luar persoalan gereja.

Maka itu, PGI mengeluarkan beberapa poin pertimbangan terhadap kasus KPK tersebut yang diunggah dalam situs resminya.

Dalam tulisannya, PGI mengatakan bahwa mendukung KPK sejak awal pembentukan, hingga saat lembaga tersebut ingin dilemahkan dan menyebut sebagai lembaga terbaik dalam upaya penanggulangan korupsi di Indonesia.

PGI juga menyinggung soal istilah yang kerap melekat pada KPK belakangan ini seperti ‘Taliban’, ‘kadrun’ dan lainnya, yang kebenarannya dinilai tak bisa ditakar.

“Tidaklah mengherankan saat PGI bersentuhan dengan polemic KPK saat ini maka secara otomatis ia terhisap dalam jebakan stigma kadrun atau Taliban. Persentuhan ini tak bisa dihindari karena kebertindihan isu dan kepentingan yang menyertai masalah ini,” lanjut PGI.

Lebih lanjut, PGI juga tak menutup mata soal kemerosotan KPK beberapa tahun belakangan. Maka itu, PGI mendukung sepenuhnya terhadap upaya pembenahan KPK, bila kondisinya bisa diurai secara transparan.

PGI juga mendukung soal Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) karena itu adalah perintah undang-undang. Tapi, yang dikritisi adalah soal pelabelan ‘Taliban’, ‘kadrun’ hingga ‘intoleran’ dengan TWK.

Maka itu, PGI meminta pemerintah untuk menjelaskan secara transparan parameter TWK yang digunakan sehingga masyarakat tidak dengan mudah menautkan TWK dengan stigma intoleran, radikalisme, kadrun, Taliban, dan sejenisnya.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved