Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Timor Leste

Konflik Terburuk Tentara dan Polisi di Timor Leste, Baru 4 Tahun Merdeka, Setengah Pasukan Dipecat

Tumpang tindih telah menyebabkan ketegangan F-FDTL dan PNTL, yang diperburuk oleh moral yang buruk dan kurangnya disiplin di dalam tubuh instansi.

Editor: Arif Fuddin Usman
timor-leste.gov.tl
Militer penjaga keamanan Timor Leste. Tumpang tindih telah menyebabkan ketegangan F-FDTL dan PNTL, yang diperburuk oleh moral yang buruk dan kurangnya disiplin di dalam tubuh instansi. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Perseteruan antara tentara dan polisi tak hanya dialami di negara-negara maju dan berkembang.

Negara yang baru merdeka pun juga mengalami. Seperti saat Timor Leste setelah 4 (empat) tahun merdeka di tahun 2006.

Baik antara tentara dan polisi saling serang karena konflik akibat tumpang tindih tugas yang diemban.

Angkatan Pertahanan Timor-Leste atau Falintil-Forças de Defesa de Timor Leste (F-FDTL) memiliki tugas melindungi Timor Lorosa'e dari ancaman luar. 

Ternyata F-DTL juga memiliki peran keamanan dalam negeri, yang kemudian bersinggungan dengan Policia Nacional de Timor Leste (PNTL).

Tumpang tindih ini telah menyebabkan ketegangan di antara badan-badan tersebut, yang diperburuk oleh moral yang buruk dan kurangnya disiplin di dalam F-FDTL dan PNTL.

Masalah F-FDTL memuncak pada tahun 2006 ketika hampir separuh pasukan dibubarkan menyusul protes atas diskriminasi dan kondisi yang buruk.

Pada bulan Januari 2006, 159 tentara dari sebagian besar unit di Falintil-Forças de Defesa de Timor Leste (F-FDTL) mengeluh dalam petisi kepada Presiden Xanana Gusmao.

Bahwa tentara dari timur negara itu menerima perlakuan yang lebih baik daripada bagian barat.

Para 'pemohon' hanya menerima tanggapan minimal, mereka kemudian meninggalkan barak mereka tiga minggu kemudian juga meninggalkan senjata mereka.

Ratusan tentara lainnya bergabung dengan mereka.

Pada 16 Maret komandan F-FDTL, Brigjen Taur Matan Ruak, membubarkan 594 tentara, yang jumlahnya hampir setengah dari angkatan.

Para prajurit yang diberhentikan tidak terbatas pada para pembuat petisi, dan termasuk sekitar 200 perwira serta  pangkat lainnya.

Mereka terus menerus absen tanpa cuti pada bulan-bulan dan tahun-tahun sebelum Maret 2006.

Krisis meningkat menjadi kekerasan pada akhir April.

Sumber: Grid.ID
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved