Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Perang Arab Israel

Mengingat Kembali Perang Arab 1967 Saat Israel Dikepung Negara-negara Arab Selama 6 Hari Tapi Menang

Ingat Perang Arab Israel 1967, Perang dahsyat 6 hari Israel Dikepung Negara-negara Arab tapi berhasil menang

Editor: Mansur AM
AFP
Bentrok antara tentara Israel dan warga Palestina 

TRIBUN-TIMUR.COM - Kenapa Negara-negara Arab tidak bersatu untuk memerangi Israel?

Kenapa Negara Arab membiarkan Palestina berjuang sendiri menghadapi gempuran Israel?

Apakah Negara-negara Arab takut berhadapan dengan ISrael? Pertanyaan ini kembali mengemuka di tengah gempuran Israel atas Jalur Gaza Palestina sejak Senin (10/5/2021).

Israel dan Palestina saling serang. Israel menyerang dengan jet tempur sementara Palestina dengan roket.

Baca juga: 3 Warga Israel Tewas Bandingkan 32 Warga Palestina, Perang Tak Seimbang Jet Tempur vs Roket Hamas

Baca juga: Mengenal Iron Dome Penangkal Roket Milik Israel yang Akhirnya Jebol Juga oleh Rudal Hamas

Sejatinya, Bangsa Arab sudah pernah berperang dengan Israel. Perang 6 Hari Tahun 1967 yang menjadi sejarah itu. Negara-negara Arab kalah.

Perang antara Israel dan tetangganya pecah sejak lebih dari lima dekade lalu.

Meski perang ini hanya berlangsung selama enam hari, tetapi pengaruhnya bertahan hingga hari ini di Timur Tengah.

Pada akhir 1948, tetangga Arab Israel sudah menginvasi wilayah lain untuk mencoba menghancurkan negara baru, dan gagal. Tentara Mesir turut terpukul.

Tetapi pasukan, yang mengelilingi tanah yang dikenal sebagai “kantong Falluja” ini, menolak untuk menyerah.

Sekelompok perwira muda Mesir dan Israel mencoba memecah kebuntuan.

Di antara mereka adalah Yitzhak Rabin, seorang ahli militer Israel (26 tahun), yang menjadi kepala operasi di front selatan, dan Mayor Mesir Gamal Abdel Nasser (30 tahun). Hanya

beberapa tahun setelah Nazi membunuh enam juta orang Yahudi, impian mendirikan negara di tanah air alkitabiah mereka menjadi kenyataan. Orang Palestina menyebut 1948 sebagai "al-Nakba", atau "The Catastrophe" (malapetaka).

Sejak perang itu, 750.000 orang Palestina melarikan diri atau diusir dari tanah yang menjadi kini Israel, dan mereka tidak pernah diizinkan kembali.

Sementara bagi orang Arab, kalah dari Israel (negara muda saat itu), punya dampak seismik ke sektor politik yang menyebabkan pergolakan selama bertahun-tahun.

Merasa marah atas kekalahan itu, perwira militer yang dipermalukan merebut kekuasaan di negaranya masing-masing.

Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved